Kisah Memalukan Saat PSS dan PSIS Berlomba Bikin Gol ke Gawang Sendiri

"Gara-gara rumor "dijamin kalah jika melawan Borneo FC", PSS Sleman dan PSIS Semarang berlomba-lomba mengalah."

Feature | 26 October 2020, 14:16
Kisah Memalukan Saat PSS dan PSIS Berlomba Bikin Gol ke Gawang Sendiri

Libero.id - Liga Indonesia, khususnya di Babak 8 Besar Divisi Utama, pernah menampilkan pertandingan tidak terpuji yang mencoreng sportivitas. Gara-gara rumor "dijamin kalah jika melawan Borneo FC", PSS Sleman dan PSIS Semarang berlomba-lomba mencetak gol bunuh diri.

Salah satu lembaran kelam di sepakbola Indonesia itu terjadi pada 26 Oktober 2014. Di Stadion Akademi Angkatan Udara (AAU), Yogyakarta, PSS dan PSIS bertemu pada laga Grup N. Itu duel terakhir. Kedua tim sudah lolos ke semifinal dan tinggal menentukan sang juara grup. Pemenang akan melawan Borneo (runner-up Grup P) dan runner-up menghadapi Martapura FC (juara Grup P).

Pertandingan sengaja digelar di markas tentara dan tanpa penonton atas alasan keamanan. Pasalnya, Polisi dan PSSI sudah mencium adanya kemungkinan bentrok suporter jika pertandingan dilaksanakan normal di Stadion Maguwoharjo, Sleman.

Bermain di Stadion AAU dan tanpa penonton justru membuat tekad pemain kedua kubu untuk bermain curang semakin membara. Baik PSS maupun PSIS sama-sama menghindari mencetak gol ke gawang lawan. Mereka tidak berniat melancarkan serangan ke pertahanan lawan. Yang terjadi justru umpan-umpan pendek di pertahanan sendiri antarsesama pemain kawan.

Aksi itu dilakukan berulang-ulang hingga suatu momen ketika Agus Setiawan mencetak gol ke gawang PSS dan penjaga gawang membiarkan bola masuk gawangnya. Kejadian janggal itu lahir pada menit 78. Sepuluh menit kemudian, Super Elang Jawa kembali melakukan gol bunuh diri lewat Hermawan Jati.

Anehnya, pemain PSIS sempat berusaha menggagalkan upaya PSS  untuk mencetak gol bunuh diri. Tidak mau unggul 2-0, PSIS membalas. Laskar Mahesa Jenar menjaringkan tiga gol ke gawang sendiri lewat Fadli Manan (89) dan Komaedi (91, 93). Skor akhir 3-2 untuk PSS.

"Kita tidak tahu bisa terjadi seperti itu. Dan, tiba-tiba juga terjadinya di menit-menit akhir. Kita juga spontanitas melakukan hal tersebut. Mungkin karena emosi saya. Saya emosi. Saya blank (sehingga) saya melakukan tindakan seperti itu," ujar Komaedi ketika itu.

Sialnya, tragedi memalukan bisa terjadi gara-gara rumor. Saat itu, muncul kabar miring kedekatan Borneo dengan petinggi PSSI yang akan memuluskan langkah promosi ke Indonesia Super League (ISL). Dikabarkan, Pesut Etam adalah klub yang mendapat keistimewaan dari otoritas tertinggi sepakbola Indonesia sehingga klub manapun yang dihadapi pasti kalah.

Meski kabar miring itu tidak pernah bisa dibuktikan, faktanya banyak klub Divisi Utama yang menjadi korban. Salah satunya Persis Solo. Laskar Sambernyawa memilih WO saat laga terakhir Grup P melawan klub dari Kalimantan Timur itu.

Mundurnya Persis menimbulkan efek berantai. Akibat kemenangan 1-0 Martapura atas PSCS Cilacap, maka Borneo hanya menjadi runner-up Grup 2. Martapura menjadi juara. Artinya, tim yang kalah di laga PSS versus PSIS akan menjadi runner-up dan bertemu Martapura.

Dengan pendapat melawan Martapura lebih mudah dari Borneo, para pemain PSS dan PSIS panik di penghujung laga. Nalar hilang dan aksi bunuh diri massal mulai dilakukan. Pasalnya, informasi tentang posisi Borneo sebagai runner-up Grup 2 baru diketahui pada menit-menit akhir.

Dampak dari kejadian memalukan tersebut telah membuat PSS dan PSIS didiskualifikasi. PSGC Ciamis dan Persiwa Wamena menjadi pengganti dengan mendapat tiket otomatis ke semifinal. Di semifinal, Badai Pegunungan Tengah mengalahkan Martapura dan Laskar Galuh dipecundangi Borneo lewat adu penalti. Borneo dan Persiwa promosi. Borneo juara setelah mengalahkan persiwa.

Namun, buntut dari pertandingan di Stadion AAU panjang. Total 50 orang (24 PSIS dan 26 PSS) dihukum PSSI. Tapi, tidak semuanya puas. Pasalnya, sejumlah petinggi klub justru melenggang tanpa hukuman. Padahal, mereka ada di lapangan dan memberi instruksi untuk mengalah.

Selain itu, saat Edy Rahmayadi menjadi Ketua Umum PSSI, sejumlah aktor yang terlibat mendapatkan pengampunan. Mereka dinyatakan bebas dan bisa berkarier di sepakbola lagi.

Dalam barisan itu ada Hery Kiswanto (pelatih PSS), Anang Hadi, Mudah Yulianto, Monieaga Bagus, Rasmoyo, Guy Junior, Saktiawan Sinaga, hingga Kristian Adelmund. Sementara dari kubu PSIS terdapat Eko Riyadi (pelatih), Anam Syahrul, Sunar Sulaiman, Eli Nasoka, Ronald Fagundez, dan Julio Alcorse.

Beberapa pemain masih aktif membela PSIS hingga musim ini. Contohnya, Safrudin Tahar dan Hari Nur Yulianto. Nama terakhir bahkan menyandang status sebagai kapten PSIS.

Baca Berita yang lain di Google News




  • 0%Suka
  • 0%Lucu
  • 0%Sedih
  • 0%Kaget

Opini

(500 Karakter Tersisa)

Artikel Pilihan


Daun Media Network