Putra daerah asli Lamongan, buat Persela degradasi. Tangisan profesionalitas.
Sepakbola dan cinta adalah dua kata yang bertautan, diucapkan dalam satu tarikan nafas. Para pemain memiliki ikatan emosional kedaerahan yang kuat. Namun di lain sisi nasib membawa mereka menempuh karier di klub lain.

Sederhananya begini, seorang pemain yang berasal dari daerah A kebanyakan justru memperkuat klub yang berasal dari daerah B. Hal itu sangat biasa dalam sepakbola.

Tapi menjadi tidak biasa pada momen-momen tertentu. Momen yang menyayat ingatan. Hal itu tampak jelas ketika seorang Dendy Sulistyawan yang saat ini memperkuat Bhayangkara FC 
bertemu dengan klub tempat ia menimba ilmu sepakbola. Klub yang berasal dari kota tempat ia tumbuh dan dibesarkan: Persela Lamongan.

Dan apa boleh dikata, Bhayangkara FC berjumpa Persela Lamongan pada pekan ke-32 BRI Liga 1 2021-2022. Laga itu  digelar di Stadion Kapten I Wayan Dipta, Gianyar, Bali, Minggu (20/3/) malam WIB.

Dengan mata kepalanya sendiri, Dendy harus menyaksikan klub masa kecilnya itu kebobolan empat gol tanpa balas. Dan dari keempat gol itu, Dandy justru menyumbang satu gol pada menit ke (50')

Tiga gol kemenangan Bhayangkara FC lainnya dicetak oleh Muhammad Hargianto (29') Herman Dzumafo (76'), dan Melvin Platje (90').

Berbeda dari rekan-rekannya yang lain, Dendy menunjukkan suasana hati yang berbeda. Ketika ia menjebol gawang Persela Lamongan, penyerang berusia 25 tahun itu langsung berlutut di depan gawang sambil menutupi wajahnya yang tampak mengeluarkan air mata.

Herman Dzumafo lalu menghampiri dan menenangkan Dendy, dan ia berjalan tertunduk sambil tetap menyembunyikan wajah sedihnya. Itulah sepakbola dan cinta, yang berada di tengah-tengah profesional.



Di satu sisi, Dendy membuat Bhayangkara FC meraih tiga poin penuh penting, di lain sisi, Dandy ikut membuat Persela Lamongan terdegradasi ke Liga 2. Momen hari itu adalah ekspresi maksimal dari seorang Dendy Sulisytiawan untuk Persela Lamongan, dan untuk Bhayangkara FC.