Harus diakui, Singapura benar-benar tampil luar biasa dan penuh semangat, Respect!
Hanya bermain delapan orang, anak asuh Tatsuma Yoshida justru mampu mengimbangi permainan timnas Indonesia, meski pada akhirnya harus mengakui keunggulan skor 4-2 dari Evan Dimas dkk

Tim Garuda akan bermain melawan Thailand atau Vietnam dalam perburuan untuk memenangkan Piala AFF pertama kalinya dalam sejarah sepakbola Indonesia.

Pelatih Indonesia dan Vietnam - Shin Tae-yong dan Park Hang-seo - sebelumnya telah menyatakan bahwa tingkat wasit tidak sesuai dengan pertandingan sepenting semifinal, dan menyarankan agar pihak penyelenggara menggunakan Video Assistant Referee (VAR) untuk edisi mendatang.



Yoshida sendiri setuju dengan gagasan tersebut setelah melihat sejumlah keputusan wasit yang memberatkan timnya hanya dalam kurun waktu 15 menit di akhir babak pertama, dan kemudian menjelang akhir 90 menit di depan 9.982 penggemar di Stadion Nasional.

Indonesia memimpin 1-0 berkat gol pembuka Ezra Walian pada menit ke-11, setelah pertahanan tuan rumah tidak mampu mengatasi umpan Ramai Rumakiek yang memungkinkan Witan Sulaeman memberikan assist.

Pada menit ke-36, Safuwan Baharudin mendapat kartu kuning meski melakukan tekel bersih terhadap Witan. Lima menit kemudian, Amy Recha tampak dihalangi oleh Rachmat Irianto tetapi wasit asal Oman, Qasim Matar Ali Al Hatmi tidak memberikan sanksi kepada Irianto.

Dalam kondisi tertinggal, Safuwan harus menerima kartu kuning kedua setelah bentrok dengan Rizky Ridho sebelum tendangan bebas dilakukan di babak pertama tambahan waktu.



Meski begitu, Singapura justru mampu membalikan keadaaan dengan gol-gol dari Shahdan Sulaiman dan Song Ui-young untuk membuat The Lions unggul 2-1 atas Indonesia.

Setelah unggul, Yoshida memasukan beberapa nama baru seperti Ikhsan Fandi, Faris Ramli dan Shawal, beralih dari formasi 5-4-1 menjadi 4-4-1.

Tujuh menit kemudian, Singapura turun menjadi sembilan orang setelah Irfan Fandi menerima kartu merah usai menjegal Irfan Jaya.

Sebelum terjadinya gol penyeimbang Indonesia, secara pengamatan penggemar serta pakai sepakbola, banyak tindakan dari Qasim Matar Ali Al Hatmi yang perlu dipertanyakan, utamanya untuk Singapura yang merasa dirugikan.

Dan dalam keadaan yang tidak menguntungkan, Hassan Sunny sebagai kiper utama The Lions justru menghasilkan banyak penyelamatan papan atas untuk menjaga timnya dalam pertandingan, dan ia melakukannya lagi melawan Witan pada menit ke-87 tetapi tidak berdaya untuk mencegah Pratama Arhan mengubah skor menjadi 2-2.

Drama, yang digambarkan Shin sebagai "surga dan neraka", tak henti-hentinya. Dua menit kemudian, Pratama menjatuhkan Shawal di dalam kotak, tapi Nadeo mampu menahan tendangan penalti Faris Ramli saat terjadi pertengkaran antara fans Singapura dan penggawa timnas Indonesia di tribun.

Memasuki babak tambahan waktu, Indonesia akhirnya mampu mengungguli Singapura melalui gol yang diciptakan Shawal Anuar (gol bunuh diri) serta Egy Maulana Vikri.



Seusai bubaran laga, Yoshida yang pernah mengarsiteki Kashiwa Reysol, meluapkan semua kekesalannya terhadap keputusan wasit Qasim Matar Ali Al Hatmi.

“Kartu kuning pertama Safuwan bukanlah pelanggaran, sementara kartu merah Irfan dan Hassan adalah hasil dari upaya mereka. Sulit untuk menerima (keputusan wasit), tetapi saya mencoba" ujar Yoshida seperti dilansir dari The Straits Times.



“Saya mengatakan kepada anak-anak sebelum pertandingan untuk tidak melewatkan kesempatan menjadi finalis dan tanggapan mereka adalah penampilan mereka, yang terbaik sejak saya datang ke Singapura."

“Saya tergerak oleh semangat Singapura mereka, semangat juang mereka. Mereka tidak menyerah bahkan ketika kami kehilangan satu pemain, dan kemudian satu lagi, dan kemudian yang lain. Mentalitas pantang menyerah ini paling penting jika kami ingin berkembang. dan menjadi lebih kuat."

“Para pemain harus percaya pada diri mereka sendiri bahwa mereka dapat mengejar (dengan tim terbaik di Asia), jika tidak, kami tidak dapat melakukannya.”