Akankah pada edisi Piala AFC 2022 ini bakal berbuah gelar juara?
Pada hari Rabu (24/08/2022), PSM Makassar akan menghadapi Kuala Lumpur City FC pada babak final Piala AFC 2022 zona ASEAN.

Perjalanan tim berjuluk Juku Eja menuju babak sistem gugur terbilang tidak terlalu menemui halangan karena lawan-lawan yang dihadapi bukan dari tim asal Jepang maupun Australia.

Kendati demikian, hal yang harus mendapat apresiasi adalah bagaimana tim asuhan Bernardo Tavares itu tetap bermain konsisten ditengah kompetisi yang padat serta jarak tempuh yang harus dihadapi pemain.

Piala AFC 2022 merupakan edisi kesimbilan PSM mentas di pergelaran kompetisi Benua Kuning dan sejatinya PSM memiliki beberapa catatan yang penting dalam keikusertaan mereka.

Penasaran? berikut 8 edisi PSM Makassar main di pentas Asia,

1. Asian Club Championship 1996/97

PSM Makassar cuma berstatus runner-up Ligina III musim 1995/96, tapi mereka dapat kesempatan tampil di pentas antarklub tertinggi Asia untuk kali pertama sejak berdiri pada 1915. Tak diketahui alasan pasti mengapa Mastrans Bandung Raya, jawara Ligina III, justru mengoper slot yang harusnya mereka tempati ke Ansar Razak dkk. MBR sendiri tampil di Asian Winners' Cup musim itu.

PSM langsung berhadapan dengan wakil Korea Selatan, Pohang Steelers, di putaran pertama. Anak asuh M. Basri sempat menekuk Pohang di Mattoanging dengan skor 1-0. Tapi saat bertandang ke Steelyard Stadium, mereka dilibas empat gol tanpa balas.

2. Asian Cup Winners' Cup 1997/98

Kendati gugur di babak semifinal Ligina IV 1996/97, PSM bisa mengamankan satu tempat di Asian Cup Winners' Cup 1997/98. Ajang tersebut mempertemukan pada runner-up liga dan jawara kejuaraan domestik. Ini terjadi lantaran Bandung Raya (juara dua Ligina IV) urung mengambil kesempatan tersebut. Prestasi Luciano Leandro dkk pun cukup apik.

Berjumpa Royal Thai Air Force FC (juara Piala Thailand 1996/97) di dua leg putaran kedua, Mereka menang dengan agregat 2-1. Tapi, tim raksasa sudah menunggu di perempat final Zona Asia Barat. Mereka adalah Suwon Samsung Bluewings, runner-up K-League 1996.

Suwon sendiri sudah bertemu dua wakil Asia Tenggara dan catatkan agregat fantastis. Hai Quan (Vietnam) dilibas 9-1, lalu Singapore Armed Force dibekuk delapan gol tanpa balas. PSM bernasib lebih parah. Hanya kalah 0-1 di Mattoanging, gawang mereka jebol 12 kali tanpa sekalipun mencetak gol balasan pada leg kedua.

3. Asian Club Championship 2000/01

Gelar juara di Ligina VI musim 1999/2000 tak cuma melepas dahaga juara selama delapan tahun. Kejuaraan sepak bola bergengsi tingkat Asia turut kembali dijajal setelah "menghilang" selama empat tahun.



Langkah Bima Sakti beserta kolega pun mulus. Song Lam Nghe An (Vietnam) kalah dengan agregat 4-1 di putaran pertama. Masuk putaran kedua, giliran Royal Thai Air Force digulung sebelas gol berbalas satu.

Nah, Mattoanging diberi kehormatan menjadi tuan rumah babak perempat final Zona Asia Timur (menggunakan format grup) dari 21 hingga 25 Maret 2001. Publik Makassar antusias melihat tim papan atas seperti Jubilo Iwata (Jepang), Suwon Samsung Bluewings (Korea Selatan), serta Shandong Luneng Taishan (China) merasakan suasana Kota Daeng.

Kendati tampil dengan dukungan penuh, mereka harus puas menjadi juru kunci. PSM tak pernah mendulang poin dalam tiga pertandingan. Gawang Hendro Kartiko bobol 14 kali, dan hanya memasukkan dua gol.

4. Asian Cup Winners' Cup 2001/02

Juku Eja finis sebagai runner-up Ligina VII 2000/01 setelah dibekuk Persija Jakarta di partai puncak. Meski demkian, Syamsuddin Umar masih diberi satu jatah tiket ke Asian Cup Winners' Cup edisi 2001/02.

Sayang, prestasi di edisi 1997/98 tak terulang. Bersua Victory SC (juara Liga Maladewa 2001) pada putaran pertama Zona Asia Timur, PSM secara mengejutkan justru tumbang dengan agregat 4-2.

Miro Baldo Bento dkk pulang dari Maldives dengan tangan kosong. Tak ada lagi ambisi yang berani dipancang seperti edisi-edisi sebelumnya.