Kenapa Menjual Hakimi Buruk Bagi Real Madrid

"Tidak banyak bek yang mampu mencetak sembilan gol dan menyumbang 10 assist."

Analisis | 01 July 2020, 10:05
Kenapa Menjual Hakimi Buruk Bagi Real Madrid

Libero.id - Bek Real Madrid Achraf Hakimi resmi meninggalkan Borussia Dortmund. Tujuan barunya bukan pulang ke Real Madrid selaku pemilik melainkan ke Inter Milan.

Hakimi tiba di Milan pada pagi hari waktu Italia, dan ia langsung menuju Rumah Sakit Humanitas Research dan setelah itu ia pergi ke kantor Komite Olimpiade Italia (CONI) untuk melakukan pemeriksaan medis.

Dia selanjutnya akan meneken kontrak lima tahun dengan Inter, yang mengeluarkan dana sebesar 40 juta euro plus bonus-bonus sebesar lima juta euro untuk mendapatkan tanda tangannya.

Pemain 21 tahun itu menghabiskan dua musim terakhir sebagai pemain pinjaman di Borussia Dortmund. Di Dortmund, ia mengoleksi 12 gol dan mencatatkan 17 assist dari 72 penampilan resminya.

Sebelumnya, ia memanfaatkan cedera yang diderita Dani Carvajal untuk mengisi posisi seniornya itu dan membantu Real menjuarai Liga Champions 2017/2018.

Pemain timnas Maroko itu telah berpamitan dengan para penggemar Dortmund melalui media sosial. Melalui surat terbukanya itu, Hakimi berterima kasih untuk pengalaman yang luar biasa di Signal Iduna Park.


Pelatih Inter Antonio Conte menyambut akan segera menyambut hangat kedatangan Hakimi di Giuseppe Meazza, namun sang pemain baru akan dapat dimainkan Inter pada musim depan.
 
KENAPA DINILAI KEPUTUSAN BURUK MADRID

Kepergian Hakimi dinilai sebagai strategi buruk dari Real Madrid. Selama ini Real Madrid telah membangun kebijakan untuk merekrut pemain-pemain muda yang bisa menjadi bintang di masa depan. Dengan begitu menghindari membayar uang transfer yang semakin lama makin meroket.

Strategi ijon ini terjadi pada Vinicius Junior, Reinier Jesus, Rodrygo Goes, Takefusa Kubo, Fede Valverde, Martin Odegaard, Andriy Lunin, Marco Asensio, Brahim Diaz, Dani Ceballos dan Jesus Vallejo.

Tidak ada dari mereka yang datang melalui akademi muda klub, tetapi mereka telah dibeli sebagai prospek yang bisa menjadi pemain tim utama yang potensial.

Dalam beberapa kasus, mereka berhasil dan yang lainnya tidak. Pada kasus Hakimi sulit diterima penjelasannya karena pemain tersebut sudah menjadi bintang dalam sistem pematangannya dan kemudian justru dijual.

Achraf datang ke Real Madrid sebagai anak-anak, pada usia delapan atau sembilan tahun, melewati semua level tim yunior hingga mencapai tim pertama Los Blancos.

Ketika dia mulai, dia bermain sebagai penyerang dan dari situlah finishingnya berasal, kemudian dia menjadi pemain sayap kanan dan, dengan Castilla, dia adalah bek kanan yang menjanjikan.

Pada tahun pertamanya di Real Madrid, Achraf tidak tampil secara reguler dan ia harus dipinjamkan ke Borussia Dortmund, di mana ia telah menjadi salah satu bek kanan terbaik di sepakbola Eropa dengan kecepatan, dribbling, umpan silang dan gol yang bagus.

Dia mencetak sembilan gol dan memberikan 10 assist. Tidak banyak bek sayap yang tampil sebagus dia.

Dani Carvajal, pada usia 28, mengalami tahun yang tidak konsisten. Kelebihan Carvajal dibanding Hakimi adalah kemampuan defensifnya yang bagus.

Achraf akan membuat persaingan makin ketat jika bertahan di Madrid. Sementara ia juga bisa bermain di sebelah kiri. Itu sebabnya tidak bisa dimengerti Real Madrid dengan rela membiarkan pemain berusia 21 tahun dengan penampilan spektakuler di Bundesliga itu pergi.

Seorang anak muda yang datang dari tim muda Madrid, tidak dihitung sebagai pemain non-UE.

Bisa jadi kemudian Madrid mengeluarkan 50 juta euro untuk bek sayap yang lebih buruk dari Achraf, pemain non-UE yang perlu waktu untuk beradaptasi dengan klub.

Baca Berita yang lain di Google News




  • 0%Suka
  • 0%Lucu
  • 0%Sedih
  • 0%Kaget

Opini

(500 Karakter Tersisa)

Artikel Pilihan


Daun Media Network