Bukti naturalisasi lebih baik dari local pride..
Penampilan tim nasional Maroko di Piala Dunia 2022 benar-benar mengejutkan. Mereka lolos ke babak 16 besar setelah mengalahkan Belgia dan menjadi pemuncak klasemen grup. Hebatnya, semua itu karena keberadaan pemain-pemain keturunan Maroko yang pulang kambung.

Ketika naturalisasi pemain-pemain keturunan masih terus menjadi perdebatan yang tidak berguna di Indonesia, Maroko ternyata berhasil membuktikan bahwa pemain-pemain berdarah Maroko yang lahir dan besar di luar negeri sangat berguna.

Catatan menunjukkan, 16 dari 26 pemain Maroko di Piala Dunia 2022 adalah keturunan. Salah satu yang cukup populer karena merupakan jebolan La Masia adalah Munir El-Haddadi. Ayahnya penduduk asli Maroko yang berimigrasi ke Spanyol pada usia muda.

Sebagai jebolan La Masia bakat Munir El-Haddadi telah terasah dengan sangat baik. Dia bukan hanya membela Barcelona di semua tingkatan, melainkan juga dipercaya berseragam tim junior Spanyol.

Tapi, pemain naturalisasi Maroko bukan hanya Munir El-Haddadi. Penampilan hebat mereka di Qatar dibangun di sekitar pemain yang telah tampil di liga-liga ternama Eropa sebagai warga negara asing yang mengikuti imigrasi para leluhur dan berkembang di luar negeri.

Mayoritas pemain kunci mereka seperti Hakim Ziyech, Noussair Mazraoui, dan Sofyan Amrabat lahir di Belanda. Achraf Hakimi lahir di Spanyol dan bergabung dengan tim muda Real Madrid pada usia enam tahun. Sedangkan penjaga gawang Yassine Bounou adalah keturunan Kanada. Kapten Romain Saiss lahir di Prancis. Begitu pula pemain sayap Sofiane Boufal.







Sebanyak 16 dari 26 pemain Maroko di Piala Dunia 2022 lahir atau dibesarkan di negara asing. Pelatih kepala mereka, Walid Reragui, juga lahir dan besar di Paris sebelum menjadi kapten tim sepakbola Maroko dan kemudian melatih tim nasional.

Naturalisasi bukanlah hal yang unik di Maroko, mengingat lebih dari 100 pemain di Piala Dunia ini mewakili negara-negara yang bukan negara kelahiran mereka. Tapi, bagi Maroko, besarnya kesuksesan mereka menambah signifikansi tren ini.

Di Piala Dunia 1986, sepakbola Maroko menjadi terobosan. Maroko menjadi tim Afrika pertama yang lolos ke babak gugur. Itu menjadi pencapaian yang dibangun di sekitar Maroko dan dengan perluasan identitas Afrika. Keberhasilan mereka saat ini terasa seperti representasi dari identitas di zaman modern.