Analisis: Pemain Vietnam Itu Seperti Ikan Besar di Kolam Kecil

"Simak ulasannya lebih jauh..."

Analisis | 31 December 2021, 17:19
Analisis: Pemain Vietnam Itu Seperti Ikan Besar di Kolam Kecil

Libero.id - Kalau Anda mengunjungi situs ESPN, ada sebuah kolom ulasan sepakbola disitu tentu saja berbahasa Inggris dan temukanlah tulisan tentang Vietnam timnas Vietnam yang dibuat oleh seorang Pundit bernama Gabriel Tan.

Pria asal Singapura itu menyebut Vietnam memiliki beberapa pemain bintang yang seharusnya bisa bermain di level yang lebih tinggi ketimbang cuma sekelas Piala AFF 2020. Seumpama pepatah, mungkin pepatah yang berbunyi, "Seperti Ikan besar di kolam kecil," pas untuk menggambarkan
Vietnam dalam kompetisi dua tahun paling bergengsi se-Asia Tenggara ini.

Vietnam menjaga clean sheet melalui empat pertandingan penyisihan grup dan satu-satunya kekalahan mereka datang dari leg pertama semifinal ketika melawan Thailand. Bukan masalah kualitas pemain, Vietnam terhenti karena 'dewi fortuna' tidak mengizinkan mereka bolak balik menjuarai kompetisi yang semula bernama Piala Tiger itu.

Pepatah diatas semakin menemukan konteks dan relevansinya ketika kita menyebut nama-nama pemain bintang yang dimaksud oleh Tan, diantaranya: Nguyen Quang Hai, Nguyen Hoang Duc dan Nguyen Tien Linh dan dengan gamblang Tan mengatakan bahwa  mereka harus berani mengambil langkah yang besar dalam keberlangsungan karier mereka.

"Mereka masih bermain di Liga lokaldan mengambil risiko terlalu nyaman seperti ikan besar di kolam kecil." 

Masalahnya mungkin tidak sepenuhnya terletak pada ambisi atau ketiadaan ambisi para pemain, karena aturan sepakbola di Vietnam tidak mengizinkan pemain berkiprah di luar negeri. 

Meskipun kalau ditilik lebih lanjut itu hanya  konsensus tak terucapkan di antara persaudaraan sepakbola Vietnam bahwa para pemain diikat oleh klub mereka, yang memandang mereka sebagai komoditas berharga baik di dalam maupun di luar lapangan. 

Sudah saatnya mereka diberi kesempatan untuk melebarkan sayap, dengan tidak hanya berkiprah di kompetisi domestik.

Tan mengatakan klub-klub Vietnam harus realistis dan rasional untuk bisa melihat gambaran yang lebih besar sehingga mengizinkan para pemainnya untuk berkiprah di luar negeri, tentu dengan semangat untuk membangun sepakbola Vietnam yang lebih maju.

Ambil contoh keberhasilan Thailand, misalnya Chanathip Songkrasin yang bisa kita jadikan 'produk' ideal  bagaimana bermain di luar negeri dapat membantu perkembangan pemain dan imbas positifnya untuk timnas itu sendiri.

Songkrasin telah menghabiskan empat setengah tahun terakhir di kompetisi elit  Jepang ,J1 League, bersama klubnya Consadole Sapporo dan menjadi salah satu pemain terbaik di Asia Tenggara.

Pada leg pertama semifinal melawan Vietnam Kamis lalu, ia tampil luar biasa dan mencetak dua gol yang membantu Thailand melaju ke partai final. Dan Vietnam hampir hanya melongok melihat bagaimana pemain mungil itu menjebol gawang mereka.

Lihat juga timnas Indonesia, dimana para pemainnya makin bergairah, meski yang dibawa oleh Shin Tae-yong adalah pemain-pemain muda, dengan alasan yang sama juga, langkah yang diambil juru taktik asal Korea Selatan itu tak ubahnya sebuah investasi.

Mental para pemain diuji, dan kehadiran beberapa pemain yang berkiprah di luar negeri terbukti ampuh: Witan Sulaeman di Lechia Gdansk, Elkan Bagoott di Ipswich Town, dan Egy Maulana Vikri di FK Senica.

Meski terseok-seok dari Thailand di leg pertama, tapi apa-apa yang ditunjukkan oleh Indonesia sangat menjanjikan.
Dan bayangkan saja, bagaimana jadinya kalau pemain-pemain Vietnam juga punya modal bermain di luar negeri ketika sebelum turnamen Piala AFF 2020 dimulai. Ceritanya mungkin agak sedikit berbeda.

(gigih imanadi darma/mag)

Baca Berita yang lain di Google News




  • 0%Suka
  • 0%Lucu
  • 0%Sedih
  • 0%Kaget

Opini

(500 Karakter Tersisa)

Artikel Pilihan


Daun Media Network