Kisah Tragis Sahar "Si Gadis Biru" Khodayari Karena Dilarang ke Stadion

"Sepakbola sempat menjadi aktivitas haram bagi wanita di Iran dan Arab Saudi. Pelanggaran yang dilakukan bisa berujung hukuman penjara."

Feature | 25 October 2020, 02:34
Kisah Tragis Sahar "Si Gadis Biru" Khodayari Karena Dilarang ke Stadion

Libero.id - Sepakbola sempat menjadi aktivitas haram bagi wanita di sejumlah negara Muslim seperti Iran dan Arab Saudi. Pelanggaran yang dilakukan bisa berujung hukuman penjara beberapa tahun.

Salah satu bukti peraturan diskriminatif tersebut sempat menimpa Sahar Khodayari dari Iran. Tahun lalu, wanita berusia 29 tahun itu mendadak populer gara-gara menonton pertandingan di stadion. Dia dimasukkan ke penjara, sempat dibebaskan, dan memutuskan bunuh diri di depan kantor pengadilan.

Kejadian tragis itu tercipta pada 8 September 2019 di Teheran. Aksi membakar diri hingga meninggal dilakukan Khodayari dengan sadar sepenuhnya dan tanpa paksaan dari siapapun. Tindakan tersebut langsung membuat banyak orang terkejut dan tidak percaya.

Khodayari melakukan hal ekstrim tersebut sebagai bentuk protes terhadap peraturan diskriminatif di Negeri Persia yang menjerat dirinya dan kaum hawa lainnya. Khususnya di sepakbola.

Saat itu, Khodayari akan memasuki stadion terbesar di Teheran, Azadi Stadium, untuk menyaksikan klub favoritnya, Esteghlal, melawan Al-Ain pada salah satu duel Liga Champions Asia. Dia menyamar sebagai laki-laki. Dia berpura-pura sebagai bagian dari kaum adam dan berbaur dengan suporter lainnya.

Semuanya berjalan normal pada awalnya. Lalu, dalam sebuah momen, penyamarannya terbongkar. Polisi mengetahui bahwa Khodayari adalah wanita dan langsung menangkapnya. Tidak tanggung-tanggung, aparat mengirim Khodayari ke penjara. Dia sempat mendekam 3 hari sebelum akhirnya dibebaskan dengan jaminan.

Ketika bebas Khodayari diperintahkan untuk menghadap Pengadilan Revolusi Iran di Teheran dengan tuduhan menonton sepakbola. Bagi banyak orang di luar Iran, tuduhan itu konyol dan tidak masuk akal. Tapi, tidak di Iran.

Pasal yang dikenakan juga tidak main-main. Khodayari didakwa keluar rumah tanpa jilbab dan menghina petugas pemerintah. Meski pada akhirnya tuduhan itu dicabut, Khodayari meninggalkan pengadilan dan mengakhiri hidupnya. Dia meninggal dengan luka bakar parah di sekujur tubuh.

Kematian Khodayari menjadi pemantik yang memicu nyala api lebih besar. Kecaman bermunculan dari seluruh dunia. Kelompok hak asasi manusia seperti Amnesty International dan Human Rights Watch telah mengeluarkan kecaman keras terhadap kebijakan Iran. Mereka meminta FIFA untuk mengambil tindakan terhadap negara tersebut. Sanksi diminta dijatuhkan kepada Asosiasi Sepakbola Iran.

Para aktivis, selebritas, hingga pemain sepakbola di seluruh dunia saat itu juga turut menyerang pemerintah Iran. Mereka tak lupa memberikan empati terhadap “si gadis biru".

Bahkan, di Afghanistan, ratusan wanita menghadiri pertandingan sepakbola Liga Afghanistan di Kabul di tengah kondisi keamanan yang belum stabil akibat sejumlah bom bunuh diri. Mereka membawa poster dan spanduk yang digambar tangan dengan pesan solidaritas untuk Khodayari.

"Ketika sesuatu terjadi pada wanita Afghanistan, orang-orang dari seluruh dunia berdiri di sisi kita. Jadi, mengapa kita tidak berdiri saat wanita Iran menjadi korban peraturan yang tidak benar? Dia adalah tetangga kami dengan budaya dan bahasa yang sama,” kata salah satu aktivis wanita di Afghanistan, Mariam Atahi, dilansir The National.

"Menonton pertandingan sepakbola bukanlah kejahatan. Itu bukan hal buruk dan tidak dilarang dalam Islam. Ketika pria bisa pergi ke stadion dan menonton olahraga favorit mereka, mengapa para wanita tidak bisa?" tambah wanita yang berprofesi sebagai jurnalis itu.

Dalam pernyataan resminya, FIFA ketika itu juga mengutuk keras kejadian yang menimpa Khodayari. Mereka berharap tidak ada pelarangan bagi kaum hawa untuk bisa menyaksikan pertandingan langsung ke stadion.

Selain FIFA, sejumlah klub sepakbola Eropa seperti AS Roma dan Barcelona juga tidak lupa menyampaikan kecaman. Begitu pula dengan bintang Manchester United yang beragama Islam, Paul Pogba. Ada juga mantan kapten tim nasional Iran, Masoud Shojaei.

"Kekuatan dan doa untuk keluarga serta teman si gadis biru," tulis Pogba di akun Twitter resmi miliknya, @paulpogba, pada 10 September 2019.

Baca Berita yang lain di Google News




  • 0%Suka
  • 0%Lucu
  • 0%Sedih
  • 0%Kaget

Opini

(500 Karakter Tersisa)

Artikel Pilihan


Daun Media Network