Andai saja akademi itu masih buka.
Beberapa pesepakbola berhasil mewujudkan impiannya memperkuat klub yang digemarinya sejak masih bocah. Pemain-pemain yang beruntung itu antara lain seperti Xavi, Steven Gerrard, hingga Marcus Rashford.

Namun, tidak sedikit pemain bintang yang justru memperkuat rivalnya. Beberapa pemain itu mengambil rute yang lebih tidak biasa dalam memilih klub mana yang akan dia bela. Mereka mendukung X, tetapi akhirnya bermain untuk Y yang kebetulan berakhir menjadi rival satu sama lain.

Sepakbola adalah permainan yang lucu, tetapi beberapa pemain menginjak garis yang sangat berbahaya ketika masa kecilnya mendukung klub pujaan, namun bermain untuk klub rival ketika beranjak dewasa. Pada catatan itu, mari kita lihat 6 pemain yang jadi suporter rival saat kanak-kanak.

1. Isco (Barcelona)

Gelandang serang Real Madrid berusia 23 tahun itu bukan produk dari akademi Madrid, tapi faktanya dia bergabung dengan Madrid setelah bermain untuk Valencia dan Malaga.

Saat bergabung dengan Madrid, Isco mengungkapkan bahwa dia adalah fans Lionel Messi. Dia memiliki cara unik untuk menunjukkan dukungan dan cintanya kepada superstar Argentina itu. Dia menamai anjingnya dengan nama penyerang Barcelona itu.

"Saya menamai anjing saya, seekor labrador 'Messi' karena Messi adalah yang terbaik di dunia, dan begitu juga anjing saya,"  kata Isco.

Bahkan, dalam sebuah wawancara pada 2009, Isco mengatakan bahwa dia sangat anti dengan Madrid: "Saya selalu sedikit anti-Madridista. Saya merasa ini adalah klub yang arogan, dan tanpa kerendahan hati Anda tidak akan mendapatkan apa-apa,"

2. Ole Gunnar Solskjaer (Liverpool)

Pelatih asal Norwegia itu mewakili Manchester United lebih dari 350 pertandingan dan telah memenangkan enam gelar Liga Premier dan Liga Champions.

Man United memang berada dalam darahnya ketika dia bermain secara profesional. Namun, saat dia masih bocah, Solkjaer adalah fans berat The Reds. Dalam bukunya, terungkap bahwa sang striker suka mengoleksi kartu dan stiker pemain. Favoritnya adalah kartu Liverpool.

Tampaknya Ole memiliki kebiasaan bermain untuk tim lawan karena dia kemudian mengungkapkan bahwa dia menandatangani kontrak dengan klub yang dianggap sebagai musuh tim yang dia dukung.

3. Gareth Bale (Arsenal)

Gareth Bale menjadi pusat perhatian saat bermain untuk Tottenham setelah menandatangani kontrak dari Southampton. Penampilan Bale di Liga Champions dan Liga Inggris menarik banyak perhatian dan Real Madrid mengontraknya pada 2013.

Dalam sebuah wawancara radio setelah bergabung dengan Madrid, Bale memiliki beberapa komentar tentang kesetiaannya dengan rival besar Tottenham, Arsenal.

"Saya sangat menyukai Arsenal dahulu, tetapi ketika saya pindah ke Tottenham tentu saja saya kurang menyukai mereka - tetapi saya sangat mengagumi Thierry Henry dan Patrick Viera, pemain seperti itu. Mereka luar biasa," kata pemain timnas Wales itu.

Namun, dia tampil lebih baik daripada rekan setimnya di Real Madrid, Isco, mengenai sejarahnya mendukung tim Spanyol. Bale ditanya tentang pernah mengenakan seragam Madrid ketika dia masih muda dan mengapa dia menyukai Los Blancos.

"Saya hanya suka menonton mereka di televisi. Mereka memiliki pemain terbaik, dan memainkan sepakbola terbaik. Saya banyak menonton sepakbola saat kecil. Ketika mereka bermain, itu selalu menjadi pertandingan yang mengasyikkan. Saya sangat menyukai Real Madrid," pungkas Bale.

4. Jamie Carragher (Everton)

Jamie Carragher adalah salah satu bek tengah terbaik yang pernah ada di sepakbola. Meski Carragher tidak diberkati dengan kecepatan, tetapi kekuatan di lini pertahanan tidak diragukan.

Dia membuat lebih dari 700 penampilan untuk The Reds dan menjadi sedikit pemain yang hanya bermain untuk satu klub sepanjang kariernya. Carragher mungkin berdarah merah di lapangan dan di luar lapangan selama karir seniornya, tetapi ada sedikit kebiruan dalam dirinya.

Mantan bek Liverpool itu sebenarnya adalah fans berat Everton saat masih muda dan masih menonton beberapa pertandingan di Goodison Park.

Berbicara kepada Liverpool Echo beberapa tahun yang lalu, Carragher mengungkapkan cintanya kepada The Toffees. “Saya adalah penggemar berat Everton saat masih kecil dan saya jelas pergi ke Liverpool. Tapi, bagaimana saya tahu sebagai seorang anak bahwa saya akan bermain untuk Liverpool?” kata legenda Liverpool itu.

Dia dengan cepat menambahkan: “Apa yang dilakukan Liverpool untuk saya dan keluarga serta teman-teman saya, saya tidak akan pernah bisa kembali mendukung Everton,” tambahnya.

Namun, bisa jadi lebih buruk bagi fans Liverpool jika Carragher seandainya mendukung Manchester United ketika dia masih muda.

5. Mario Balotelli - AC Milan

Mario Balotelli telah bermain untuk beberapa klub terbesar di dunia. Inter Milan, AC Milan, Manchester City, dan Liverpool. Dia sempat bermain untuk klub yang dia dukung, AC Milan, walau bukan jalan yang mudah bagi penyerang Italia itu.

Balotelli membuat namanya terkenal saat bermain untuk Inter, rival terbesar yang dimiliki Milan saat ini. Untuk semua kemampuannya di lapangan, dia adalah salah satu penyerang paling tajam di depan gawang lawan.

Saat bermain untuk Inter, Super Mario mengikuti sesi tanya jawab di sebuah institut. Dia ditanya klub mana yang dia dukung dan dirinya berkata: “Saya seorang Milanista. Apakah kamu tidak tahu itu?”

Penonton ketika itu mengamuk dan selanjutnya bertanya mengapa dia bermain untuk Inter, yang kemudian dijawab oleh pria Italia itu dengan santai: “Yah, saya bermain untuk Inter tahun ini…”

Selanjutnya, dia muncul di sebuah acara televisi mengenakan jersey Milan pada 2010, meski dia masih bermain untuk Inter saat itu. Memang ada-ada saja tingkah aneh Balotelli.



6. Raul - Atletico Madrid

Legenda Real Madrid, Raul, memulai kariernya melalui tim junior sebelum menjadi pemain yang mencetak banyak gol bagi tim La Liga. Pemain Spanyol itu adalah salah satu striker terbaik yang pernah mewakili Madrid dan dia juga memenangkan banyak trofi bersama Los Blancos.

Raul menyelesaikan kariernya setelah bertugas di Jerman, Qatar, dan Amerika Serikat. Tetapi, semua orang mengingatnya selama bermain bersama Los Blancos. Tentu saja, ini semua bisa sangat berbeda beberapa waktu lalu.

Raul sebenarnya adalah bagian dari tim muda Atletico Madrid dan akan masuk ke tim utama. Ayahnya adalah fans Atletico dan begitu juga Raul. Jadi, mengapa dia meninggalkan Atletico untuk bergabung dengan Madrid?

Jesus Gil, presiden Atletico pada saat itu, ingin memotong biaya di klub dan satu langkah yang dia temukan adalah menutup akademi.

Sisanya, seperti yang mereka katakan, adalah sejarah. Raul bergabung dengan tim junior Madrid dan akhirnya menyiksa mantan timnya dengan mencetak gol ketika Derby Madrid.

Semuanya bisa berbeda jika akademi tetap terbuka di Atletico, tetapi catatan sejarah itu menjadi menjadi keuntungan bagi Los Blancos.