3 Pemain Naturalisasi Asal Belanda yang Tampil Memalukan di Timnas Indonesia

"Tetapi tidak semua pemain naturalisasi seperti mereka. Ada juga yang memberi kontribusi positif."

Feature | 14 August 2020, 08:45
3 Pemain Naturalisasi Asal Belanda yang Tampil Memalukan di Timnas Indonesia

Libero.id - Pada akhir masa kepemimpinan Nurdin Halid, PSSI pernah menjadikan naturalisasi sebagai landasan utama pembentukan tim nasional Indonesia. Pemain-pemain asing yang lama bermukim di Indonesia maupun mereka-mereka yang memiliki darah Merah-Putih mendapatkan paspor Garuda.

Ada sejumlah pemain yang berhasil menjadi andalan timnas. Beberapa tetap eksis hingga saat ini seperti Cristian Gonzales dan Greg Nwokolo. Tapi, tidak semuanya bertahan lama. Banyak juga yang gagal bersinar. Bahkan, tampil memalukan pada penampilan pertama di depan suporter Merah-Putih. 

Seleksi alam membuktikan ada sejumlah pesepak bola asal Belanda yang pernah digadang-gadang akan seperti Marco van Basten, Arjen Robben, atau Robin van Persie ternyata justru layu sebelum berkembang. Curriculum vitae yang layak dibanggakan di Negeri Kincir Angin ternyata hanya isapan jempol setelah bermain di Indonesia.

Berikut ini contoh 3 pemain kelahiran Belanda keturunan Indonesia yang gagal total dan tampil memalukan saat mendapatkan kesempatan membela tim Garuda.

1. Jhonny van Beukering

Berposisi sebagai pemain depan, Van Beukering merupakan satu di antara pemain keturunan Indonesia-Belanda yang dinaturalisasi jelang Piala AFF 2012. Saat itu, dirinya diprediksi akan menjadi mesin gol Indonesia.

Optimisme muncul karena Van Beukering merupakan jebolan Vitesse Arnhem. Pada musim debutnya di Eredivisie, dia mencetak 2 gol dari 3 pertandingan. Sempat dipinjamkan ke PEC Zwolle, Van Beukering mencapai masa kejayaan bersama De Graafschap dan NEC Nijmegen. Dia juga sempat dikontrak Feyenoord Rotterdam.

Sayang, harapan kepada Van Beukering langsung sirna ketika diminta mengenakan jersey Merah-Putih. Bukannya tampil bagus, pria kelahiran Velp,  29 September 1983, itu justru mengalami kegemukan. Dengan tubuh yang tambun, Van Beukering tidak ideal menjadi pemain sepakbola. Larinya lambat dan fisiknya lemah. Ketika itu, suporter memberikan julukan "Van Burgerking".

Dengan hanya bermain satu kali, Van Beukering kemudian menghilang dan tidak terdengar kabarnya lagi hingga hari ini. Sempat tercatat sebagai pemain Pelita Jaya, Van Beukering kembali ke Belanda untuk bermain di sejumlah klub amatir.

2. Tonnie Cusell

Berposisi sebagai gelandang jangkar, Cusell dianggap memiliki kemampuan yang lengkap sebagai pengatur serangan. Membela Vitesse, FC Twente, dan FC Volendam di level junior, Cusell justru memulai karier profesional di Prancis bersama AC Cannes.

Karier Cusell di Ligue 1 tidak bertahan lama. Akibat kurang memberi kontribusi positif dan sempat diterpa cedera, Cusell kembali ke Belanda untuk membela sejumlah klub level bawah seperti AGT Amsterdam, ADO'20, DWV, RKC Waalwijk II, Amsterdamsche FC, NVC Naarden, FC Hilversum, hingga GVVV.

Dengan curriculum vitae yang kurang bagus, perekrutan Cusell sebagai pemain naturalisasi sebenarnya sempat menuai pro dan kontra. Namun, PSSI tetap bersikeras untuk menjadikan Cusell pemain timnas.

Hasilnya, seperti Van Beukering, performa pemuda kelahiran 4 Februari 1983 tersebut sangat mengecewakan. Cusell menjalani debut timnas pada 14 November 2012 saat beruji coba melawan Timor Leste. Dan, setelah bermain dua kali untuk pasukan Garuda, Cusell harus terdepak. Suporter mulai sadar bahwa kemampuan Cusell yang sebenarnya ternyata tidak lebih baik dari pemain lokal Indonesia.

3. Ruben Wuarbanaran

Selain Van Beukering dan Cusell, sepakbola Indonesia sempat mengenal Wuarbanaran. Pada masa tersebut, pemain yang beroperasi di bek sayap merangkap gelandang bertahan itu dinaturalisasi sebelum SEA Games 2011 digelar di Jakarta-Palembang. Saat itu, Wuarbanaran akan memperkokoh pertahanan Timnas U-23 karena merupakan jebolan Akademi NEC Nijmegen dan Akademi FC Den Bosch.

Di usia yang masih 20 tahun, banyak yang optimistis dengan masa depan Wuarbanaran di sepak bola Indonesia. Apalagi, dia memiliki postur yang ideal sebagai pemain belakang. Tinggi saat menyerahkan CV adalah 180 cm.  

Namun, Rahmad Darmawan selaku pelatih timnas U-23 ternyata tidak tertarik dengan kemampuan Wuarbanaran. Pria yang kini menjadi politisi Partai Demokrat itu terkejut saat melihat Wuarbanaran dari dekat. Ternyata, CV yang didapat tidak sama dengan kenyataan di lapangan. Sama seperti Van Beukering, Wuarbanaran juga memiliki masalah berat badan. Akibatnya, RD lebih memilih Diego Michiels.

Setelah gagal di timnas U-23, Wuarbanaran kemudian dikontrak Pelita Jaya. Namun, Wuarbanaran juga tidak sanggup menampilkan performa membanggakan di Indonesia Super League. Dirinya lalu kembali ke Eropa untuk bermain di sejumlah klub kasta terbawah di Belanda, Jerman, hingga Belgia.

Baca Berita yang lain di Google News




  • 0%Suka
  • 0%Lucu
  • 0%Sedih
  • 0%Kaget

Opini

(500 Karakter Tersisa)

Artikel Pilihan


Daun Media Network