Jangan termakan kabar simpang siur...
Peristiwa kerusuhan suporter sepak bola dan aparat keamanan di Stadion Kanjuruhan, Malang, Jawa Timur, pada Sabtu (1/10), menjadi tragedi terbesar kedua di dunia yang menelan korban jiwa terkait pertandingan sepak bola.

Tragedi itu menjadi sorotan dunia, terutama bidang olahraga, dengan berbagai ucapan belasungkawa dari sejumlah klub-klub serta pemain sepak bola dari berbagai negara.

Di dalam negeri, pemberitaan tentang peristiwa itu terus mengalir dari media massa selain berbagai komentar, kritikan, hingga kecaman di media sosial dari warganet Tanah Air.

Namun, muncul unggahan di Twitter yang menyatakan Federasi Sepak Bola Internasional (FIFA) memberikan pernyataan ancaman pembekuan kompetisi sepak bola di Indonesia selama delapan tahun terkait tragedi yang terjadi di Stadion Kanjuruhan Malang itu.

"Kabar terakhir FIFA mengancam membekukan kompetisi di Indonesia selama 8 tahun, semoga ancaman itu benar terlaksana agar seluruh pelaku sepakbola di Indonesia bisa introspeksi dan berubah. Kita tak akan mati karena tak ada sepakbola, tapi kita bisa mati gara-gara nonton bola."



Unggahan yang muncul pada 2 Oktober 2022, pukul 02.18 WIB itu telah disukai lebih dari 50 ribu pengguna lain Twitter, meraih lebih dari 1.700 komentar, dan diunggah ulang hingga lebih dari 17 ribu kali.

Selain di Twitter, sejumlah situs daring di Indonesia juga mengunggah konten artikel yang menyatakan sanksi delapan tahun dari FIFA terhadap Indonesia.

Namun, benarkah FIFA telah memberikan pernyataan ancaman terhadap kompetisi sepak bola di Indonesia akibat tragedi di Malang itu?

Penjelasan Lebih Detail

Hingga Minggu (2/10) malam, tidak terdapat pernyataan resmi dari FIFA yang berisi ancaman pembekuan kompetisi  kompetisi sepak bola Indonesia setelah pertandingan Liga 1, yang menewaskan 125 orang itu.

Presiden FIFA Gianni Infantino, memberikan pernyataan belasungkawa kepada keluarga korban dalam peristiwa seusai laga Arema FC menghadapi Persebaya Surabaya itu.

"Dunia sepak bola sedang dihebohkan menyusul insiden tragis yang terjadi di Indonesia pada akhir pertandingan antara Arema FC dan Persebaya Surabaya di Stadion Kanjuruhan," ujar Gianni.



Pria asal Italia itu menyatakan tragedi di Malang pada 1 Oktober 2022 menjadi hari gelap bagi semua yang terlibat dalam sepak bola, sekaligus menjadi tragedi di luar pemahaman.

"Bersama FIFA dan komunitas sepak bola global, semua pikiran dan doa kami bersama para korban, mereka yang telah menjadi korban terluka, bersama rakyat Republik Indonesia, Konfederasi Sepak Bola Asia, Persatuan Sepak Bola Indonesia, dan Liga Sepak Bola Indonesia, pada masa yang sulit ini," kata Gianni.

Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia (PSSI) sendiri langsung menjalin komunikasi dengan FIFA agar terhindar dari sanksi akibat kerusuhan setelah pertandingan Arema FC melawan Persebaya.

"Kami berharap kejadian ini tidak menjadi rujukan atau landasan FIFA untuk mengambil keputusan-keputusan yang tidak baik dan tidak menguntungkan Indonesia dan, khususnya, PSSI," kata Sekretaris Jenderal PSSI Yunus Nusi.

Terkait potensi sanksi dari FIFA, Yunus Nusi mengaku belum memiliki gambaran. Tapi, dia yakin FIFA tidak akan mengambil keputusan secara instan.