Kisah saat Kanada Lolos ke Piala Dunia 36 Tahun Lalu

"Bagaimana nasibnya kali ini."

Analisis | 31 March 2022, 13:39
Kisah saat Kanada Lolos ke Piala Dunia 36 Tahun Lalu

Libero.id - Pada Maret 2022, tim nasional Kanada membuat sejarah dengan mengalahkan Jamaika 4-0. Hasil itu membuat Kanada kembali bisa bermain di Piala Dunia setelah absen selama 36 tahun.

Faktanya, meskipun status mereka sebagai satu-satunya negara selain Amerika Serikat dan Meksiko yang memenangkan Piala Emas CONCACAF, satu-satunya penampilan Kanada di Piala Dunia sampai sekarang adalah pada 1986.

Skuad yang berangkat ke Meksiko 36 tahun lalu sangat jauh berbeda dari tim yang akan menuju Qatar pada edisi ini. Hanya lima pemain yang berkiprah di klub Eropa dari 22 pemain yang dibawa ke Piala Dunia 1986 oleh pelatih Tony Waiters.

Sisanya para pemain Kanada bermain di Liga Sepakbola Amerika Utara (NASL), yang pertama kali didirikan pada Desember 1967.

“Alasan Kanada memiliki kesuksesan yang kami miliki pada 1980-an tidak diragukan lagi karena para pemain kami memiliki kesempatan untuk bermain di NASL,” kata full-back dan mantan kapten Kanada, Bruce Wilson.

Menurut Wilson, kompetisi di NASL membantu membangun fondasi tim yang berhasil mencapai Piala Dunia 1986 di Meksiko.

“NASL adalah liga professional, di mana kami mampu bersaing di level yang cukup tinggi selama beberapa tahun. Pengalaman bermain dan berlatih di level profesional sangat penting bagi kami mendapatkan hasil yang kami dapatkan di Olimpiade dan Piala Dunia.”

Ya, dua tahun sebelum Piala Dunia 1986 Meksiko, Kanada pertama kali merasakan panggung sepakbola internasional setelah lolos ke Olimpiade 1984 yang diadakan di Amerika Serikat.

Waktu itu kompetisi sepakbola Olimpiade pertama yang memungkinkan para profesional untuk bersaing, asalkan mereka memiliki tidak kurang dari lima caps senior di sebuah turnamen. Aturan-aturan itu memungkinkan Kanada menurunkan tim dengan kekuatan penuh.

Setelah bermain imbang di pertandingan pembuka dengan Irak dan kalah 1-0 dari Yugoslavia yang menampilkan pemain hebat masa depan seperti Dragan Stojkovic dan Srecko Katanec, Kanada menghadapi pertandingan grup terakhir melawan Kamerun, yang baru saja memenangkan Piala Afrika beberapa bulan sebelumnya.

Dua gol dari Dale Mitchell dan tambahan satu gol dari pemain muda Igor Vrablic membantu Kanada meraih kemenangan 3-1.

Di babak perempat final, Kanada berjumpa dengan juara favorit. Siapa lagi kalau bukan Brasil.

“Mengalahkan Kamerun di Olimpiade adalah pertandingan penting bagi kami, paling tidak karena itu memberi kami kesempatan untuk bermain melawan Brasil,” kata Wilson.

Meskipun Selecao jauh dari kekuatan penuh, masih ada banyak kualitas bintang dalam susunan pemain mereka, termasuk Dunga.

Pertandingan itu sendiri dimainkan hanya tiga hari setelah kemenangan Kanada atas Kamerun, dan Wilson mengingat pertandingan yang berlangsung dalam suasana hiruk-pikuk yang tak terduga.

“Kami harus melakukan perjalanan dari Boston ke San Francisco untuk pertandingan perempat final,” kenang kapten Kanada saat itu. “Pertandingan itu dimainkan di stadion Universitas Stanford. Ada lebih dari 36.000 penonton di sana.”

Kanada memimpin melalui Mitchell pada menit ke-58.. Brasil akhirnya menyamakan kedudukan sebelum menang lewat adu penalti. Meskipun kecewa, Kanada mulai diperhitungkan di panggung internasional.

“Itu adalah hasil yang fantastis dan persiapan yang bagus untuk apa yang ada di depan. Dari sana kami benar-benar mulai melihat ke 1986 dan Piala Dunia,” ungkap Wilson.

Kualifikasi Piala Dunia

Kanada beruntung dilatih oleh sekaliber Waiters, kiper legendaris timnas Inggris yang berpengalaman melatih.

Waiters juga pelatih Plymouth Argyle sebelum membuat lompatan mengejutkan untuk melatih Vancouver Whitecaps, di mana dia memenangkan Soccer Bowl yang bergengsi pada 1979.

Pengetahuan tentang permainan ditambah dengan pengalamannya melatih di NASL membuat Waiters menjadi pelatih yang ideal untuk mengubah Kanada menjadi tim yang terorganisir.

“Dia adalah pelatih yang sangat baik,” kata Wilson. “Perjalanan Kanada di babak kualifikasi zona CONCACAF 1985 ditentukan saat melawan Honduras. Wilson mengingat momentum itu dengan baik.”

“Kami bermain melawan Honduras di King George V Park di St John's, Newfoundland dan itu hampir 100% penonton Kanada. Itu membuat kami unggul satu gol, bahkan sebelum pertandingan dimulai,” kenangnya.

Pertandingan itu dimenangkan oleh Kanada dengan skor 2-1. Di pertandingan lainnya, mereka bermain imbang dengan Hongaria, Uni Soviet, dan pemenang Euro 1984, Prancis.

“Emosi kami menuju Piala Dunia campur aduk. Kami sangat bangga bisa mencapai final,” kata Wilson. “Itu adalah grup yang sangat sulit, pasti. Namun, kami adalah tim terbaik di CONCACAF dan kami pantas berada di sana.”

Meski begitu, persiapan Kanada terkendala dengan bubarnya kompetisi NASL. Wilson, yang berusia 34 tahun pada saat Piala Dunia bergulir, telah menjabat sebagai manajer-pemain. Piala Dunia adalah 1986 merupakan persembahan terakhir Wilson sebelum gantung sepatu.

Dan, tibalah momen itu. Tergabung dalam Grup C bersama Prancis, Uni Soviet, dan Hungaria, tentu saja Kanada berharap terjadi keajaiban.

Laga pembuka melawan Prancis. Dengan 11 menit tersisa, Kanada tampak di jalur untuk hasil imbang yang mengejutkan sampai akhirnya kesalahan dari kiper Paul Dolan memberi Jean-Pierre Papin jalan untuk mencetak satu-satunya gol dalam pertandingan itu. 

Terlepas dari hasilnya, para pemain Kanada dipuji karena bisa merepotkan negara sekelas Prancis. Bagaimana mungkin Prancis, juara Eropa hampir tidak bisa mengalahkan Kanada?

Pada saat Kanada menghadapi Hungaria lima hari kemudian, tekanan semakin besar. Mereka memulai dengan kemungkinan terburuk, ketika setelah hanya dua menit, defleksi yang beruntung memberi bola kepada Marton Esterhazy dan itu memberi Hungaria keunggulan.

Keadaan kemudian berubah dari buruk menjadi lebih buruk ketika kapten tim, Wilson, dipaksa keluar pada menit ke-41 karena kartu merah.

Dikalahkan 2-0, Kanada masih memiliki peluang menang yang tipis dalam pertandingan terakhir melawan Uni Soviet.

Harapan itu akhirnya pupus, 90 menit pertandingan berlangsung Uni Soviet mencetak dua gol tanpa balas. Kanada meninggalkan Piala Dunia 1986 setelah gagal mencetak satu gol pun.

“Dari sudut pandang Kanada, kami telah memberikan semua yang bisa kami berikan,” kata Waiters kepada wartawan setelah pertandingan. “Di Piala Dunia ini, itu tidak cukup untuk memenangkan pertandingan atau mencetak gol. Tapi, saya pikir kami memiliki dasar yang kuat untuk masa depan. Kami menyadari apa yang harus kami lakukan untuk berkembang sebagai sebuah negara.”

Terlepas dari pandangan optimistis tersebut, pada kenyataannya butuh sekian tahun untuk Kanada kembali ke pentas Piala Dunia. Sepakbola Kanada mengalami pasang-surut dan akhirnya Kanada kembali ke Piala Dunia 2022 setelah penantian 36 tahun.

Layak untuk dinantikan bagaimana kiprah Kanada di Piala Dunia edisi kali ini.

(mochamad rahmatul haq/yul)

Baca Berita yang lain di Google News




  • 0%Suka
  • 0%Lucu
  • 0%Sedih
  • 0%Kaget

Opini

(500 Karakter Tersisa)

Artikel Pilihan


Daun Media Network