Setelah menyingkirkan Ghana, Komoro akan menantang Kamerun.
Setelah mengalahkan Ghana di pertandingan terakhir fase grup, Komoro akan menantang Kamerun pada babak 16 besar, Senin (24/1/2022). Jadi, apakah tim debutan itu akan melangkah lebih jauh? 

Komoro adalah tim berperingkat 132 FIFA. Mereka menjadi negara dengan rangking terendah ketiga dari 24 tim yang mendapatkan kesempatan berlaga di Kamerun. Posisi mereka sedikit lebih baik dari Gambia (150) dan Ethiopia (137).

Tim yang baru bergabung dengan FIFA pada 2005 tersebut mengawali dua laga awal Piala Afrika dengan kekalahan dari Gabon (0-1) dan Maroko (0-2). Tapi, saat melawan Ghana di laga terakhir, Komoro menang 3-2. 

Kemenangan itu terasa spesial mengingat mereka mengalahkan Ghana yang menampilkan Thomas Partey dari Arsenal, Jordan Ayew dari Crystal Palace, dan Daniel Amartey dari Leicester City. Dengan mengumpulkan tiga poin, mereka ternyata bisa lolos ke fase knock-out sebagai salah satu peringkat tiga terbaik.

"Ini adalah sesuatu yang istimewa, kemenangan ini bersejarah. Ketika kami membuka buku sejarah dalam beberapa tahun ke depan, semua pemain inilah yang akan berada di dalam," kata pencetak gol ke gawang The Black Stars, Ahmed Mogni, dilansir BBC Sport.

Komoro adalah sebuah negara berpenduduk kurang dari satu juta jiwa dan wilayahnya tersebar di beberapa pulau di Samudra Hindia. Komoro harus menunggu hingga sangat lama untuk bisa ambil bagian pada turnamen sepakbola paling bergengsi di Afrika. 

"Saya tahu bahwa seluruh negeri berpesta. Seluruh penduduk merayakannya. Banyak wartawan tidak pergi bekerja karena mereka tidur terlalu larut. Anda tahu, Komoro adalah negara yang sepakbolanya menjadi semakin gila. Tidak peduli kapan tim akan pulang, mereka akan baik-baik saja," kata jurnalis asal Komoro, Elie Djouma.

Tapi, tantangan di depan akan semakin berat. Pasalnya, Kamerun adalah tuan rumah dan tim terbaik di turnamen. "Ini sangat penting bagi saya dan tim saya karena kami menunjukkan bahwa kami memiliki kualitas untuk bersaing dengan negara-negara besar di Afrika," kata Mogni.

Menghadapi Kamerun, tampaknya akan sulit bagi Komoro. Tapi, jika kalah, setidaknya mereka sudah menunjukkan bahwa sepakbola juga dimainkan di negara sekecil Komoro.

"Ketika saya mengambil alih tim, saya percaya bahwa tim ini pasti memiliki bakat. Tentu saja butuh waktu. Ini proses. Tapi, saya yakin tim ini punya masa depan," kata Pelatih Komoro, Amir Abdou.



Berhubung negara kecil dan penduduk sedikit, Komoro memutuskan membangun skuad menggunakan pemain-pemain diaspora.  "Saya pikir saya adalah satu-satunya pemain profesional ketika saya tiba pada 2010. Kami ada lima atau enam ekspatriat pada saat itu," kata kapten Komoro yang kelahiran Prancis, Nadjim Abdou.

"Jelas bahwa kami memulai dari bawah. Tapi, tahun demi tahun, dengan penambahan pemain profesional lainnya, seluruh organisasi menjadi lebih profesional," tambah pemain yang biasa disapa Jimmy itu.

Keberhasilan mereka di Kamerun memastikan lebih banyak pemain disapora yang tertarik bergabung dengan tim di masa depan. "Kami berharap Amir Abdou akan terus menghadapi negara-negara besar Afrika dan internasional karena kami warga Komoro mencintai sepakbola," kata Naima, seorang penggemar yang tinggal di ibu kota negara itu, Moroni.

"Kami mungkin negara kecil. Tapi, kami bisa melangkah jauh dan membuat sejarah di sepakbola," pungkas Naima.