Perbuatan tak terpuji ini memang meresahkan...
Di usianya yang sudah menginjak 60 tahun, baik sebagai pemain maupun pelatih, seorang Alan Pardew sudah merasakan asam manisnya karier di sepakbola.

Dan selama 20 tahun lebih menjadi juru taktik, Alan Pardew banyak menghabiskan waktu di Inggris,  sudah pernah melatih Reading FC,  West Ham United, West Bromwich, Newcastle United, Southampton, Crystal Palace, dan beberapa klub lain diluar Inggris.

Terbaru ia ditunjuk untuk melatih klub kasta tertinggi di Liga Bulgaria, CSKA Sofia. Namun kiprahnya disana sangat singkat. Ia memilih mundur dan 
keputusannya itu diambil karena para pemainnya jadi sasaran rasialisme.

Momen rasialisme terjadi saat CSKA hendak melawan Botev Plovdiv di Liga Bulgaria pada 19 Mei lalu. Pertandingan itu digelar beberapa hari setelah mereka kalah di final Piala Bulgaria dari klub rival, Levski Sofia.

Parahnya, suporter mereka sendiri melempari pisang di dalam Stadion Balgarska Armia, Sofia, Bulgaria. Para pemain awalnya menolak untuk berlaga, namun akhirnya turun ke lapangan setelah dibujuk oleh petinggi klub.

Kejadian tersebut membuat Pardew amat kecewa dan marah. Tak ada toleransi lagi. 

"Merupakan hak istimewa bagi saya untuk menjadi bagian dan melayani klub ini. Sayangnya, waktu saya di sini sudah berakhir. Peristiwa sebelum dan sesudah pertandingan dengan Botev [Plovdiv] sama sekali tidak dapat diterima," tutur Pardew dalam pernyataan resmi klub, Kamis (2/6).



"Para pemain kami memutuskan untuk bermain hanya karena kesetiaan dan untuk melindungi klub. Sekelompok kecil penggemar rasis terorganisir mencoba menyabotase dan hal ini bukanlah apa yang saya inginkan." imbuhnya.

Kalimat itu diucapkannya setelah hanya 34 hari ditunjuk sebagai pelatih utama. Juru taktik berkebangsaan Inggris tersebut sebetulnya sudah berada di CSKA sejak November 2020 lalu. Namun saat itu, ia menjabat sebagai Direktur Teknik klub.

Alan Pardew lalu ditunjuk pelatih pada 15 April lalu dan benar-benar resmi sebagai pelatih pada 28 April.  Dan hanya dalam lima pertandingan, Pardew membuat keputusannya bulat-bulat. Sebuah upaya untuk menampar balik rasialisme.