Mohamed Ihattaren, Anak Ajaib di Timnas Senior Belanda

"Ihattaren sudah bermain 34 kali untuk PSV. Padahal, usianya masih bau kencur. Siap debut lawan Italia."

Biografi | 07 September 2020, 09:28
Mohamed Ihattaren, Anak Ajaib di Timnas Senior Belanda

Libero.id - Dari 23 nama pemain yang dipanggil pelatih sementara tim nasional Belanda, Dwight Lodeweges, saat menghadapi dua laga UEFA Nations League versus Polandia dan Italia, terdapat 3 pemain muda yang belum memiliki caps.

Saat ditunjuk menjadi caretaker untuk mengisi tempat Ronald Koeman yang memilih melatih Barcelona, Lodeweges mengatakan berniat meneruskan pekerjaan pendahulunya yang mempercayai banyak pemain muda. Itu dibuktikan Lodeweges dengan memanggil Perr Schuurs (Ajax Amsterdam) dan Owen Wijndal (AZ Alkamaar), yang berusia 20 tahun, serta Mohamed Ihattaren (PSV Eindhoven), yang berusia 18 tahun.

Khusus nama terakhir, Lodeweges hanya menjalankan amanah Koeman. Pasalnya, sepanjang musim 2019/2020, Ihattaren memang sedang menjadi buah bibir di kompetisi sepakbola kasta tertinggi Belanda.

Sang wonderkid mampu mencuri perhatian para pemandu bakat di luar Negeri Kincir Angin karena performa yang bagus bersama PSV. Sejak menjalani debut versus FC Groningen pada 26 Januari 2019, Ihattaren sudah bermain 34 kali untuk PSV. Padahal, usianya saat itu 17 tahun dan baru menginjak 18 tahun pada 12 Februari 2020.

Siapa bocah ini? Ihattaren lahir di Utrecht pada 2002. Pemilik postur 177 cm tersebut awalnya mengawali karier SV Houten pada 2009-2010. Setelah itu, dia melanjutkan karier di PSV sejak 2010.

Awalnya, Ihattaren hanya menimba ilmu di Akademi PSV. Dia main di banyak pertandingan kompetitif di level akademi. Akibat performa yang sangat memuaskan, pemain yang beroperasi sebagai gelandang itu naik kelas ke Jong PSV hingga akhirnya menembus skuad utama pada pertengahan musim 2018/2019 dengan cara yang sangat elegan.

Ihattaren menandatangani kontrak profesional dengan PSV pada 28 Maret 2018. Lalu, pada 26 Januari 2018, dirinya menjalani debut di skuad utama ketika PSV mengalahkan Groningen 2-1.

"Ihattaren adalah pemain muda yang memiliki masa depan cerah. Kami akan menjaganya hingga dirinya benar-benar matang. Selama saya masih menjadi pelatih PSV, saya tidak akan buru-buru menjualnya. Dia tetap akan bersama saya sampai matang," kata pelatih PSV 2019/2020 yang memberi kesempatan Ihattaren menjalani debut, Ernest Faber, ketika itu, di situs resmi klub.

Penampilan membanggakan Ihattaren di Eredivisie ternyata tidak hanya membuat banyak klub papan atas Benua Biru tertarik. Dia juga menjadi rebutan dua asosiasi sepakbola anggota FIFA, yaitu Belanda dengan Maroko. Pasalnya, Ihattaren memiliki darah Maroko dari kedua orang tuanya. Tapi, dia lahir di Negeri Kincir Angin, tepatnya Utrecht.

Fakta tersebut membuat membuat Ihattaren berada di persimpangan jalan. Dia bingung karena Belanda dan Maroko sama-sama memberikan tantangan yang menarik. Tapi, Ihattaren akhirnya memutuskan membela Belanda di level junior. Dia sempat bermain untuk Belanda U-15, U-16, U-17, dan U-19.

"Saya sudah memikirkannya sejak lama. Saya juga banyak berkonsultasi dengan keluarga besar saya. Akhirnya kami sampai pada keputusan untuk memilih (timnas) Belanda. Keluarga saya meminta saya membalas kebaikan negara ini (Belanda) dengan bermain di timnas," ungkap Ihattaren, dilansir Ons Oranje.

Berdasarkan regulasi FIFA, Ihattaren bisa saja berpindah timnas ketika senior. Tidak menutup kemungkinan Maroko akan membajak Ihattaren jika De Oranje tidak buru-buru memberikan debut di pertandingan resmi berbendera FIFA atau UEFA. Pasalnya, sudah banyak kasus ketika pemain junior berpindah timnas saat senior.

"Mereka (KNVB) telah melakukan banyak hal untuk saya di tim junior. Saya telah melewati semua yang ada di sana dan itu membuat saya sulit pergi. Saya telah bermain di timnas sejak U-14. Saya memenangkan Piala Eropa U-17 (2018) dengan Belanda. Senang sekali saya bisa melanjutkan itu. Saya mencintai negeri ini," tambah Ihattaren.

Karena itu, sejak memutuskan menerima pekerjaan sebagai pelatih Barcelona, Koeman sudah berpesan kepada suksesornya untuk memperhatikan bakat Ihattaren. Dia tidak ingin, kisah seperti Didier Drogba atau Riyad Mahrez yang dibesarkan Prancis justru menolak membela Les Bleus terulang pada Ihattaren.

Kesempatan memberi Ihattaren sebenarnya tiba saat Belanda bertemu Polandia di Nations League, Sabtu (5/9/2020) dini hari WIB. Sayang, Lodeweges tidak berani berjudi. Dia memilih menempatkan trio Marten de Roon, Georginio Wijnaldum, dan Frenkie de Jong di lini tengah. Donny van de Beek masuk di babak kedua menggantikan Steven Bergwijn saat unggul 1-0.

Untuk laga kedua melawan Italia, Selasa (8/9/2020) dini hari WIB, suporter bisa berharap Ihattaren tampil. Meski melawan tim setangguh Italia di Johan Cruyff Arena, Lodeweges harus berani berjudi dengan mencoba Ihattaren bermain, meski sebentar.

"Kami bermain baik melawan Polandia. Mereka tim kuat dan kami mampu mengalahkan mereka. Melawan Italia akan menarik. Cara mereka bermain sedikit mirip dengan kami. Kedua tim mirip. Kedua tim selalu mengambil inisiatif dan mengontrol pertandingan. Ini akan menarik," ungkap Lodeweges, dikutip Football Italia.

Baca Berita yang lain di Google News




  • 0%Suka
  • 0%Lucu
  • 0%Sedih
  • 0%Kaget

Opini

(500 Karakter Tersisa)

Artikel Pilihan


Daun Media Network