Terkait HAM, Australia Protes Penyelenggara Piala Dunia 2022

"Kini, dinanti langkah konkretnya. Mundur misalnya.."

Analisis | 28 October 2022, 02:30
Terkait HAM, Australia Protes Penyelenggara Piala Dunia 2022

Libero.id - Australia menjadi tim Piala Dunia 2022 pertama yang menyoroti catatan HAM Qatar. Beberapa punggawa The Socceroos melancarkan protes terhadap perlakukan penyelenggara turnamen terhadap para pekerja migran pembangunan stadion.

Sejarah mencatat, sejak awal, keputusan menunjuk Qatar sebagai negara tuan rumah turnamen sudah bermasalah. Saat bidding, Qatar terbukti memberikan suap kepada para petinggi FIFA.

Skandal itu membuat Sepp Blatter terdepak dari FFA dan menjadi pesakitan di Pengadilan Swiss. Beberapa anggota Komite Eksekutif (Exco) FIFA juga harus meletakkan jabatan. Beberapa lainnya juga mengalami nasib seperti sang presiden berhadapan dengan meja hijau. Itu termasuk Legenda Prancis, Michel Platini.

Ketika publik selesai menyoroti skandal suap bidding Piala Dunia 2022, proyek infrastruktur yang dikerjakan Pemerintah Qatar juga bermasalah. Ditemukan fakta banyak pekerja migran dari India, Pakistan, dan Bangladesh mendapatkan perlakuan kurang layak di proyek-proyek stadion.

Investigasi lembaga HAM dan media di Eropa Barat mendapatkan fakta sekitar 6.500 kasus kematian pekerja pada Februari 2021.

Kondisi itu telah memicu protes dari banyak orang di negara-negara Barat, termasuk Australia. Seperti dilansir Sydney Morning Herald, pernyataan yang dibuat kolektif oleh 16 pemain The Socceroos disampaikan baris demi baris melalui pesan video. Ini merupakan demonstrasi publik pertama dan yang paling menonjol oleh salah satu peserta Piala Dunia 2022.

Dalam pernyataan Professional Footballers Australia (PFA), mereka mengakui bahwa langkah-langkah telah diambil untuk memperbaiki kondisi tersebut, seperti penerapan upah minimum. Tapi, mereka berpendapat reformasi tersebut masih belum konsisten dan membutuhkan perbaikan.

Para pemain menyoroti keputusan untuk menjadikan Qatar tuan rumah Piala Dunia 2022 telah mengakibatkan penderitaan dan kerugian yang tak terhitung bagi para pekerja migran.

Pernyataan yang dibuat oleh para pemain Australia itu juga membahas tentang kriminalisasi pemerintah terhadap orang-orang LGBT. "Mengatasi masalah ini tidak mudah. Dan, kami tidak memiliki semua jawaban," kata mereka dalam video yang dirilis ke publik.

"Kami mendukung FIFPro, Building and Wood Workers International, dan Konfederasi Serikat Buruh Internasional, yang berupaya menanamkan reformasi serta membangun warisan abadi di Qatar. Ini harus mencakup pendirian pusat sumber daya migran, pemulihan yang efektif bagi mereka yang telah ditolak haknya, dan dekriminalisasi semua hubungan sesama jenis," lanjut pernyataan itu. 

"Ini adalah hak dasar yang harus diberikan kepada semua dan akan memastikan kemajuan berkelanjutan di Qatar untuk menjadi warisan yang melampaui peluit akhir Piala Dunia 2022," bunyi pernyataan itu lagi.

Asosiasi Sepakbola Australia (FFA) juga mendukung pesan yang dibuat para pemain. Mereka mengungkapkan kebanggaan pada sepakbola Australia sebagai olahraga paling multibudaya, beragam, dan inklusif.

"Menjelang Piala Dunia 2022, Football Australia dan PFA, terlibat dan melakukan konsultasi dengan para pemangku kepentingan termasuk FIFA, FIFPro, Organisasi Buruh Internasional, Amnesty International, Builders dan Woodworkers International, Konfederasi Serikat Buruh Internasional dan Komite Tertinggi untuk Pengiriman dan Warisan tentang situasi di Qatar," bunyi pernyataan FFA.

FFA mengakui kemajuan yang dibuat di Qatar dan mendukung proposal PFA untuk mendirikan Pusat Pekerja Migran. "FFA juga telah bekerja erat dengan komunitas LGBT untuk terus memperkuat lingkungan inklusif dan ramah dalam permainan kami di seluruh Australia," lanjut pernyataan itu. 

"Meski kami mengakui jaminan tingkat tertinggi yang diberikan oleh Pemerintah Qatar dan Presiden FIFA bahwa penggemar LGBT akan disambut dengan aman di Qatar, kami berharap keterbukaan ini dapat berlanjut setelah turnamen," tambah pernyataan itu.

Sebelum Australia, Denmark telah lebih dulu memprotes situasi HAM di Qatar. Itu mereka lakukan dengan meluncurkan jersey satu warna dengan logo dan tulisan yang disamarkan. Itu dilakukan untuk memastikan aktivitas komersial atau perjalanan yang mempromosikan Qatar diminimalkan.

Ada lagi rencana sembilan negara Eropa yang akan mengenakan ban kapten bertuliskan "One Love" untuk memprotes perlakuan Qatar kepada LGBT.

(diaz alvioriki/anda)

Baca Berita yang lain di Google News




  • 0%Suka
  • 0%Lucu
  • 0%Sedih
  • 0%Kaget

Opini

(500 Karakter Tersisa)

Artikel Pilihan


Daun Media Network