Kisah Karier Kontroversial Legenda Polandia di Juventus, Zbigniew Boniek

"Bagaimana prestasinya saat melatih?"

Biografi | 09 March 2022, 17:56
Kisah Karier Kontroversial Legenda Polandia di Juventus, Zbigniew Boniek

Libero.id - Legenda Juventus dan mantan pemain timnas Polandia, Zbigniew Boniek, pada masanya adalah salah satu sosok paling berpengaruh di sepakbola. Tapi, seberapa banyak yang Anda ketahui tentang wakil presiden UEFA yang saat ini berusia 66 tahun itu?

Mari berkenalan. Boniek lahir di utara Kota Bydgoszcz. Boniek memulai karier sepakbolanya di akademi klub lokal, Zawisza Bydgoszcz, sebelum akhirnya dipromosikan ke tim utama pada 1973. Dia membuat 41 penampilan liga dengan mencetak 14 gol untuk tim kota kelahirannya itu. 

Karena dinilai berbakat, Boniek akhirnya pindah ke Widzew Lodz pada 1975. Posisinya gelandang, tapi insting mencetak golnya tergolong bagus.

Dengan apa yang dia punya, Boniek membantu Widzew meraih gelar Liga Polandia pertama mereka pada 1981, yang kemudian dipertahankan klub pada musim berikutnya.

Di level timnas, catatan Boniek juga tak kalah menarik. Dia mencetak dua gol saat melawan Meksiko di Piala Dunia 1978. Penampilan Boniek di Piala Dunia itu menarik perhatian klub-klub Serie A. 

Juventus lalu sukses mendapatkan talenta berusia 26 tahun itu di masa jayanya. Nyonya Tua membawanya ke Turin pada musim panas yang sama dengan Michel Platini.

Boniek menjadi pemain penting untuk Juventus. Selama tiga tahun kebersamaan, dia memenangkan Coppa Italia pada 1983. Tahun berikutnya mengantarkan Juventus meraih Scudetto, Piala Winners, dan Piala Super Eropa, sebelum akhirnya memenangkan gelar Piala Champions untuk pertama kalinya dalam sejarah Juventus pada 1985.

Terlepas dari keadaan mengerikan dari bencana Stadion Heysel, final melawan Liverpool akan terbukti menjadi puncak karier bermain Boniek. 

Secara tak terduga, Boniek membuat kontroversi dengan memutuskan meninggalkan Juventus. Dia bergabung dengan Roma pada tahun yang sama. Dia menghabiskan tiga tahun di ibu kota dan mempersembahkan trofi Copa Italia di musim pertamanya pada 1986. Dia akhirnya hengkang pada 1988.

Itu artinya, Boniek telah memenangkan trofi besar dalam enam musim berturut-turut. Itu adalah pencapaian mengesankan yang membuatnya berada di urutan ketiga dalam pemungutan suara untuk Ballon d'Or 1982, yang dimenangkan oleh Paolo Rossi. 

Boniek bahkan memenangkan penghargaan Italian Football Hall of Fame pada 2019, menjadi pemain asing kesembilan yang menerima kehormatan itu. Mengingat orang-orang seperti Marco van Basten, Gabriel Batistuta, Diego Maradona, Ronaldo Nazario, dan Ruud Gullit, dan rekan setimnya, Platini. Jelas, Boniek bukan pemain biasa. 

Sama seperti Platini, ada kontroversi di luar lapangan sejak Boniek pensiun dari lapangan hijau. Meski menjadi sosok yang dikagumi di negara asalnya setelah ditunjuk sebagai Ketua Asosiasi Sepakbola Polandia pada 2012, ada beberapa momen buruk di sepanjang perjalanannya. 

Meskipun dia telah mendapatkan popularitas di kalangan ultras Polandia karena melegalkan suar di stadion, komentarnya sebagai reaksi terhadap sanksi yang diberikan kepada Lech Poznan setelah spanduk rasis yang ditampilkan selama pertandingan di Sarajevo pada 2015 tidak dapat diabaikan. 

Boniek mengecam organisasi anti-rasisme setelah insiden itu, menyebut mereka sebagai "pengadu" dan "mata-mata", yang merupakan titik terendah yang signifikan dalam karier profesionalnya. 

Meskipun begitu, Boniek masih dianggap sebagai salah satu orang Eropa Timur terhebat yang pernah memainkan permainan ini. Mantan presiden Juventus, Gianni Agnelli, menjulukinya 'Bello di Notte' – Cantik di Malam Hari – berkat kemampuannya menghasilkan penampilan terbaik di malam-malam kompetisi Eropa. 

Seorang pelari cepat dan tak kenal lelah, Boniek memang dikenal karena kemampuan menggiring bola, teknik dan kreativitasnya. Sementara gerakannya yang cerdas adalah pendamping sempurna untuk kecepatan dan kecerdasannya. 

Namun, saat Boniek memulai karier sebagai pelatih, dia menghasilkan momen yang kurang mengesankan daripada karier bermainnya. Boniek pernah melatih klub-klub kecil seperti Lecce, Bari, Sambenedettese, dan Avellino. Dia juga pernah menjadi pelatih tim nasional Polandia, tetapi semuanya gagal.

Boniek kemudian memutuskan bahwa kariernya setelah pesepakbola lebih cocok mengurus hal-hal administrasi. 

Sekarang dia merupakan bagian dari komite eksekutif UEFA sebagai salah satu dari tujuh wakil presiden yang beroperasi di bawah Aleksander Ceferin. Boniek digambarkan sebagai orang yang terbuka dan blak-blakan, Boniek dikenal karena bicaranya yang lugas.

(mochamad rahmatul haq/yul)

Baca Berita yang lain di Google News




  • 0%Suka
  • 0%Lucu
  • 0%Sedih
  • 0%Kaget

Opini

(500 Karakter Tersisa)

Artikel Pilihan


Daun Media Network