Kisah Danny Simpson, Eks Man United Korban "Hairdryer Treatment" Sir Alex Ferguson

"Selain sukses, Ferguson di MU juga dikenal sebagai pelatih galak. Pemain ini salah satu korbannya."

Biografi | 06 December 2021, 01:06
Kisah Danny Simpson, Eks Man United Korban "Hairdryer Treatment" Sir Alex Ferguson

Libero.id - Di era kejayaan, Sir Alex Ferguson terkadang sangat kejam kepada para pemain Manchester United. Selain David Beckham yang pelipisnya bercucuran darah karena dilempar sepatu, beberapa pemain kerap mendapatkan kata-kata kasar. Salah satunya Danny Simpson.   

Tidak seperti Beckham yang terkenal, Simpson bukan siapa-siapa di Old Trafford. Berposisi sebagai full back kanan, pemuda berusia 34 tahun itu sekarang masih aktif bermain untuk Bristol City di Championship Division.

Simpson merupakan jebolan akademi Setan Merah dan sempat dipinjamkan ke Royal Antwerp serta Sunderland sebelum akhirnya membuat debut di tim utama MU pada 2007/2008.

Namun, karier Simpson bersama Setan Merah tidak dimulai sebaik yang diharapkan. Setelah debut kompetitifnya di Piala Liga berakhir dengan kekalahan 0-2 melawan Coventry City, dia mengakui bahwa salah satu penampilan pertamanya di Liga Premier untuk MU juga tidak berjalan sesuai rencana.

Beberapa tahun kemudian, saat diwawancarai Podcast On the Judy, Simpson mengakui bahwa seperti kebanyakan pemain MU yang bermain di bawah Ferguson, dia tidak bisa mengelak dari kata-kata kasar sang pelatih. 

Bahkan, akibat seringnya dimaki-maki, Simpson menyebut para pemain MU memiliki sebutan khusus untuk caci maki yang keluar dari mulut Ferguson. Mereka menyebutnya "hairdryer treatment". Itu adalah istilah untuk menggambarkan mulut Ferguson seperti pengering rambut yang berisik saat digunakan.

Semua itu dilakukan Fergie untuk menaikkan mental para pemainnya. "Itu adalah salah satu pertandingan pertama saya melawan Everton, dan itu sekitar satu setengah jam sebelum kick-off. Fergie berkata, 'Danny, kamu akan bermain', dan saya berkata dalam hati: 'Sial, aku belum siap untuk ini'. Saya tidak punya pilihan," ujar Simpson.

Dan, benar saja. Dalam laga itu Simpson tampil buruk. Ketika jeda babak pertama, Simpson ingat bahwa saat memasuki ruang ganti, Ferguson langsung menyemprotnya di wajah habis-habisan. Dia juga mengaku kepalanya sedikit di tempeleng.

"Jadi saya duduk di ruang ganti, sepanjang babak kedua, dan saya menangis. Para pemain datang ketika Fergie menyelesaikan pidatonya, dan anda tahu tepukan kecil di kepala? Seolah-olah dia mengatakan: 'kita semua pernah melakukan kesalahan'. Dan, justru itulah yang membuat saya semakin tertarik dengan Fergie," tambah Simpson.

Beruntung, MU memenangkan pertandingan setelah dua gol Cristiano Ronaldo. "Melihat ke belakang, bayangkan MU kalah di kandang sendiri dari Everton. Saya tidak sadar saat itu. Itu tiga poin besar," jelas Simpson.

"Dan, itu ada di pundaknya jika mereka kalah dan memasukkan seorang anak, kecil, dan dia memercayai saya. Sekarang setelah anda bertambah tua, anda menyadari bahwa jika anda kehilangan tiga poin itu, itu bisa memiliki efek merugikan yang besar bagi mereka untuk memenangkan gelar liga," ungkap Simpson.

Gagal meyakinkan Ferguson, Simpson kemudian dipinjamkan lagi ke sejumlah klub. Dia berada di Ipswich Town, Blackburn Rovers, hingga Newcastle United. Kemudian, The Magpies memberi kontrak permanen pada 2010.

Setelah memainkan lebih dari 100 pertandingan di St James' Park, Simpson pindah ke Queens Park Rangers, Leicester City, Huddersfield Town, dan sekarang di Bristol. Dia sempat ikut mengangkat trofi juara Liga Premier 2015/2016 bersama The Foxes. Itu adalah era terbaik Simpson di sepakbola.

(mochamad rahmatul haq/anda)

Baca Berita yang lain di Google News




  • 0%Suka
  • 0%Lucu
  • 0%Sedih
  • 0%Kaget

Opini

(500 Karakter Tersisa)

Artikel Pilihan


Daun Media Network