Entah apa hubungannya, faktanya tato dianggap mempengaruhi penampilan pemain.
Otoritas olahraga di China mendesak Asosiasi Sepakbola China (CFA) mencoret dan melarang pemain tim nasional yang memiliki tato. Apakah berhubungan, aturan itu dibuat setelah timnas mereka tampil sangat mengecewakan pada fase akhir Kualifikasi Piala Dunia 2022 Zona Asia.

Dalam usaha menuju Qatar, China tergabung di Grup B. The Dragons berkumpul dengan Arab Saudi, Australia, Jepang, Oman, dan Vietnam. Hasilnya, satu kemenangan, dua skor imbang, dan tiga kekalahan dari enam pertandingan yang sudah dijalani. Mereka ada di posisi kelima di atas Vietnam yang selalu kalah. 

Meski masih ada empat pertandingan lagi dan peluang China belum sepenuhnya tertutup, penampilan buruk Wu Lei dkk membuat pemerintah marah besar. Sejumlah perubahan coba dilakukan. Salah satunya melakukan pergantian pelatih dari Li Tie ke Li Xiaopeng.

Kemudian, otoritas olahraga di Negeri Tirai Bambu mengambil kesimpulan bahwa buruknya performa tim terkait gaya hidup para pemain. Dan, hal itu dilambangkan dengan tato di tubuh para pesepakbola.

"Para pemain (timnas) yang memiliki tato harus segera dihapus. Dalam keadaan tertentu, tato harus ditutupi saat latihan dan kompetisi, serta dengan izin dari seluruh tim," bunyi pernyataan resmi lembaga bernama Administrasi Umum Olahraga Nasional (GAS) itu dalam pernyataannya, dilansir Reuters.

Kebijakan ini tidak hanya berlaku untuk timnas senior, melainkan juga junior. "Timnas di semua tingkatan akan secara ketat menerapkan aturan ini. Mereka harus memberikan contoh yang baik bagi masyarakat," bunyi pernyataan itu lebih lanjut. 



Tapi, apakah itu murni urusan olahraga? Tampaknya tidak! Pasalnya, apa hubungannya penampilan buruk di lapangan dengan tato? 

Lihat saja pemain kelas dunia seperti Lionel Messi, Neymar, Memphis Depay, Zlatan Ibrahimovic, atau David Beckham, yang terkenal sebagai kolektor tato. Mereka tetap berprestasi, meski tubuhnya dipenuhi gambar dan tulisan aneh.

Karena itu, banyak yang curiga jika kepentingan politik jauh lebih dominan dari olahraga. Pasalnya, Presiden China saat ini, Xi Jinping, memang bersikap lebih keras terhadap produk budaya barat.

Di masa kepemimpinannya, sejumlah platform media sosial dari barat seperti Facebook, Twitter, Instagram, hingga Youtube dilarang. Begitu juga Google. Bahkan, China juga melakukan sensor yang ketat terhadap semua produk budaya Korea, baik musik (K-Pop) maupun drama Korea (Drakor).