Kissock mengaku mendapat pengaruh dari Messi, Xavi, Iniesta. Sayang kariernya tidak seindah mimpinya.
Pada 2006, John-Paul Kissock memecahkan rekor Wayne Rooney untuk menjadi pemain Everton termuda yang tampil di tim cadangan. Tapi, 3 tahun kemudian, warga Liverpool asli itu beralih profesi menjadi sopir taksi.

Lahir di Fazakerley, Liverpool, Kissock bermain untuk tim junior Key Ways sejak usia 6 tahun dan bergabung dengan Akademi Everton setahun kemudian. Di Key Ways dia bermain bersama Lee Molyneux, yang bergabung dengan Kissock di Everton pada 2000, dan Charlie Barnett, yang kemudian magang di Liverpool.

Sambil menimba ilmu di The Toffees, Kissock melanjutkan pendidikan formal di SMA Archbishop Beck. Lalu, dia dipilih untuk bermain tim nasional Inggris U-16 pada November 2004. Ketika itu dia berusia 14 tahun dan untuk pertandingan melawan Skotlandia U-16.

Pada tahun-tahun berikutnya, Kissock menjadi pemain reguler untuk Everton U-18 dan Everton Reserve. Dalam prosesnya dia memecahkan rekor Wayne Rooney sebagai pemain termuda yang pernah bermain untuk tim cadangan The Toffees.

Kissock sempat dipanggil ke tim utama Everton untuk pertandingan Piala UEFA melawan AZ Alkmaar pada Desember 2007. Tapi, dia gagal masuk starting line-up maupun pemain pengganti. Bahkan, selama musim 2007/2008, dia bergabung dengan tim utama untuk 12 pertandingan Liga Premier. Tapi, tidak satupun yang diakhiri dengan bermain.

Dengan postur 168 cm dan bermain sebagai gelandang, Kissock mengagumi trio Barcelona: Lionel Messi, Xavi Hernandez, Andres Iniesta. "Ketika saya datang, itu semua tentang tinggi dan fisik dan berdasarkan bentuk tubuh yang atletis karena gelandang didorong untuk menjadi box to box midfielder," ujar Kissock, dikutip Planet Football.

"Begitu ketiganya (Messi, Xavi, Iniesta) mulai tampil, mereka memberikan pengaruh besar. Karena itu menunjukkan bahwa anda tidak harus besar dan fisik atletis untuk memberi pengaruh pada permainan tim anda," tambah Kissock.

Penampilan yang bagus membuat Kissock bermain di semua tim junior Inggris. Dia dipanggil David Moyes untuk diberi kesempatan bergabung dengan skuad utama Everton. Tapi, pada 2009, Moyes pulalah yang memberi tahun Kissock bahwa dirinya bebas mencari klub baru. Dia segera masuk ruang ganti dan menangis. Dia sedih karena Everton adalah klub idola sejak kecil.

"Saya mencoba menahannya (tangisan). Tapi, saya segera putus asa. Itu (bermain di Everton) adalah mimpi saya. Tapi, itu tidak membuatnya lebih mudah, dan itu tidak berarti kehancuran saya berkurang. Baik Phil Neville maupun Tim Cahill melihat saya dengan iba. Mereka menjaga saya. Mereka berdua sangat baik kepada saya," ungkap Kissock.

Dicampakkan Moyes benar-benar membuat Kissock jatuh. Entah apa sebabnya cara bermain sepakbola yang dia pelajari sejak kecil mendadak hilang. Dia pergi ke Skotlandia untuk membela Hamilton. Tapi, itu hanya berjalan 3 bulan dengan hanya 3 pertandingan sebelum kembali menganggur.

Frustrasi dengan kondisinya, Kissock meninggalkan sepakbola. Berhubung hanya memiliki ijazah SMA, tidak ada perusahaan yang menerimanya bekerja. Dia juga tidak memiliki tabungan untuk biaya kuliah karena bayaran sebagai pemain reserve hanya cukup untuk makan sehari-hari. Akibatnya, Kissock memilih menjadi supir taksi di Liverpool.

Pekerjaan itu ditekuni Kissock beberapa bulan hingga keluarga dan teman-teman mendorong dirinya untuk kembali ke sepakbola. Dia bermain untuk tim lokal Newton dan Formby sebelum menikmati karier di  Southport, Luton Town, Ebbsfleet United, dan Whitehawk. Semuanya di kompetisi bawah.

"Moyes adalah pelatih hebat, secara defensif. Dia menyukai sedikit soliditas. Itu tidak baik untuk saya karena gaya permainan saya (yang menyerupai Xavi, Iniesta, Messi). Prioritas Moyes adalah pertahanan. Tapi, saya selalu mencoba dan melepaskannya dari empat bek dan berlari untuk menciptakan sesuatu seperti memainkan permainan saya. Tapi, dia tidak suka itu. Saya menemukan jalannya sedikit lebih sulit dan saya pikir dia menjadi frustrasi dengan saya," sebut Kissock tentang alasan tidak digunakan Moyes.

Kissock sempat dipinjamkan ke klub Skotlandia, Gretna. Dia bermain melawan Glasgow Celtic dan Glasgow Rangers sebelum kembali ke Goodison Park menjelang musim 2008/2009. Saat itu, Everton dikalahkan Chelsea 1-2 di final Piala FA.

"Saya sebenarnya berada di bangku cadangan pada babak sebelumnya. Tapi, saya tidak masuk ke lapangan. Sejujurnya, tidak berada dalam skuad untuk final Piala FA membuat saya sangat kesal. Melihat ke belakang, kami memiliki Leon Osman, Steven Pienaar, Mikel Arteta, dan Tim Cahill di lini tengah. Semuanya brilian dan saya jelas tidak sebagus mereka," ujat Kissock.

"Tapi, saya masih berpikir bahwa saya pantas mendapat kesempatan, seperti yang diberikan Jose Baxter dan James Wallace (dua rekan seangkatan Kissock yang masuk skuad utama Everton). Saya merasa sebaik mereka," tambah Kissock.

"Jimmy Lumsden (asisten Moyes ketika itu) sangat menyukai saya dan terus menyuruh saya pergi dan mengetuk pintu Moyes. Tapi, saya tidak memiliki kepercayaan diri. Moyes bukanlah tipe pelatih yang bisa merangkulmu. Suatu hari dia akan berjalan melewati saya dan bahkan tidak membiarkan saya," beber Kissock.

Akhirnya, Moyes memang benar-benar datang memanggil Kissock ke kantornya untuk memberi tahu dia bebas pergi. "Jelas, saya tahu itu memang ditakdirkan. Tapi, saya masih hancur. Saya merasa telah mengecewakan orang," ucap Kissock.

"Kesehatan mental dibicarakan dengan lebih terbuka hari ini. Tapi, tidak pada saat itu. Saya menderita kecemasan akut. Ini adalah industri tersulit bagi anak muda, terutama ketika mereka dilepaskan oleh klub dan tidak ada yang bisa mereka andalkan selain sepakbola," kata Kissock.

Setelah meninggalkan Everton, Kissock menghabiskan 4 bulan di Skotlandia bersama Hamilton. Tapi, kecintaannya pada permainan tersebut berkurang. Dia mulai bekerja untuk sebuah perusahaan penyewaan taksi sebagai supir. Meski sempat bermain lagi, dia tidak bisa meninggalkan pekerjaan sebagai supir taksi untuk mendapatkan penghasilan tambahan.

Musim lalu, Kissock sempat ditunjuk pemain merangkap asisten pelatih di Whitehawk di Isthmian League Premier Division (kompetisi semiprofesional). Klub itu berbasis di Brighton dan setiap hari Kissock harus pulang-pergi ke rumahnya di Liverpool. Itu butuh waktu 10 jam.

Tapi, akibat pandemi Covid-19, semuanya berubah. Kissock kembali menjadi pengangguran lantaran dampak Virus Corona telah membuat bisnis transportasi mati suri. Saat ini tidak banyak orang yang menggunakan taksi untuk melakukan perjalanan akibat pembatasan-pembatasan yang dilakukan pemerintah.

"Liga dibatalkan ketika karantina wilayah jilid pertama terjadi. Saudara laki-laki saya, yang memiliki bisnis properti, menyarankan saya untuk kembali ke Liverpool dan bekerja untuk dirinya. Saya sangat merindukan sepakbola. Tapi, saya pikir saya telah membuat keputusan tepat," ungkap Kissock.

Meski meninggalkan sepakbola dan kecewa dengan Moyes, Kissock memastikan tetap menjadi pendukung fanatik Everton sampai mati. "Saya tidak pernah menjadi orang yang pahit dan saya memiliki beberapa pengalaman yang luar biasa. Saya tidak punya kata buruk untuk dikatakan kepada Everton," pungkas Kissock.