Kisah Zidane dan Bordeaux Curi Perhatian Eropa

"Malam pertunjukan sang legenda."

Analisis | 23 March 2022, 02:49
Kisah Zidane dan Bordeaux Curi Perhatian Eropa

Libero.id - Zinedine Zidane adalah pesepakbola asal Prancis yang memiliki karier mentereng. Meski kini dia sudah pensiun sebagai pemain sepakbola profesional, namun dia melanjutkan kariernya sebagai pelatih.

Pria asal Prancis itu mengawali kariernya sebagai pelatih di Real Madrid dan sukses membawa Los Blancos menjadi juara La Liga hingga Liga Champions.

Tapi, bagaimana dia memulai kariernya sebagai pesepakbola profesional?

Nah, mari kita lihat kisah Zidane dan Bordeaux saat pertama kali mencuri perhatian Eropa.

Pada 19 Maret 1996, Zidane mucul bersama tim kecil Bordeaux melawan AC Milan di perempat final Piala UEFA. Namun, Bordeaux sudah kalah di leg pertama dengan skor 2-0, itu membuat Milan tampil lebih santai saat tiba di Parc Lescure.

Saat itu, Milan berada di bawah asuhan Fabio Capello, bisa dibilang kekuatannya mirip dengan Barcelona saat ini. Mereka adalah tim yang sulit dikalahkan.

Sementara itu, Bordeaux di sisi lain adalah tim kecil di Eropa. Mereka bahkan harus berjuang keras untuk bertahan di Ligue 1, karena mereka finis di urutan ke-16 musim itu.

Namun, kampanye hebat mereka di Eropa menegaskan bakat dan potensi tim. Malam melawan Milan adalah momen pertunjukan Zinedine Zidane, Bixente Lizarazu, dan Christophe Dugarry. Mereka memperkenalkan diri kepada tim-tim terbaik Eropa.

Jean-Luc Dogon, yang memulai pertahanan untuk Bordeaux, merasakan sesuatu yang istimewa terjadi sebelum kick-off.

“Stadion sudah penuh hampir dua jam sebelum pertandingan, dan itu cukup langka untuk klub kami,” kata Dogon. “Saya belum pernah melihat suasana khusus seperti ini sebelumnya, dan saya sudah berada di Bordeaux selama tujuh tahun,” tambahnya.

Akan tetapi, Dogon tak aneh karena lawan yang dihadapi adalah Milan. Stefano Eranio dan Roberto Baggio mencetak gol pada leg pertama (2-0) di San Siro. Pasukan Capello tentu saja memasuki leg kedua dengan nyaman, tetapi juga dengan arogansi.

Milan memiliki tim yang kuat, apalagi terdapat sosok sentral seperti Paolo Maldini, Franco Baresi, Roberto Donadoni, Marcel Desailly, George Weah, Roberto Baggio, dan Patrick Vieira muda menjadi starter. Sementara Paolo di Canio masuk sebagai pemain pengganti di babak kedua.

Sementara Bordeaux memulai kampanye Eropa mereka di Piala Intertoto pada Juli. Karena itu, keberhasilan mencapai perempat final Piala UEFA sudah menjadi rekor tersendiri bagi Bordeaux.

“Mereka menganggap kami enteng,” kata Dogon. “Orang-orang Milan sangat santai dan mereka tidak melakukan pemanasan. Kami mencoba menggunakan ini sebagai motivasi untuk percaya bahwa kami bisa mendapatkan hasil, tetapi kami tahu itu akan sulit.”

“Tidak ada yang mengharapkan kami lolos ke semifinal, apalagi bermain di final melawan Bayern Muenchen. Tapi, hasilnya brutal di lapangan dan Marcel (Desailly) marah setelah pertandingan,” tambah Dogon.

Bagaimana permainannya?

Bordeaux memimpin setelah 14 menit yang intens ketika Didier Tholot mencetak gol pembuka. Gol tercipta dari umpan kerjasama apik Lizarazu dan Richard Witschge yang memberikan assist.

“Kami tahu tim kami bukan yang terbaik di dunia, tetapi kami merasa bahwa kami berada dalam permainan kami sejak awal,” kata Dogon. “Kami menyukai skenarionya.”

Dugarry dan Zidane muda yang saat itu baru berusia 24 tahun sudah memiliki reputasi untuk bakat dan flamboyan. Dalam waktu singkat enam menit, pasangan itu tampil luar biasa menghibur orang-orang di tribune.

Dugarry mengubah skor menjadi 2-0 pada menit ke-64, tetapi gol paling spektakuler adalah gol ketiga pada menit ke-70. Gol itu tercipta ketika Zidane berjuang di lini tengah untuk menciptakan peluang bagi Dugarry, yang melepaskan tembakan ke sudut atas lawan dari tepi kotak.

“Ketika Anda bermain sepakbola, Anda membayangkan saat-saat seperti ini. Anda menginginkan ini, Anda bermain sepakbola untuk ini, dan malam itu benar-benar gila,” kata Dogon.

Dampak Zidane

Ketika Bordeaux pindah ke stadion baru tepat sebelum Euro 2016, Zidane menggambarkan klub dan kota itu sebagai "lebih dari sekadar kenangan".

“Di situlah segalanya dimulai untuk saya, sebagai seorang pria pertama, kemudian saya menemukan diri saya sebagai pemain,” kata Zidane.

Dia bahkan melakukan debut internasionalnya di Parc Lescures melawan Republik Ceko pada Agustus 1994. Dia jelas merasa betah di sana, Zizou masuk sebagai pemain pengganti dan mencetak kedua gol dalam hasil imbang 2-2 untuk mengesankan kaptennya, Eric Cantona.

Dia mencetak enam gol di Eropa untuk Bordeaux pada 1995/1996, jumlah yang tidak pernah dia kalahkan dalam satu musim baik untuk Juventus atau Real Madrid di Liga Champions.

“Saya pikir pertandingan melawan Milan ini membantu Zizou, Liza, dan Duga berkembang sebagai pemain,” kata Dogon.

“Mereka sudah memiliki bakat, tetapi kemudian mereka melihat bahwa tidak ada yang tidak mungkin ketika Anda menggabungkan semua bahan sebagai sebuah tim,” tambahnya.

Laga melawan Milan itu mengukuhkan talenta Zidane, Lizarazu, dan Dugarry. Setelah mencuri perhatian Eropa, ketiganya pindah pergi ke belahan Eropa lainnya pada musim panas. Bagi Bordeaux itu adalah akhir dari sebuah era, tetapi bagi ketiganya itu hanya permulaan.

(atmaja wijaya/yul)

Baca Berita yang lain di Google News




  • 0%Suka
  • 0%Lucu
  • 0%Sedih
  • 0%Kaget

Opini

(500 Karakter Tersisa)

Artikel Pilihan


Daun Media Network