Kisah Inspiratif Luis Diaz, Dari Anak Kurang Gizi Jadi Bintang Liga Champions

"Apa layak dibandingkan seperti Luis Figo."

Analisis | 26 November 2021, 14:14
Kisah Inspiratif Luis Diaz, Dari Anak Kurang Gizi Jadi Bintang Liga Champions

Libero.id - AC Milan tidak akan pernah melupakan sosok yang bernama Luis Diaz. Pemain asal Kolombia ini dianggap selalu menggagalkan upaya I Rosonerri mendapat poin penuh.

Dalam pertemuan pertama di babak penyisihan grup Liga Champions, Diaz menjadi satu-satunya pencetak gol untuk kemenangan Porto. Sementara dalam laga kedua, Diaz juga mencetak satu gol dalam hasil imbang yang manis.

Bersama Porto sejauh musim panas ini, Diaz telah mencetak 11 gol dalam 17 penampilan.

Di level timnas, Diaz tak terbendung selama Copa America musim panas ini. Dia mencetak gol melawan tim kuat seperti Brasil dan Argentina, dan menyelesaikan turnamen sebagai pencetak gol terbanyak bersama Lionel Messi dengan koleksi 4 gol.

Pemain berusia 24 tahun ini telah dikaitkan dengan kepindahan ke beberapa klub Liga Premier, seperti Everton, Newcastle United, bahkan Liverpool.

Lalu, siapakah sebetulnya Diaz. Bagaimana perjalanannya, sehingga bisa sampai ke titik yang sekarang?

Yang jelas, apa yang dirasakan Diaz sekarang merupakan proses dari sebuah perjalanan panjang. Nama-nama seperti Radamel Falcao, James Rodriguez, Fredy Guarin dan Jackson Martinez adalah sumber inspirasinya.

Masa Kecil Luis Diaz

Salah satu hobi Diaz sebagai seorang anak adalah menonton kereta api yang melintas, kereta api yang mengangkut batu bara itu cuma lewat tiga kali sehari di desa kecilnya bernama Barrancas.

Saat kereta api melintas, Diaz sering mendapati dirinya bertanya-tanya apakah dia akan memiliki kesempatan untuk melihat lebih banyak pemandangan di belahan bumi lainnya.

Diaz tumbuh dan besar di desa di mana 4.770 anak meninggal karena kekurangan gizi antara 2008 dan 2016. 

Ketika 'Pocillo' Diaz pertama kali bertemu dengan pemain sayap Porto pada 2015, sang pelatih tercengang dengan betapa kurusnya Diaz.

"Untuk sesaat, kami pikir akan sangat sulit baginya untuk tampil karena Diaz tampaknya memiliki masalah kekurangan gizi. Dia sangat kurus dan akan kalah dalam duel dengan pemain lain," kenangnya.

"Namun terlepas dari itu, dia berhasil menonjol di antara 400 kandidat dan masuk ke dalam skuad yang berisi 26 orang. Dia awalnya bermain sebagai striker, tetapi memiliki satu masalah besar dalam permainannya,” ungkapnya.

“Dia biasa menjalankan bola dengan kepala menunduk, jadi terkadang dia tidak menyadari bahwa dia telah mencapai ujung lapangan. Dia sangat cepat dan memiliki teknik yang sangat bagus, bola akan menempel di kakinya seperti lem." 

Pemain yang juga disapa sebagai Lucho ini kali pertama menandatangani kontrak dengan klub lapis kedua Kolombia, Barranquilla FC.

Dia telah membuat kesan sedemikian rupa, sehingga dia memimpin tim untuk membuat kelompok usia baru untuk mengakomodasi dia.

“Ketika kami membawanya, Lucho telah berusia 18 tahun. Tetapi, turnamen khusus pemain muda di Kolombia dibagi antara kelompok usia di bawah 20 dan di bawah 17 tahun," kata Fernel Diaz, koordinator sepakbola pemuda Barranquilla.

"Dia tidak siap untuk bermain dengan yang pertama dan terlalu tua untuk yang terakhir, jadi kami harus menemukan solusi. Kami kemudian memutuskan untuk meluncurkan tim di bawah 18 tahun untuk memberinya dan anak laki-laki lain waktu bermain,” tuturnya.

"Namun, dia tidak bertahan lama. Pada akhir tahun itu, dia sudah tampil untuk tim U-20 (Barranquilla)."

Pada titik ini, tidak ada keraguan lagi tentang bakatnya. Namun, Diaz masih perlu memperkuat tubuhnya. Manajemen Barranquilla kemudian memulai rencana yang membuatnya bertambah 10 kg melalui rencana diet yang mencakup makan pasta saat sarapan.

Pada 2017, dia pindah ke Junior dan kariernya semakin mentereng. Dia memenangkan Liga Kolombia dan mencapai final Copa Sudamericana pada tahun berikutnya.

Dia akan mencetak gol tim nasional pertamanya dalam kekalahan 2-1 oleh Korea Selatan pada 2019, menjadi pemain sepak bola pertama dari La Guajira yang melakukannya sejak 1990-an. Mantan bos Kolombia Carlos Queiroz, yang juga memimpin Portugal dan Real Madrid, membandingkannya dengan Luis Figo yang legendaris.

Dia mendapat tawaran dari Zenit St Petersburg dan Cardiff City di antara banyak lainnya, tetapi Diaz akhirnya memilih Porto dalam kesepakatan 7 juta euro pada musim yang sama.

Dia sekarang diperkirakan akan meninggalkan raksasa Portugal musim panas mendatang dalam transfer yang memecahkan rekor, dengan klausul pembeliannya ditetapkan di angka 80 juta euro.

(mochamad rahmatul haq/yul)

Baca Berita yang lain di Google News




  • 0%Suka
  • 0%Lucu
  • 0%Sedih
  • 0%Kaget

Opini

(500 Karakter Tersisa)

Artikel Pilihan


Daun Media Network