Kisah Bek Lazio Francesco Acerbi Berterima Kasih kepada Kanker

"Dia pantang menyerah mengatasi peliknya masalah hidup. Sempat depresi dan divonis kanker kini menjadi pilihan utama Lazio dan Italia."

Biografi | 15 September 2020, 03:39
Kisah Bek Lazio Francesco Acerbi Berterima Kasih kepada Kanker

Libero.id - Saat ini manajemen Lazio dan Francesco Acerbi sedang berdiskusi terkait masa depan. Jika deal, bek tim nasional Italia itu tetap di Stadio Olimpico Roma. Jika gagal, Inter Milan siap menampung mantan pemain AC Milan tersebut.

Bagi suporter Lazio, Acerbi bukan hanya pemain tangguh di lini belakang dalam 2 musim terakhir. Pesepakbola kelahiran Vizzolo Predabissi, 10 Februari 1988, itu adalah contoh nyata seorang manusia yang berjuang pantang menyerah mengatasi peliknya masalah hidup terkait karier di lapangan dan kesehatan.

Fakta menunjukkan, sebelum mendapatkan kepercayaan Simone Inzaghi untuk masuk starting line-up Elang Ibu Kota Italia itu secara reguler pada 2018/2019 dan 2019/2020, Acerbi mengalami masa-masa suram. Pemain berpostur 193 cm sempat depresi dan divonis kanker!

Uniknya, Acerbi justru menganggap kanker sebagai "sang juru selamat". Dia sangat berterima kasih kepada penyakit mematikan tersebut. Sebab, jika bukan karena kanker, dia akan terjebak ke jalan yang salah.

Kisah itu terjadi pada 2013. Saat itu, dia bermain untuk Milan, Genoa, dan Chievo Verona. Acerbi divonis mengalami tumor testis. Dia harus melalui proses operasi untuk menyelamatkan hidup dan kariernya. Operasi berjalan lancar dan tim medis menyatakan pemilik 7 caps dan 1 gol untuk Gli Azzurri tersebut bisa kembali ke stadion.

Setelah sembuh, Acerbi juga berganti klub lagi. Dia berlatih bersama rekan-rekan setimnya yang baru di Sassuolo. Dirinya sempat tampil 13 kali di Serie A. Tapi, Acerbi mendapatkan kabar bahwa tumor yang sama muncul lagi. Hasil pemeriksaan menyatakan Acerbi kembali mengalami gangguan testis dan harus menjalani kemoterapi hingga sembuh beberapa bulan kemudian.

Hingga saat ini Acerbi masih mengingat jelas masa-masa kelam tersebut. Tapi, dia tidak marah atau mengutuk penyakit yang dideritanya. Kanker justru membuatnya menjadi orang yang berbeda, yang lebih dewasa.

Acerbi pernah mengatakan bahwa kematian sang ayah sempat membuat dirinya sangat terpuruk. Saat itu, dia coba melampiaskan kegelisahannya dengan hal negatif, salah satunya menenggak minuman keras sampai melewati batas wajar. Acerbi nyaris terpuruk jika kanker tidak menghampiri dirinya waktu itu.

"Ayah saya meninggal saat saya bermain untuk Milan. Saat itu hidup saya mencapai titik terendah. Saya seperti lupa cara bermain sepakbola. Saya bingung mengapa saya bermain. Saya mulai minum minuman keras. Saya meminum semuanya. Itu terlihat seperti paradoks yang buruk. Tapi, kanker menyelamatkan saya. Saya jadi punya sesuatu yang baru untuk dihadapi," ungkap Acerbi, dilansir La Reppublica.

Acerbi diboyong Lazio pada 2018 setelah tampil mengesankan bersama Sassuolo. Dalam dua musim terakhir, duetnya bersama Stefan Radu menjadi yang paling diandalkan Inzaghi.

"Saya menghilangkan sesuatu yang berlebihan, yang negatif, dan yang ilusi. Saya mulai berhenti bermimpi besar dan mulai berfokus kepada tujuan yang sederhana. Saya sudah berhenti takut sejak 6 tahun lalu. Saya berpikir, apa yang akan anda lakukan jika itu kembali? Saya akan menghadapinya. Saya melihat sesuatu di depan mata dengan lebih jelas dan saya tahu itu  bisa berubah pada esok harinya," tambah pemilik nomor punggung 33 tersebut.

Kontrak Acerbi sebenarnya masih tersisa 3 tahun lagi. Tapi, para petinggi Lazio mulai gusar. Pasalnya, dengan penampilan yang ditunjukkan dalam dua musim terakhir telah menjadikan pemain yang gaya mainnya dianggap mirip Alessandro Nesta itu buruan beberapa tim besar Italia, Inggris, dan Spanyol.

Rumornya, Presiden Lazio, Claudio Lotito, sendirilah yang meminta kontrak Acerbi diperpanjang. Konon, dia bersedia untuk menaikkan gaji Acerbi hingga 2,5 juta euro per musim.

"Saya ingin bermain hingga usia 38 tahun. Saya ingin memberikan sesuatu yang membanggakan kepada Lazio. Juara! Setelah itu saya akan mengundurkan diri dan beralih ke bench. Saya ingin menjadi pelatih (Lazio)," kata pemain yang menjalani debut timnas pada 18 November 2014 di laga versus Albania itu.

Karier Acerbi dimulai di Vizzolo Predabissi. Itu adalah kota kecil di Lombardia yang berjarak sekitar 10 km tenggara Milan. Setelah bermain untuk FC Favia di Serie D dan sempat dipinjamkan ke Renate dan Spezia, dia mendapat kesempatan bermain di Serie B bersama Reggina pada 2010. Saat itu, dia baru berusia 22 tahun.

Dari Reggina, Acerbi bermain untuk Genoa dan Chievo sebelum tawaran membela Milan datang  2012. Tapi, kematian ayahnya membuat Acerbi depresi dan gagal menunjukkan penampilan memuaskan. Dia diselamatkan Sassuolo sebelum akhirnya mencapai puncak karier bersama Lazio.

Baca Berita yang lain di Google News




  • 0%Suka
  • 0%Lucu
  • 0%Sedih
  • 0%Kaget

Opini

(500 Karakter Tersisa)

Artikel Pilihan


Daun Media Network