Secara harafiah, nama klub dibaca "Klub Olahraga 25 April". Apa maksudnya?
Umumnya, klub sepakbola akan menggunakan nama tempat seperti kota atau provinsi. Ada pula nama perusahaan, binatang, tokoh terkenal, atau apapun yang mengarah pada identitas. Tapi, di Korea Utara, ada sebuah klub yang menggunakan angka, yaitu 4.25 Sport Club.

Beda dengan tetangganya di selatan, Korea Utara adalah negara tertutup. Sistem pemerintahan otoriter yang ekstrim membuat negara ini sangat misterius.

Namun, bukan berarti tidak ada sepakbola di Korea Utara. Seperti negara-negara lain di dunia, sepakbola juga menjadi olahraga paling populer dan digemari. Mereka juga memiliki kompetisi domestik yang bergulir setiap tahun, meski dengan kualitas yang berbeda dengan K.League di Korea Selatan. 

Dikenal sebagai Korea Premier League (KPL), kompetisi sepakbola kasta tertinggi di Korea Utara diikuti 12 tim. Pemenang KPL juga mendapatkan kesempatan bertanding di kompetisi Asia sekelas Liga Championa Asia (LCA) maupun Piala AFC.

Sayang, akibat pandemi Covid-19 yang melanda dunia, KPL sudah vakum dua musim. Kompetisi terakhir berlangsung pada 2019/2020. Tapi, harus terhenti di tengah jalan. Bahkan, ketika pertandingan baru memasuki pekan keenam. 

Sementara Piala AFC 2019 menjadi penampilan terakhir klub KPL di kompetisi Asia. Saat itu, klub terbaik di negara itu, 4.25 SC mampu tampil di pertandingan puncak setelah mengalahkan Ha Noi FC dari Vietnal di semifinal. Tapi, mereka dikalahkan utusan Lebanon, Al-Ahed, 0-1 di final.

Di Korea Utara, 4.25 SC adalah klub elite. Mereka juara 19 kali KPL, yaitu 1985, 1986, 1987, 1988, 1990, 1992, 1993, 1994, 1995, 2002, 2003, 2010, 2011, 2012, 2013, 2015, 2017, 2017/2018, dan 2018/2019. Lalu, dua kali runners-up (2014 dan 2016).

Bagi fans sepakbola di luar Korea Utara, nama klub ini unik. Sebab, mereka tidak menggunakan nama-nama yang umum untuk sebuah identitas layaknya Manchester United, AC Milan, Arsenal, Real Madrid, atau Yokohama Marinos misalnya. Mereka memilih tanggal sebagai nama klub.

Ternyata, pilihan tanggal sebagai nama klub bukan tanpa alasan masuk akal. Awalnya, klub ini didirikan pada Maret 1947 (tahun Korea) atau Juli 1949 (tahun Maesehi) sebagai Central Sports Training School Sports Club sebagai bagian dari Tentara Rakyat Korea.  

Pada 25 Juni 1971 (tahun Korea) atau 26 Juni 1972 (tahun Masehi), nama klub diubah menjadi nama saat ini, 4.25 SC. 

Pertanyaannya, mengapa menggunakan angka? Bukankah klub-klub sepakbola sejenis juga banyak di berbagai negara seperti CSKA Moscow di Rusia, Partizan Belgrade (Yugoslavia/Serbia), Steaua Bucharest (Rumania), atau Warriors FC (Singapura)? 

Pemilihan 4.25 SC sebagai nama klub ternyata didasarkan pada tanggal kelahiran tentara gerilya melawan Jepang yang dipimpin Bapak pendiri Korea Utara, Kim Il-sung, yaitu Tentara Revolusioner Rakyat Joseon, pada 25 April 1932. Di kemudian hari, ini menjadi Tentara Rakyat Korea.



Sampai 1977, tanggal resmi pendirian Tentara Rakyat Korea yang asli adalah 8 Februari 1948. Tapi, pada 1978 diubah menjadi 25 April 1932. Perubahan ini dibatalkan pada 2018. 

4.25 SC merupakan tim klub paling sukses di negara tersebut, setelah memenangkan 22 kejuaraan nasional. Kandang 4.25 SC adalah Stadion Yanggakdo. Dalam kompetisi antarklub internasional, pertandingan kandang biasanya dimainkan di Stadion Nasional Kim Il-sung. Semuanya di Ibu kota Korea Utara, Pyongyang.

Layaknya, liga di negara lain, 4.25 SC juga memiliki rival domestik yang dikenal sebagai Derby Pyongyang. Musuh abadi 4.25 SC adalah Amnokgang SC. Ini adalah klub milik Polisi Korea Utara. Jadi, adu gengsinya bukan antara orang kaya vs orang miskin atau klub kota vs klub desa, melainkan Tentara vs Polisi. 

Sebagai klub terbaik di Korea Utara, 4.25 SC sudah banyak menyumbang pemain nasional. Saat Piala Dunia 1966 misalnya, beberapa pemain juga ikut ke Inggris. Sebut saja Kang Bong-chil, Im Seung-hwi, Han Bong-zin, hingga Li Chi-an.

Kemudian, ketika Korea Utara tampil di Piala Dunia 2010 pemain-pemain 4.25 SC juga mendominasi. Mereka antara lain Pak Nam-chol, Ri Kwang-chon, Kim Kum-il , Ji Yun-nam, Mun In-guk, Choe Kum-chol, serta Nam Song-chol. Nama terakhir bahkan menyandang status kapten tim.