Panenka Dianggap Bukan Pelopor, Penalti Cungkil Sudah Sejak 115 Tahun Lalu

"Penalti ini punya banyak sebutan: Il cucchiaio (menyendok) di Italia, cavadinha (menggali) di Brasil, dan penal picado (mencolek) di Argentina."

Feature | 19 October 2020, 02:10
Panenka Dianggap Bukan Pelopor, Penalti Cungkil Sudah Sejak 115 Tahun Lalu

Libero.id - "Panenka Kick" adalah istilah dalam sepakbola ketika pemain melakukan tendangan penalti yang mengecoh kiper. Tidak perlu keras, bola cukup dicungkil parabolik untuk masuk ke gawang saat sang penjaga gawang tertipu dengan bergerak ke kiri atau kanan.

Lalu, bagaimana Panenka Kick bisa terkenal, melegenda, menjadi kontroversi, dan dianggap sebagai teknik eksekusi penalti terbaik di kolong langit?

Cerita kehebatan Antonin Panenka bermula dari final Euro 1976. Ketika itu, kompetisi berlangsung di Yugoslavia. Panenka bermain untuk tim nasional negaranya, Cekoslovakia. Negara yang kini menjadi Ceko dan Slovakia tersebut tampil sangat bagus sejak fase-fase awal untuk menantang Jerman Barat di final.

Pertandingan di Red Star Stadium, Belgrade, 20 Juni 1976, itu berlangsung ketat sejak kick-off. Kedua tim saling jual-beli serangan hingga menit 90 dengan kedudukan akhir 2-2. Setelah dilanjutkan perpanjangan waktu, skor tidak berubah.

Laga dilanjutkan dengan adu penalti. Panenka menjelma menjadi penentu kemenangan Cekoslovakia atas Jerman Barat. Dia menjadi pemain terakhir timnya yang harus berhadapan dengan Sepp Maier. Mengambil ancang-ancang seakan menendang bola dengan keras, pria yang kini berusia 71 tahun itu justru mencongkel bola untuk mengelabuhi Maier.

Dikutip dari Czech Radio, Panenka mengutarakan keyakinannya sebelum melakukan aksi bersejarah tersebut. Mantan pemain Rapid Wien itu mengaku 1.000% bisa mencetak gol dengan gaya tersebut. Bola masuk dan Cekoslovakia unggul 5-3 (2-2).

"Tidak ada yang pernah mengambil penalti seperti itu sebelumnya. Saya muncul dengan ide karena saya biasa berlatih penalti setelah latihan di Bohemians (klub Panenka saat itu) dengan penjaga gawang kami, Zdenek Hruska. Untuk membuatnya menarik, kami biasa bertaruh bir atau sebatang coklat di setiap penalti," kata Panenka dalam sebuah kesempatan, dilansir Czech Radio.

Seusai peristiwa fenomenal tersebut, banyak pemain saat ini meniru gaya Panenka ketika hendak menjadi algojo penalti. Ada yang berhasil, tapi tidak sedikit yang gagal. Gaya itu memiliki namanya sendiri di sejumlah negara. Il cucchiaio (menyendok) di Italia, cavadinha (menggali) di Brasil, dan penal picado (mencolek) di Argentina serta beberapa negara Amerika Selatan lainnya.

Menurut Panenka, kunci keberhasilan teknik ini adalah ketenangan. Selain itu, kemampuan membaca pergerakan kiper menjadi faktor lain. "Saya menyadari bahwa penjaga gawang selalu menunggu sampai saat-saat terakhir untuk mencoba dan mengantisipasi ke mana arah bola," ucap Panenka.

"Saya memutuskan lebih mudah untuk mencetak gol dengan pura-pura menembak dan kemudian dengan lembut menepuk bola ke tengah gawang. Dengan cara ini kiper selalu bergerak saat bola ditendang. Dia tidak memiliki peluang untuk kembali (ke posisinya) tepat waktu untuk menyelamatkan tembakan," tambah sang gelandang serang.

Setelah era Panenka berakhir, gaya penaltinya ditiru banyak pemain. Contohnya, Sergio Ramos saat membela Real Madrid kontra Sevilla di La Liga beberapa tahun silam. Sebelumnya ada Zinedine Zidane, Andrea Pirlo, dan Francesco Totti. Ada lagi Lionel Messi dan Cristiano Ronaldo.

Ada pula yang gagal. Contohnya, Ali Adnan dari Vancouver Whitecaps ketika melawan Los Angeles Galaxy pada MLS 2017. Pemain timnas Venezuela, Luis Seijas, juga termasuk yang gagal saat mendapat hadiah penalti ketika menghadapi Argentina di fase grup Copa America Centenario.

"Beberapa kali saya melihat pemain mengambil penalti seperti itu di televisi dan setiap komentator di setiap negara tidak pernah gagal menggambarkannya sebagai penalti Panenka. Saya juga ingat pemain terhebat yang pernah ada, Pele, mengatakan pada saat itu bahwa siapa pun yang mengambil penalti seperti itu pasti orang jenius atau orang gila. Saya berharap saya bukan orang gila. Jadi, saya berasumsi apa yang dia katakan tentang saya baik-baik saja," ungkap Panenka.

Diklaim suporter Manchester City sebagai milik Billy Meredith

Uniknya, penalti ala Panenka justru menimbulkan perdebatan di Inggris. Hal tersebut terkait siapa pemain yang pertama kali memperkenalkan cara menendang seperti itu. Pasalnya, seorang pendukung Manchester City, Dave Massey, mengatakan kepada Manchester Evening News bahwa Billy Meredith sudah melakukannya 70 tahun sebelum Panenka beraksi di Euro 1976.

Meredith adalah orang Wales yang menjadi bintang Man City (1894-1906, 1921-1924) dan Manchester United (1906-1921). "Di Man City, Meredith adalah pemain spesialis penalti. Dia berdiri dekat bola, meletakkan jari kakinya di bawah, dan perlahan-lahan mengangkatnya ke atas kepala penjaga gawang," ujar Massey kepada Manchester Evening News.

Pendukung lain kemudian memberikan potongan dari Lancashire Evening Post terbitan 1905, yang ditulis seorang wasit dan berjudul "Lifted Penalties". "Bola telah ditempatkan, dia hanya mendekat, meletakkan jari kakinya di bawahnya dan mengangkatnya ke atas kepala kiper. Tidak diragukan lagi ini adalah tendangan yang sah," tulis sang wasit.

Terlepas dari benar tidaknya klaim tersebut, fakta menunjukkan Meredith adalah pemain hebat. Bersama Man City, dia menghadirkan gelar juara Divisi II (1898/1899) dan Piala FA (1903/1904). Sementara dengan MU, dia sukses menjuarai Divisi I (1907/1908, 1910/1911), Piala FA (1908/1909), dan Charity Shield (1908, 1911).

Baca Berita yang lain di Google News




  • 0%Suka
  • 0%Lucu
  • 0%Sedih
  • 0%Kaget

Opini

(500 Karakter Tersisa)

Artikel Pilihan


Daun Media Network