Klub yang dibela Golcalves akan jumpa Man City di Liga Champions. Kebetulan?
Entah kebetulan atau sudah menjadi takdir, Sporting Lisbon mendapatkan kesempatan menantang Manchester City pada babak 16 besar Liga Champions. Ini jadi ajang The Citizens untuk menguji salah satu target transfer window musim panas 2022, Pedro Goncalves alias The Next Bruno Fernandes. 

Sporting merupakan salah satu klub Portugal yang tidak pernah berhenti mencetak pemain potensial. Calon bintang masa depan. Jebolan mereka telah bermain untuk sejumlah klub elite Eropa. Contohnya, Nani, Cristiano Ronaldo, Bruno Fernandes, hingga Bernardo Silva.

Ketika sinar pemain-pemain itu belum redup, Sporting sudah memiliki banyak pengganti. Contohnya, Pedro Antonio Pereira Goncalves. Pria yang biasa disapa Pote itu disebut sebagai "Bruno Fernandes selanjutnya".

Sangat tidak biasa bagi sebuah klub untuk memenangkan gelar yang sangat sulit segera setelah menjual pemain terbaik mereka. Tapi, itulah yang dicapai Sporting musim lalu. Di musim penuh pertama tanpa  Fernandes, Sporting secara sensasional finish di puncak dan menjadi juara untuk pertama kalinya sejak 2002.

Pelatih muda brilian, Ruben Amorim, memang patut dipuji karena menjadi dalang kesuksesan tersebut. Dan, salah satu prestasi luar biasanya adalah menemukan pengganti Fernandes.

Fernandes menjalani musim luar biasa pada 2018/2019. Dia mencetak 20 gol liga. Tapi, Goncalves mengalahkan Fernandes dengan mencetak 23 gol pada 2020/2021. Goncalves menjadi pencetak gol terbanyak pertama Sporting di Primeira Liga sejak Domingos melakukannya pada 1996. 

Menariknya, Goncalves agak diragukan sebelum menandatangani kontrak dengan Sporting pada musim panas 2020. Itu karena Pote hanyalah pemain yang datang dari klub promosi, Famalicao. Di sana, dia juga mencetak lima gol dan memberikan lima assist sebagai gelandang tengah.

Di bawah Amorim, potensi Pote terasah. Dia dimainkan agak sedikit di depan. Kemampuannya untuk menemukan ruang di area penalti terbukti sangat bagus dan dia bisa menyelesaikannya sebagai striker murni.

Secara alami dengan kaki kanannya, Goncalves mampu melakukan serangan klinis dengan kaki kirinya juga, dan performa hebatnya berlanjut hingga musim ini.

Goncalves telah mencetak enam gol di liga sejauh ini dan menambahkan masing-masing dua gol melawan Besiktas dan Borussia Dortmund di Liga Champions saat Sporting selamat dari kekalahan dalam beberapa pertandingan pembukaan untuk lolos ke babak 16 besar.

Mereka yang menyaksikan permainan Goncalves di masa kecilnya tidak terkejut dengan perkembangan tersebut. Pasalnya, dia adalah seorang pencetak gol luar biasa sejak kecil. Ketika bermain untuk tim junior Vidago pada usia 10 tahun, dia mencetak 72 gol dalam satu musim.

Dia suka makan dan sedikit gemuk. Tapi, dia lebih menyukai sepakbola. Faktanya, Goncalves benar-benar tumbuh pesat di lapangan, karena rumah keluarganya terletak tepat di samping stadion milik Vidago.

Ibunya bekerja di klub, merawat pakaian dan peralatan. Sementara Goncalves muda selalu berlari dengan bola di kakinya. Dia hidup dengan ayah tirinya karena sang ayah kandung meninggal ketika Goncalves berusia enam bulan. Baik ayah kandung maupun ayah tirinya merupakan anggota Pemadan Kebakaran. 

Perjalanan dari rumah kecil itu menuju ketenaran sangat panjang dan unik. Pada usia 11 tahun, Goncalves direkomendasikan bergabung ke Akademi Sporting Braga dan harus meninggalkan rumah untuk memenuhi mimpinya.

"Saya mengatakan kepadanya bahwa itu tidak cukup untuk menjadi berbakat, dan dia harus meningkatkan dalam setiap aspek permainan. Dia memiliki banyak kualitas dan melakukan segalanya dengan baik, tetapi penting untuk lebih terlibat dalam permainan," Agostinho Oliveira, salah satu pelatih junior Braga, dalam wawancara dengan Diario de Noticias.

Braga memang melihat potensi Goncalves sebagai gelandang. Sayang, dia tidak dinilai hebat oleh pelatih lain sehingga tidak ditawari kontrak ketika Oliveira meninggalkan klub pada 2015.

Tanpa Oliveira, Goncalves harus menemukan jalan lain. Saat berusia 17 tahun, Nuno Espirito Santo menawarinya kesempatan emas di Valencia. Di Spanyol dia mendapatkan kesempatan berlatih di tim junior dengan beberapa pemain bagus seperti Carlos Soler dan Ferran Torres.

Ketika Nuno bergabung dengan Wolverhampton Wanderers setelah karier yang sukses di Porto, Goncalves dipanggil. Dia diminta bergabung dengan kontrak yang sangat menguntungkan, yang tidak mungkin ditolak. Jadi, Pote pindah ke negara ketiga sebelum melakukan debut profesional.



"Pote menonjol. Dia sangat baik dalam penguasaan bola, selalu bisa menemukan ruang, tidak salah memasukkan umpan, dan memiliki kemampuan untuk menyelesaikannya juga. Tapi, di tim utama, dia adalah korban skema taktis," ujar Rui Pedro Silva, asisten Nuno di Wolves, kepada O Jogo.

Kontribusi Goncalves untuk tim utama terbatas pada satu penampilan sebagai pemain pengganti di Piala Liga pada Agustus 2018. Kariernya di Inggris terhenti dan dia memilih pergi untuk mencari pengalaman lain yang lebih berharga. Dia kembali ke Portugal dan bergabung dengan Famalicao.

Di bawah bimbingan Joao Pedro Sousa, kepercayaan diri Goncalves tumbuh. Dengan mudah dia menjadi pemain utama bagi tim yang secara sensasional memimpin klasemen dalam beberapa bulan pertama musim 2019/2020.



"Saya biasanya menggambarkan dia sebagai pemain jalanan karena dia tidak peduli dengan siapa dia bermain. Dia tidak merasakan tekanan dari pertandingan besar," kata mantan rekan setim Goncalves di Famalicao, Fabio Martins, kepada BBC Sports.

Kemampuan Goncalves terpantau Amorim. Dia menyukai kualitas Goncalves, yang sangat mirip dengan Fernandes. Jadi, dia memutuskan untuk membawa bintang yang sedang naik daun itu ke Sporting. "Adalah impian setiap pelatih untuk memiliki pemain serba bisa seperti Pote," kata Amorin saat itu.

Jadi, tidak mengherankan jika pada transfer window musim panas 2022, Goncalves akan pindah ke Man City. Syaratnya, bermain bagus saat Sportingn menghadapi dua pertandingan ababk 16 besar dengan The Citizens. Tidak peduli hasilnya, penampilan Goncalves akan membuat Pep Guardiola semakin yakin.