Kisah Kehidupan Justin Fashanu yang Mengguncang Dunia Sepakbola

"Dia pesepakbola kulit hitam pertama di Britania Raya berharga di atas 1 juta pounds. Kematiannya tragis."

Feature | 04 August 2020, 04:49
Kisah Kehidupan Justin Fashanu yang Mengguncang Dunia Sepakbola

Libero.id - Sepakbola Inggris pernah mengenal Justin Fashanu. Dianggap sebagai salah satu talenta hebat produk pembinaan kompetisi elite di Negeri Ratu Elizabeth II, karier sosok kelahiran 19 Februari 1961 tersebut justru berakhir tragis.

Fashanu memulai karier profesional pada musim dingin 1978 sebagai penyerang Norwich City. Debutnya terjadi pada 13 Januari 1979 melawan West Bromwich Albion dan langsung menuai decak kagum. Hingga akhir musim 1980/1981, dia memproduksi 40 gol dari 103 penampilan berseragam The Canaries.

Libero.id

Justin Fashanu.

Berkat performa yang membanggakan, Fashanu menjadi incaran banyak klub. Ketika Norwich terdegradasi, dirinya memutuskan pindah ke Nottingham Forest pada transfer window musim panas 1981. Transfer Fashanu 1 juta pounds. Itu tercatat dalam buku sejarah sebagai pesepakbola kulit hitam pertama di Britania Raya yang memiliki harga di atas 1 juta pounds.  

Saat berada di puncak karier, Fashanu tiba-tiba  mengaku kepada publik bahwa dirinya memiliki orientasi seksual yang berbeda dari orang kebanyakan. Sepakbola Inggris langsung gempar. Tidak seperti saat ini, pada tahun tersebut belum banyak orang yang bisa menerima kehadiran kaum LGBT.

Pengakuan sebagai orang yang berbeda dari sudut pandang seksual ternyata berakibat fatal terhadap karier pria keturunan Nigeria itu. Masalahnya, saat itu bukan hanya suporter yang alergi terhadap kaum LGBT, melainkan juga pelatihnya di Nottingham, Brian Clough.

Hubungan profesional Fashanu dengan Clough memburuk. Clough sangat terganggu dengan rumor kunjungan Fashanu ke klub malam dan bar kaum LGBT. Kepercayaan dirinya mengering ketika gagal menyesuaikan diri dengan tuntutan permainan dan sikap Clough terhadap homoseksualitas. Clough melarang Fashanu berlatih bersama tim. Akibatnya, pada 1981/1982, dia hanya mencetak 3 gol dari 32 pertandingan.

Dalam buku otobiografinya, Clough: The Autobiography, Clough menceritakan pembalut wanita diberikan setelah tahu orientasi seksual Fashanu. "Ke mana kamu pergi jika kamu ingin sepotong roti? Saya bertanya kepadanya. Dia menjawab tukang roti. Ke mana kamu pergi jika ingin kaki domba? Dia menjawab tukang daging. Jadi, mengapa kamu terus pergi ke klub sialan itu?" kata Clough.

Akibat tekanan yang datang bertubi-tubi, Fashanu depresi. Apalagi, waktu itu rasialisme di sepak bola Inggris masih sangat kuat. Setiap bermain, dia disoraki sebagai homoseksual. Kulitnya yang hitam juga berujung dengan ejekan dengan menirukan suara-suara kera. Bahkan, sering suporter melemparkan pisang kepadanya.

Fashanu semakin tersudut setelah tidak ada klub besar Inggris yang bersedia mempekerjakan dirinya.  Akibat tekanan yang semakin besar, Fashanu memutuskan meninggalkan Inggris. Pada awal 1998, dia pergi ke Amerika Serikat. Namun, kepergiannya hanya sebentar. Dia kembali ke Inggris setelah diadukan ke Polisi dengan tuduhan melakukan pelecehan seksual.

Tiba-tiba, pada pertengahan 1998, muncul berita Fashanu  bunuh diri. Caranya, menggantung diri di garasi rumahnya di Shoreditch, London. "Saya sadar telah dianggap sebagai kesalahan. Saya tidak ingin terus mempermalukan teman-teman dan keluarga saya. Saya harap, Yesus yang saya cintai akan menerima saya dan akhirnya akan menemukan kedamaian," bunyi surat perpisahan Fashanu yang ditemukan di rumahnya.

Kisah hidup tragis Fashanu mampu mengubah wajah sepakbola Inggris secara perlahan. Pada 2009 sebuah kampanye melawan homophobia didengungkan fans Brighton and Hove Albion dengan dukungan FA. Mereka membentuk tim berlabel The Justin Fashanu All-Stars.

Selain itu, ada banyak penghargaan untuk Fashanu. Pada 2013, composer asal Prancis, Jann Halexander, membuat lagu dan video singkat tentang Fashanu. Satu tahun kemudian, grup band indie asal London, Elephants and Castles, merilis lagu bertajuk “Fashanu”. Sedangkan pada 2017, Netflix merilis film berjudul "Forbidden Games: The Justin Fashanu Story".

Di era modern, kehadiran orang-orang seperti Fashanu di sepakbola Inggris tidak lagi tabu. Hukuman berat akan dijatuhkan FA kepada orang-orang yang bersikap menentang homoseksualitas di lapangan. Bahkan, rainbow flag sebagai sebagai identitas kaum LGBT ditransformasikan menjadi ban kapten yang wajib dikenakan di Premier League.

Baca Berita yang lain di Google News




  • 0%Suka
  • 0%Lucu
  • 0%Sedih
  • 0%Kaget

Opini

(500 Karakter Tersisa)

Artikel Pilihan


Daun Media Network