Sebuah tindakan nyata yang layak dicontoh. Cek videonya!
Rasialisme masih menjadi pekerjaan rumah yang besar dan serius di sepakbola Eropa. Bukan hanya di Inggris, melainkan juga di berbagai negara anggota UEFA lain, termasuk Belanda. Contohnya baru saja dialami pemain Ajax Amsterdam, Brian Brobbey.

Akhir pekan lalu, Ajax Amsterdam menghadapi pertandingan yang tidak mudah melawan FC Utrecht. Meski menang 2-0 di De Galgenwaard Stadium, sang juara bertahan Eredivisie harus bertarung ketat sejak kick-off.

Selain pertandingan yang ketat, ada insiden lain yang mencoreng sportivitas. Itu terkait tingkah pendukung FC Utrecht yang melakukan serangan rasial kepada Brian Brobbey. Striker Belanda itu mengubah skor menjadi 2-0 pada tiga menit tersisa di babak pertama. Dia lalu melakukan selebrasi. Sebuah hal yang wajar bukan?

Namun, dari salah satu sudut tribun De Galgenwaard, para pendukung tuan rumah melempari Brian Brobbey dengan botol-botol minuman dan berbagai benda lainnya. Dari kerumunan orang di tribun, terdengar suara-suara kurang layak terkait rasialisme.

Meski menyakitkan, reaksi Brian Brobbey menuai pujian dan simpati dari banyakpenggemar sepakbola di Belanda. Tidak seperti Mario Balotelli yang menendang bola ke tribun, Brian Brobbey meresponsnya dengan gol kemenangan Ajax Amsterdam. Dan, itu cukup membungkam suporter FC Utrecht.



Tidak hanya itu, komentar Brian Brobbey juga luar biasa. "Setelah pertandingan, saya melihat ponsel saya. Kakak saya memberi tahu saya bahwa ada suara monyet," ujar Brian Brobbey kepada ESPN, dalam wawancara pascapertandingan.

"Saya tidak peduli. Itu tidak mempengaruhi saya. Biarkan mereka berbicara. Pada akhirnya kami menang dan mereka kalah. Sekali lagi (saya ingin mengatakan), saya tidak peduli," tambah pesepakbola berusia 20 tahun itu.

Simpati bermunculan setelah melihat kejadian di FC Utrecht dan respons berkelas Brian Brobbey. Asosiasi Sepakbola Belanda (KNVB) memastikan memiliki rekaman kejadian memalukan yang dikerjakan pendukung FC Utrecht kepada Brian Brobbey. Mereka sudah mengagendakan sidang disiplin.

"Jaksa (KNVB) sedang menyelidiki apakah klub bisa disalahkan. Kami juga sedang melacak para pelaku. Jika (aturan) memungkinkan, kami akan melarang mereka datang ke stadion," bunyi pernyataan resmi KNVB.

"Sebelumnya, para pelaku aksi diskriminatif terlalu sering bebas karena gambar yang ada dengan kombinasi suara tidak cukup sebagai bukti. Mudah-mudahan hal itu tidak terjadi lagi di masa mendatang," lanjut pernyataan itu.

Direktur FC Utrecht, Thijs van Es, juga telah menghubungi KNVB dan mengaku siap bekerjasama menendang para pelaku rasial di pertandingan sepakbola. Dia mengecam perilaku para pendukung yang ternyata sempat menghentikan pertandingan setelah kembang api dinyalakan.

"Pelempar kembang api sudah kami identifikasi, dan sekarang sudah ditangkap. Kami juga memiliki (identitas) orang-orang yang berteriak (rasial) dalam gambar. Kami akan mengejar mereka. Jumlah mereka kecil. Tapi, mereka mengacau," ujar Thijs van Es.



Beda dengan Inggris yang sangat serius memerangi rasialisme, sepakbola Belanda termasuk tertinggal. Pasalnya, hinaan-hinaan rasial sering terdengar di lapangan. Bukan hanya kepada pemain-pemain keturunan Afrika, melainkan juga Arab, Yahudi, Latin, hingga China.

"Suara monyet? Saya perhatikan ada di mana-mana. Saya perhatikan lagi di internet, ketika saya keluar dari bus, hal-hal yang kami dengar. Dan, itu bahkan berasal dari anak-anak usia 13-12 tahun. Sangat disayangkan," ujar pemain Ajax Amsterdam lainnya, Steven Berghuis.

"Saya percaya perubahan sedang terjadi dan saya melihat perilaku aneh seperti ini di mana-mana. Itu harus dihentikan," pungkas eks pemain Feyenoord Rotterdam.