Mengapa Wakil ASEAN Berjaya di Liga Champions Asia 2022? Ini Analisisnya

"Ada klub yang pernah dikalahkan Persija 0-4 dan PSM 0-3. Sekarang, levelnya jauh..."

Analisis | 20 April 2022, 13:02
Mengapa Wakil ASEAN Berjaya di Liga Champions Asia 2022? Ini Analisisnya

Libero.id - Liga Champions Asia (LCA) 2022 sedang menyelenggarakan pertandingan-pertandingan fase grup. Hasilnya cukup menggembirakan untuk beberapa wakil Asia Tenggara. 

Musim ini, LCA  kembali menggunakan sistem home tournament. Dan, seperti biasa, Konfederasi Sepakbola Asia (AFC) membagi kompetisi berdasarkan regional, yaitu Asia Barat dan Asia Timur. Selain dari Jepang, China, Korea; klub-klub ASEAN dan Australia masuk wilayah timur.

Dengan Shanghai Port yang mundur karena kasus Covid-19 meningkat dan karantina wilayah yang dihadapi, LCA diikuti 39 tim. Dibagi 10 grup, masing-masing wilayah punya 5 grup dan 20 peserta (19 untuk Asia Timur).

Penambahan jumlah peserta LCA ternyata mendatangkan keuntungan bagi klub-klub ASEAN. Kecuali Indonesia yang masih merasakan dampak sanksi FIFA beberapa tahun lalu, beberapa negara Asia Tenggara mampu mengirimkan wakil hingga fase grup. Bahkan, hasilnya memuskan.

Fakta menunjukkan, di Grup F klub kaya baru dari Singapura, Lions City Sailors tergabung bersama Uruawa Red Diamonds (Jepang), Daegu FC (Korea Selatan), dan Shandong Taishan (China). Kemudian, di Grup G, BG Pathum United (Thailand) dan United City (Filipina) bermain melawan Melbourne City (Australia) serta Jeonnam Dragons (Korea Selatan).

Ada lagi di Grup H, Hoang Anh Gia Lai (Vietnam) melawan Jeonbuk Hyundai Motors (Korea Selatan), Yokohama Marinos (Jepang), dan Sydney FC (Australia). Lalu, di Grup I, Johor Darul Ta'zim (Malaysia) menghadapi Kawasaki Frontale (Jepang), Ulsan Hyundai (Korea Selatan), dan Guangzhou Evergrande (China). 

Terakhir, di Grup J terdapat Chiangrai United (Thailand), yang harus bertemu Vissel Kobe (Jepang), Kitchee (Hong Kong). Shanghai sebenarnya masuk di grup ini, tapi mundur karena larangan pemerintah China untuk meninggalkan kota.

Tanpa wakil-wakil Indonesia, yang hanya puas di Piala AFC (Bali United dan PSM Makassar), performa klub-klub ASEAN sangat bagus. Lihat saja Lion City Sailors. Klub yang dulu bernama Home United itu mengalahkan Daegu FC 3-0. Ini prestasi karena semua orang tahu level klub Negeri Ginseng. 

Ternyata, bukan hanya The Sailors yang perkasa, BG Pathum United juga tidak mau ketinggalan. Irfan Fandi dkk menahan imbang Melbourne City dan mengalahkan Jeonnam Dragons. 

Meski BG adalah klub besar di Thailand, keberhasilan itu layak mendapatkan acungan dua jempol. Pasalnya, Melbourne adalah klub dalam jaringan City Football Group milik Sheikh Mansour. Sementara Jeonnam adalah klub K League 2 yang memenangkan Piala FA Korea. Pada 2007, mereka mengalahkan Arema 2-0 dan 1-0.

Keberhasilan Sailors dan BG merembet kepada JDT. Bahkan, lebih spektakuler lagi. Klub milik Putra Mahkota Kesultanan Johor, Tunku Ismail Sultan Ibrahim, itu tidak terkalahkan dalam dua pertandingan grup. The Southern Tigers mengalahkan Guangzhou 5-0 dan Ulsan Hyundai 2-1. 

Ini menjadi kemajuan yang luar biasa bagi JDT. Bayangkan, empat tahun lalu mereka digunduli Persija Jakarta 0-4 di Stadion Utama Gelora Bung Karno pada fase grup Piala AFC. 

Setelah kekalahan itu, JDT berbenah dengan sangat serius dengan prioritas LCA. Hasilnya, ini menjadi musim keempat secara beruntun mereka bermain di kompetisi antarklub paling bergengsi Asia. Grafiknya juga naik. Musim 2019, mereka jadi juru kunci. Musim 2021 peringkat ketiga. Sementara musim 2020 dibatalkan setelah dua laga akibat Covid-19. 

Selain ketiga klub itu, Hoang Anh Gia Lai juga tampil cukup bagus. Meski sempat dikalahkan Yokohama Marinos, wakil Vietnam itu sukses menahan imbang Sydney. Uniknya, pada 2004, HAGL pernah dikalahkan PSM Makassar tiga gol tanpa balas. 

Meski kompetisi masih panjang dan segala hal bisa terjadi, apa yang ditunjukkan beberapa klub ASEAN di LCA layak membuat PSSI cemas. Ini menunjukkan level klub-klub Asia Tenggara yang lebih tinggi dari para peserta BRI Liga 1 2021/2022. 

Berbeda dengan klub-klub Indonesia yang lebih senang memburu pemain bintang lokal maupun asing bergaji selangit, beberapa tim sukses ASEAN di LCA musim ini punya perubahan paradigma. Bagi mereka, pemain bintang penting. Tapi, yang jauh lebih penting adalah infrastruktur klub.

Lihat saja yang dikerjakan JDT dengan traning centre dan stadion kelas satunya. Begitu pula Sailors, HAGL, BG. 
 

(andri ananto/anda)

Baca Berita yang lain di Google News




  • 0%Suka
  • 0%Lucu
  • 0%Sedih
  • 0%Kaget

Opini

(500 Karakter Tersisa)

Artikel Pilihan


Daun Media Network