Kisah Ben Greenhalgh, Pemain Inter Milan Hasil Reality Show Televisi

"Sepakbola Italia membosankan karena pemain sudah tahu hasil akhir sebelum pertandingan," beber Greenhalgh."

Feature | 08 August 2020, 00:25
Kisah Ben Greenhalgh, Pemain Inter Milan Hasil Reality Show Televisi

Libero.id - Kenal dengan Ben Greenhalgh? Jika jawabannya iya, berarti anda adalah penggemar Inter Milan sejati. Pasalnya, pemuda Inggris kelahiran Orpington, 16 April 1992, itu pernah tercatat sebagai anggota I Nerazzurri.

Kisah Greenhalgh di Appiano Gentile terjadi pada 2009/2010. Saat itu, Inter mencoba merekrut pemain dengan cara yang tidak biasa. Meski tidak bertahan lama, I Nerazzurri pernah mempekerjakan seorang pesepak bola muda asal Inggris selama 6 bulan melalui ajang pencarian bakat di televisi bertajuk Football's Next Star. 

Pada reality show yang tayang di salah satu stasiun televisi Inggris itu, ribuan calon pemain muda mendaftar untuk mendapatkan kontrak di skuad Jose Mourinho. Anak-anak muda itu diminta menunjukkan kemampuan mengolah bola di pertandingan kompetitif. Mereka juga dituntut memiliki kemampuan berbahasa Italia yang bagus. Begitu pula beradaptasi dengan budaya di negara tersebut.

Layaknya ajang pencarian bakat pada umumnya, Football's Next Star juga berlangsung lama mengikuti share dan rating televisi. "Kami terperangkap di sebuah rumah besar, kamera di mana-mana, sekelompok anak laki-laki yang belum pernah bertemu sebelumnya hidup bersama. Secara realistis kami menjalani mimpi itu," ujar Greenhalgh dalam sebuah wawancara dengan Daily Mail.

Setelah berlangsung berbulan-bulan dan melewati persaingan ketat, akhirnya terpilih remaja berusia 17 tahun bernama Ben James Greenhalgh. Bermain di sisi sayap, Greenhalgh membuat para juri, yang salah satunya Jamie Redknapp, terkesan. Mereka sepakat memberi Greenhalgh hadiah tiket ke Milan untuk bermain di Stadio Giuseppe Meazza. 

Kemenangan Greenhalgh membuat banyak orang terkejut. Sebab, dia adalah pemain di klub amatir di Inggris, Welling United. Greenhalgh juga baru menjalani satu pertandingan resmi di liga amatir sebelum mengikuti Football's Next Star.

Saat tiba di markas latihan Inter, Greenhalgh tidak bisa berkata-kata. "Awalnya saya hanya menyaksikan tim utama berlatih. Saat mereka membutuhkan pemain tambahan, mereka memanggil saya. Saya ingat ketika menerima bola dari (Ricardo) Quaresma. Saya mencoba berlari menghindari Lucio. Tiba-tiba kaki saya tidak bisa bergerak. Seolah saya tidak percaya dengan apa yang saya hadapi," tambah Greenhalgh.

"Sampai hari ini ada kenangan yang tidak dapat saya lupakan. Saya cukup berkepala dingin ketika berlatih dengan tim utama. Saya tahu di mana saya berada dan di mana mereka berada. Semua orang sangat menghormati Mourinho," kenang Greenhalgh.

Libero.id

Ben Greenhalgh

Libero.id

Ben Greenhalgh

Selain memuji Mourinho sebagai pelatih penuh kharisma yang sangat dihormati para pemain, Greenhalgh juga mengaku memiliki kesan mendalam dengan Mario Balotelli. Saat itu, dia menjadi saksi mata ulah kurang terpuji Super Mario selepas pertandingan Liga Champions melawan Barcelona. Laga leg I semifinal itu dimenangkan I Nerazzurri 3-1. 

"Balotelli berusia 19 tahun saat itu. Dia sedikit lebih tua dari saya. Dia tidak bisa menerima kenyataan dirinya hanya menjadi pemain cadangan. Dia baru tampil selama 15 menit (jelang laga berakhir) setelah Inter menang (3-1). Dia meludahi jersey Inter dan melemparkannya ke tanah. Saya heran. Apa yang ada di kepalanya?" ungkap Greenhalgh.

Libero.id

Ben Greenhalgh

Lantaran kontrak Greenhalgh di Inter hanyalah pesanan sponsor, sudah bisa ditebak hasil akhirnya. Greenhalgh bertahan 6 bulan sebagai pemain tanpa turun di pertandingan resmi. Kontraknya tidak diperpanjang. Dia sempat dipinjaman ke klub Serie C, Como. Sialnya, di klub yang kini menjadi milik Grup Djarum itu, Greenhalgh menjadi saksi terjadinya skandal pengaturan skor.

"Ada seorang pria yang datang (ke ruang ganti) dan meminta kami bermain imbang. Lalu, saya bertanya kepada teman-teman apakah itu benar. Mereka bilang tidak tahu. Namun, di akhir laga kami benar-benar bermain imbang. Mungkin beberapa pemain terlibat. Tapi, saya tidak tahu. Yang saya paham adalah itu memalukan. Sepakbola Italia membosankan karena pemain sudah tahu hasil akhir sebelum pertandingan," beber Greenhalgh.

Setelah berlalu bertahun-tahun, Greenhalgh tetap tidak bisa mengembangkan kariernya. Dia masih tercatat sebagai pemain amatir. Greenhalgh terus berpindah-pindah klub tanpa ada prestasi membanggakan. Tahun ini dia tercatat merumput di Tonbridge Angels di National League South alias kompetisi level 6.

Baca Berita yang lain di Google News




  • 0%Suka
  • 0%Lucu
  • 0%Sedih
  • 0%Kaget

Opini

(500 Karakter Tersisa)

Artikel Pilihan


Daun Media Network