Kisah Sedih Jean-Marc Bosman yang Putaran Nasibnya Mengubah Sepakbola

"Di balik aksi revolusionernya dalam bentuk “Aturan Bosman”, dia sendiri berada dalam kondisi kurang menggembirakan."

Feature | 19 October 2020, 23:44
Kisah Sedih Jean-Marc Bosman yang Putaran Nasibnya Mengubah Sepakbola

Libero.id - Untuk memulai, mari kita sedikit memutar otak dengan menjawab beberapa pertanyaan. Pertama, pernahkah Anda mendengar tentang pemain yang menerima besaran gaji tertentu saat mereka bergabung dengan klub barunya?

Kedua, pernahkah Anda mendengar tentang biaya transfer yang membengkak ketika pemain itu pindah atau sebaliknya sang pemain justru pergi dengan status bebas transfer?

Pertanyaan lain, bagaimana dengan agen sepakbola, apakah Anda mengenal beberapa agen sepakbola kenamaan.

Nah, berkenaan dengan itu semua, Anda dapat berterima kasih kepada Jean-Marc Bosman karena telah memainkan peran yang sangat besar dalam semua hal di atas.

Siapakah Jean-Marc Bosman?

Sebagai pesepakbola, Bosman adalah pemain yang bagus--- untuk tidak memujinya berlebihan dan mengatakan, ia pemain yang spektakuler. Pria kelahiran 3 Oktober 1964 ini ketika masih aktif bermain beroperasi di lini tengah. Bosman membuat beberapa penampilan untuk timnas Belgia di level yunior.

Pada akhir tahun 80-an, Bosman meninggalkan klub lokal Standard Liege lalu bergabung dengan Royal FC Liege, yang pada saat itu merupakan tim besar di negara asalnya, Belgia. Namun sayang karier Bosman meleset dari apa yang ia inginkan, Bosman 'dipecat' dua tahun lebih awal dari kesepakatan, alias ia tak lagi dimainkan untuk tim utama dan bermula dari 'tragedi' Bosman inilah wajah sepakbola berubah.

Aturan Bosman

Saat itu tahun 1990 dan kontrak Bosman di RFC Liege telah berakhir, dan ia pun ingin merasakan atmosfer lain, Bosman berencana pindah tim ke salah satu klub Liga Prancis dengan membela Dunkerque. Namun itu tak berjalan mulus, pangkal persoalannya ialah: Liege justru menetapkan sejumlah biaya transfer yang tak bisa dibayar oleh Dunkerque. Dan itu membuat Liege menolak untuk melepas Bosman.

Tetapi Bosman tetap kekeh ingin hengkang, selain karena tak lagi dimainkan untuk tim utama, gajinya juga dipotong oleh klub. Merasa haknya tidak terpenuhi, ia langsung membawa kasusnya ke Pengadilan Eropa di Luksemburg dan menuntut atas dasar “restraint of trade” atau pengekangan perdagangan, serta melanggar aturan FIFA soal hak-hak pemain.

Tepat pada 15 Desember 1995, otoritas sepakbola Belgia dinyatakan bersalah dan pengadilan Eropa melalui perwakilan hukumnya, Luc Misson dan Jean-Louis Dupont memutuskan bahwa Bosman dan seluruh pesepakbola Uni Eropa diberikan hak untuk bebas transfer saat kontrak mereka berakhir. Asalkan mereka pindah dari dan ke klub belahan Uni Eropa Lainnya.

Dan dari kisah inilah, dunia sepakbola kemudian mengenal istilah “Aturan Bosman”. Aturan yang secara ringkas berisi tentang bolehnya para pemain dalam menentukan nasibnya ketika kontrak mereka tinggal tersisa enam bulan. Pemain diizinkan menjalin kontak dengan klub lain untuk pindah secara gratis setelah kontraknya habis dari klub lama.

Ketika keputusan itu dibuat sekian tahun lamanya yang lewat, boleh dikatakan Bosman tak pernah benar-benar menyangka, apa yang ia perbuat, dapat mengubah nasib dan perjalanan karier banyak pesepakbola.

Aturan Bosman itu memungkinkan untuk klub mempertimbangkan kenaikan gaji bagi seorang pemain yang hendak pergi.

Dampak signifikan lainnya dari keputusan Bosman adalah pada batasan skuad di kompetisi Eropa. Sebelum kasus Bosman, tim hanya diizinkan menurunkan 3 'orang asing', tetapi setelah keputusan itu berlaku, tidak ada batasan jumlah pemain Uni Eropa.

Dimana Bosman Sekarang?

Lalu, bagaimana nasib laki-laki Belgia, pemilik nama lengkap Jean Marc Bosman, itu? Mungkin Anda berpikir orang di balik gerakan revolusioner yang berjasa bagi banyak pesepakbola seperti Bosman, sekarang akan terlibat dalam otoritas olahraga seperti FIFA atau UEFA.

Kenyataannya tidak, di saat para pesepakbola Eropa bergelimang harta berkat 'Dekrit Bosman', ia sendiri dilaporkan mengalami kesulitan keuangan, bahkan jadi pengangguran. Selain itu, depresi dan alkohol kabarnya telah mengambil alih segala yang berguna dalam hidup Bosman.

Bosman, dikabarkan tinggal dan menetap di luar kota Liege bersama tiga orang putranya. Jurnalis dari Sportsmail pernah coba melacak keberadaan Bosman. Mengejutkannya, saat ditemukan, ia kedapatan sedang berada di sebuah kawasan industri yang belum jadi di sekitar bandara Amsterdam untuk mencari sebuah pekerjaan.

Apakah benar separah itu? Jika iya, kisah hidup Bosman tak ubahnya hanya berpindah dari satu tragedi ke tragedi lainnya.

Baca Berita yang lain di Google News




  • 0%Suka
  • 0%Lucu
  • 0%Sedih
  • 0%Kaget

Opini

(500 Karakter Tersisa)

Artikel Pilihan


Daun Media Network