Jadi Anak Ajaib di Game Football Manager, 8 Pemain Ini Gagal di Dunia Nyata

"Kehidupan maya memang berbeda dengan kehidupan nyata."

Biografi | 17 September 2020, 08:54
Jadi Anak Ajaib di Game Football Manager, 8 Pemain Ini Gagal di Dunia Nyata

Libero.id - Football Manager (FM) adalah salah satu game komputer paling adiktif yang pernah dirilis dan menawarkan kesempatan kepada para penggunanya untuk mengelola klub sepak bola mereka sendiri dalam bentuk simulasi yang dibuat senyata mungkin.

Salah satu keunggulan dari game Football Manager adalah soal statistik pemain yang dibuat semirip mungkin dengan kemampuannya di atas lapangan, tak terkecuali bagi para pemain muda potensial yang diprediksi akan menjadi pemain bintang suatu saat nanti.

Wonderkid di gim simulasi manajer sepakbola macam Championship Manager atau Football Manager, memang memberikan sensasi tersendiri. Pasalnya, kita memerlukan perhatian khusus agar wonderkid ini bisa menjadi pemain bintang di masa depan.

Hebatnya, sejumlah wonderkid yang dirilis Football Manager, tak sedikit yang memang tampil bagus di dunia nyata. Lantas, mengapa Sports Interactive, pembuat gim Football Manager terus menerus mengeluarkan data soal wonderkid? Dari mana pula data tersebut berasal?

Football Manager memiliki tim pantau (scouting) yang begitu besar. Jaringannya bahkan hampir ada di seluruh dunia. Kini, jaringan tersebut sudah berdiri selama 28 tahun dan memberikan informasi buat si pembikin gim, Sports Interactive.

Tim ini, saat ini, sudah meneliti sekitar 2200 klub dari 116 divisi dari 51 negara. Mereka malah punya tim pantau di setiap klub di Premier League hingga Divisi Enam Liga Inggris. Sementara itu, 2000 klub dari divisi bawah, dicover dengan tingkatan yang lebih santai.

Direktur Sports Interactive, Miles Jacobson, menyebut kalau produknya telah menjadi “ensiklopedia sepakbola” dan melihat para pemain muda yang tampil impresif di gim sebelum jadi pemain bagus di dunia nyata, yang membuat gim ini terasa begitu nyata.

Meski begitu tetap saja ada pemain muda potensial atau yang biasa disebut sebagai wonderkid yang tidak mencapai potensi terbaiknya di dunia nyata, kendati di dunia game statistiknya cukup oke.

Jadi, inilah daftar 8 pemain muda dalam game Football Manager yang tidak pernah mencapai potensi terbaiknya:

1. Maxim Tsigalko

Di Football Manajer untuk musim 01/02, Maxim Tsigalko adalah mesin gol, mencetak 50 gol lebih dalam satu musim, sesuatu hal yang sangat luar biasa mengingat usianya kala itu masihlah sangat muda.

Tsigalko adalah pemain yang wajib dibeli di FM edisi 2001/2002, hanya dengan harga di bawah 2 juta pounds, dia akan menjadi “Pemain Terbaik Dunia” di dunia maya.

Sayangnya dalam kehidupan nyata, dia terpaksa pensiun pada usia 26 karena cedera patah kaki yang sangat parah.

Diduga, ia mengalami cedera serius saat masih berada di Maritimo ketika ia berusia 23 tahun. Ia melanjutkan karirnya selama tiga tahun lagi, tetapi rasa sakitnya terlalu parah dan terpaksa harus akhirnya memutuskan pensiun di usia 26 tajun.

Baru-baru ini diketahui bahwa dia sedang berjuang untuk menghidupi keluarganya dengan bekerja sebagai seorang buruh dengan bayaran antara 5-20 dollar dalam sehari.

“Lalu, saya mulai bekerja sebagai konstruktor (buruh bangunan) yang diberi upah USD5 per hari, dan kemudian USD20 per hari. Saya lelah berjuang. Punggung saya dan kaki saya tidak tahan dengan pekerjaan yang sangat berat dan saya memiliki masalah kesehatan yang serius,” keluh Tsigalko.

2. Andri Sigthorsson

Andri Sigthorsson adalah salah penilaian buruk lainnya dari orang-orang di Sports Interactive yang dianggap memberikan rating terlalu tinggi.

Di FM3, pria asal Islandia tersebut memiliki peringkat potensial 200, atau menjadi yang tertinggi, sementara karirnya berakhir sebelum waktunya karena cedera lutut yang serius

Saudara laki-lakinya Kolbeinn Sigthorsson yang juga pernah bermain untuk Ajax Amsterdam justru menjadi salah satu pilar Islandia di Euro 2016 di mana mereka mampu mengalahkan Inggris.

Andri sekarang mengelola jaringan toko roti yang dikelola oleh keluarganya dan bertindak sebagai agen sepak bola untuk adik laki-lakinya.

3. Anthony Vanden Borre

Di FM 06/07, Vanden Borre menjadi rekrutan pertama bagi semua orang saat memulai musim baru.

Dia akan menjadi pemain reguler di tim utama dalam dua hingga tiga musim dan memberikan garansi pertahanan yang andal untuk dekade berikutnya.

Vanden Borre melakukan debut untuk Anderlecht pada usia 16 tahun dan dielu-elukan sebagai pemain masa depan sepak bola Belgia.

Diberkati dengan kecepatan dan kekuatan yang luar biasa, dia bisa bermain sebagai full back atau di sayap.

Cedera terus-menerus dan sikap yang buruk akhirnya berdampak pada karirnya yang biasa-biasa saja kendati sempat merantau ke Italia, Prancis, Inggris, hingga Kongo bersama TP Mazembe.

Kontribusi terbesarnya pada sepak bola tidak diragukan lagi adalah keterlibatannya dalam adegan blooper Chris Kamara di TV, di mana komentator gagal mengenali dia dan akhirnya diusir.

4. Fabio Paim

Di FM 04, Fabio Paim adalah wonderkid berperingkat tinggi yang berada di akademi Sporting Lisbon dimana pemain sayap itu bisa dikontrak seharga £ 300.000.

Reputasinya sebagai anak muda tidak ada bandingannya dengan orang lain selain Freddy Adu.

Beberapa bahkan percaya dia lebih berbakat dari Cristiano Ronaldo yang juga hidup di era yang sama dengannya.

Entah bagaimana, Paim mendapatkan pinjaman ke Chelsea tetapi penampilannya di tim cadangan terlihat mengecewakan sehingga gagal membuatnya pindah permanen ke London Barat.

Ketika dia meninggalkan Sporting Lisbon pada 2010, dia pindah ke liga-liga Portugal yang yang kastanya lebih rendah dan kemudian bermain untuk tim-tim di delapan negara berbeda.

Sekarang ia berusia 30 tahun, Paim saat ini bermain bersama klub kecil Portugal Leixões B, di divisi dua.

5. John Fleck

Libero.id

Kredit: sufc.co.uk

Pada usia 17 tahun, penyerang berambut merah ini diberi label sebagai the next Wayne Rooney di FM 08.

Fleck mengawali karirnya di Liga Skotlandia bersama Glasgow Rangers dan berhasil melakukan debutnya pada usia 16 tahun.

Bahkan Sir Alex Ferguson pernah mencoba memboyong Fleck tapi gagal. Setelah lima tahun bersama Rangers, dia akhirnya pindah ke Coventry City dan sekarang bermain untuk Sheffield United yang tampil mengejutkan di musim lalu.

Meskipun tidak memenuhi ekspektasi yang dibebankan darinya di Football Manager, dia setidaknya masih mengukir karir yang cukup layak di Liga Premier.

6. Cherno Samba

Permata lain dari CM 01/02, produk asli dari Millwall yang dapat dibeli dengan harga kurang dari 1 juta pound dan seharusnya mampu berkembang menjadi penyerang kelas dunia.

Tidak ada pemain lain yang lebih mematikan daripada sosok Tsigalko, tetapi Samba masih pemain yang mengesankan.

Hari-hari awal Samba menunjukkan hype itu memang benar dimana pemain yang masih berusia 13 tahun mencetak 132 gol dalam 32 pertandingan untuk tim sepak bola Akademi St Joseph di Blackheath.

Hobi mencetak golnya berlanjut ketika dia bergabung dengan tim junior Millwall dan akhirnya tim dari Liga Premier datang.

Liverpool memiliki tawaran sebesar 2 juta pounds yang langsung ditolak dan Samba tidak pernah berkembang seperti yang diperkirakan oleh Millwall.

Setelah pindah ke Cadiz di Liga Spanyol, Samba menjadi pekerja harian di liga-liga kecil Eropa, menghabiskan waktu di Yunani, Finlandia, dan Norwegia.

7. Kerlon

Wonderkid asal Brasil ini dijuluki the next Ronaldinho di tanah airnya.

Klip dribel anjing lautnya yang terkenal menjadi viral di YouTube dan setiap klub besar di Eropa mulai mengejar tanda tangannya.

Inter Milan akhirnya memenangkan perlombaan dan mengontraknya pada tahun 2006, tetapi Kerlon tidak pernah memenuhi kemampuan yang dipamerkan di FM 2006.

Dia menghabiskan empat tahun di Inter Milan dan gagal membuat satu pun penampilan dan sekarang ia berusia 30 tahun dan sudah memutuskan untuk pensiun akibat cedera berkepanjangan.

8. Freddy Adu

Tidak lengkap daftar wonderkid gagal tanpa menyebut nama seorang Freddy Adu. Orang Amerika itu tidak diragukan lagi menjadi rekrutan favorit bagi setiap penggemar Football Manager.

Pernah disebut-sebut sebagai 'Pele Amerika', dia menggemparkan dunia pada usia 14 tahun saat melakukan debut untuk DC United di MLS.

Debutnya menghasilkan perhatian media yang gila-gilaan, mendorong anak muda itu menjadi sorotan jauh sebelum dia siap.

Adu akhirnya meninggalkan DC United pada tahun 2006 dan pergi ke Eropa untuk mencari kontrak dan peluang karir yang jauh lebih menguntungkan.

Ketika dia gagal dalam masa trial bersama Manchester United, Benfica mengambil kesempatan untuk merekrutnya pada tahun 2007.

Ternyata hal-hal tidak berjalan seperti yang diperkirakan FM dan Edu nyatanya justru telah memperkuat 14 klub berbeda dengan prestasi yang biasa-biasa saja. Saat ini, Adu sudah tanpa klub setelah dilepas oleh Las Vegas Lights.

Baca Berita yang lain di Google News




  • 0%Suka
  • 0%Lucu
  • 0%Sedih
  • 0%Kaget

Opini

(500 Karakter Tersisa)

Artikel Pilihan


Daun Media Network