3 Rahasia di Balik Atalanta Kekuatan Terbaik Eropa Saat Ini

"Juventus kelabakan sampai butuh dua penalti. Mereka sangat produktif. Satu kaki sudah di perempat final Liga Champions."

Analisis | 15 July 2020, 10:00
3 Rahasia di Balik Atalanta Kekuatan Terbaik Eropa Saat Ini

Libero.id - Dari sebuah kota kecil Bergamo, sekitar 40 kilometer dari Milan muncul salah satu kekuatan sepakbola paling mencuri perhatian Eropa saat ini. Dia adalah Atalanta.

Musim ini, jumlah gol yang mereka cetak di Eropa hanya kalah dari Bayern Muenchen. Atalanta sudah membuat 93 gol sementara Bayern mencetak 100 gol sepanjang musim. Namun, Bundesliga sudah selesai sementara Atalanta masih menyisakan lima laga yang artinya jumlah gol mereka bisa bertambah.

Mereka mengguncang kekuatan status quo di Italia sekaligus mengejutkan Eropa dengan satu kaki menginjak perempat final Liga Champions.

Pasukan Gian Piero Gasperini memimpin 4-1 atas Valencia di leg pertama perdelapan final. Penampilan sang lawan saat ini sedang merosot menghadapi leg kedua sementara Atalanta semakin kuat saja.

Atalanta finis ketiga di Serie A musim lalu dan saat ini mereka berada di peringkat kedua. Peringkat pertama Juventus membutuhkan dua penalti kontroversial sebelum mencatat hasil imbang lawan Atalanta.

Lantas apa yang membuat Atalanta sedemikian hebat musim ini.

1. Kemampuan menemukan anak-anak muda hebat.

Gian Piero Gasperini sosok penting di balik keberhasilan Atalanta menemukan pemain-pemain muda dengan kualitas bagus. Semua itu berawal dari situasi saat dia hampir dipecat.

"Saya hampir dipecat, itu benar," kata pria berusia 62 tahun.

Dia kehilangan empat dari lima pertandingan pertamanya pada 2016. Dan mereka akan bertemu Napoli, satu-satunya tim yang belum terkalahkan di tahun 2016.

Kemudian Gasperini mengambil risiko besar, yang akan memulai kariernya di Atalanta.

“Saya memutuskan untuk memainkan Mattia Caldara dan Roberto Gagliardini [melawan Napoli]. Saya memberi tahu presiden tentang formasi saya sehari sebelumnya dan dia terguncang sampai tidak tidur, tetapi saya memutuskan karena saya melihat mereka dalam latihan.”

Caldara dan Gagliardini sama-sama muda dan belum teruji tetapi membantu tim underdog meraih kemenangan penting 1-0 untuk menyelamatkan Gasperini. Caldara sesudahnya dijual ke Juventus, lantas ke Milan dan kini kembali ke Atalanta. Sementara Gagliardini sudah pergi ke Inter Milan.

Peran anak-anak muda akhirnya menjadi karakteristik utama bagi Atalanta. Mereka boleh membanggakan sistem akademinya sebagai salah satu yang terbaik di Eropa.

Alberto Pasini, pelatih U-19, mengatakan: 'Atalanta sangat baik dalam menemukan dan memilih pemain muda yang benar-benar berbakat.”

“Kami tidak memiliki tongkat ajaib yang membuat mereka menjadi pemain yang bagus dari satu hari ke hari berikutnya: jaringan pemandu bakat kami adalah keunggulan nyata, dan ini membuat semuanya lebih mudah bagi kita di akademi. Selain itu, elemen lain yang berkontribusi adalah bahwa tujuan utama kami sebagai akademi adalah membentuk pemain yang bagus dan tidak memenangkan pertandingan atau kompetisi. '

Anak-anak muda yang berbakat selalu diberi kesempatan masuk tim inti Atalanta. Mereka menjadi bagian dari kunci kesuksesan berkelanjutan klub selama dua tahun terakhir.

Pemain datang dan pergi namun penggantinya tak kalah kuat. Gagliardini, Andrea Conti, Franck Kessie, Gianluca Mancini dan Bryan Cristante semuanya dijual dengan keuntungan besar. Namun mereka bisa mendapatkan pengganti.

Dejan Kulusevski misalnya, tidak cocok dengan sistem Gasperini setelah bergabung dari klub Swedia Brommapojkarna dengan harga murah. Dia dipinjamkan ke Parma untuk kemudian dijual ke Juventus dengan harga 29 juta pounds.

Banyak yang meramalkan kepergian pemain-pemain kunci akan menyebabkan penurunan bagi La Dea tetapi mereka menunjukkan kecerdikan di pasar transfer. Kembalinya Caldara dengan harga murah misalnya, adalah contoh kecerdasan mereka.

2. Gaya menyerang Gasperini

Dalam wawancara dengan James Horncastle dari The Athletic, pemain Atalanta Marten de Roon mengatakan bahwa pelatih selalu meminta pemain untuk menyerang ke depan tidak melebar apalagi bergerak ke belakang. Semua itu diiringi dengan intensitas tinggi.

Pegangan itulah yang menjadi filosofi Atalanta. Gasperini selalu memilih pemain yang sesuai dengan gaya yang energik dan menekan. Mantan bos Inter Milan dan Genoa ini tak tergoyahkan dalam formasinya dengan memiliki tiga pemain di belakang.

Atalanta beralih antara 3-4-3, 3-4-2-1 atau 3-4-1-2 tergantung pada oposisi.

Full-back didorong melebar dan pemain depan seringkali turun ke tengah menjemput bola. Pada saat menyerang, pemain akan memadati kotak penalti lawan untuk memperbesar peluang kombinasi umpan antara satu sama lain.

Roh dari formula ini adalah Alejandro ‘Papu’ Gomez, pemain dengan tinggi ‘hanya’ 165 cm. Dia bermain dengan cemerlang dan menggunakan keahlian one on one-nya untuk melewati pemain lawan. Dia juga elastis dan luwes seperti ditunjukkan pada gol Atalanta ke gawang Juventus oleh Duvan Zapata. Dia selalu bisa  memberikan layanan berkualitas tinggi kepada para pemain depan.

Dia memiliki enam gol dan 16 assist sepanjang musim ini hanya di Serie A saja. Dia mengemban sejumlah besar tanggung jawab kreatif.

Lini serangnya sangat mematikan. Di Seri A, Luis Muriel mencetak 17 gol, Josep Ilicic 15 gol, Duvan Zapata 15 gol. Dilihat dari rasio menit bermain dan gol, Luis Muriel adalah striker paling produktif di Eropa saat ini. Striker Atalanta ini telah berhasil mencetak 17 gol dalam 1.075 menit laga yang sudah dijalaninya di Serie A, yang berarti satu gol setiap 63 menit di lapangan. Dia benar-benar supersub sejati.

Libero.id

Luis Muriel. Kredit: twitter.com/Atalanta_BC

3. Skuad yang kohesif

Gasperini membangun skuad yang punya senyawa bagus antara pemain dengan kualitas menyerang dan bertahan. Betul bahwa agresivitas mereka akan meninggalkan lubang di sektor belakang. Jumlah kebobolan mereka paling tinggi di antara tim empat besar.

Namun, belakangan ini mereka mulai berusaha memperbaiki kelemahan di sektor belakang. Pressing tinggi diperagakan sejak dari depan. Ketika semua fullback bergerak ke depan, begitu pula center back, maka gelandang tengah akan turun lebih dalam membantu pertahanan. Pemain-pemain lini tengahnya rajin bergerak. Sebut saja Hans Hateboer, Marten de Roon, Remo Freuler atau Mario Pasalic. Semua itu tertolong oleh kondisi fisik pemain-pemain Atalanta yang kuat.

Libero.id

Mario Pasalic. Kredit: twitter.com/Atalanta_BC

Mereka berusaha menciptakan keseimbangan yang bagus antara menyerang dan bertahan. Mereka mencatat cleansheet lawan Napoli, Cagliari dan Sampdoria lalu kebobolan dua penalti lawan Juventus. Atalanta kebobolan dua gol lawan Brescia tetapi memasukkan enam gol.

Bertumpu anak muda, kekuatan menyerang, skuad yang kohesif dengan finansial jauh lebih kecil dari kompetitor lain membuat Atalanta dijuluki Ajax dari Italia.

Baca Berita yang lain di Google News




Hasil Pertandingan Atalanta


  • 0%Suka
  • 0%Lucu
  • 0%Sedih
  • 0%Kaget

Opini

(500 Karakter Tersisa)

Artikel Pilihan


Daun Media Network