Tak Cuma Musim 2020, 3 Edisi Liga Indonesia Ini Juga Berantakan

"Liga Indonesia punya sejarah buram dimana tercatat dalam tiga musim itu perjalanannya kacau balau."

Berita | 30 October 2020, 00:21
Tak Cuma Musim 2020, 3 Edisi Liga Indonesia Ini Juga Berantakan

Libero.id - PSSI akhirnya memutuskan menunda semua kompetisi sepakbola musim 2020 hingga 2021. Dengan kondisi yang tidak memungkinkan terkait pandemi Covid-19, otoritas sepakbola tertinggi di Indonesia akhirnya mengibarkan bendera putih.

Melalui rapat yang digelar Komite Eksekutif PSSI secara aklamasi memutuskan menunda kompetisi Liga 1, Liga 2, dan Liga 3 2020 menjadi 2021. Artinya, PT Liga Indonesia Baru tidak akan melaksanakan kompetisi pada 1 November 2020 seperti yang direncanakan semula setelah 1 Oktober 2020 tidak mendapat izin Kepolisian Negara Republik Indonesia.

"Kompetisi akan dimulai lagi pada awal 2021 mendatang. PSSI akan memberikan kewenangan kepada PT LIB selaku operator kompetisi Liga 1 dan Liga 2 untuk mencari formula, format, dan sistem kompetisi terhadap keputusan PSSI tersebut," kata Plt Sekjen PSSI, Yunus Nusi, di situs resmi PSSI.

PSSI berharap kompetisi dapat bergulir dengan protokol kesehatan yang ketat karena masih dalam pandemi Covid-19. Panduan protokol kesehatan untuk kompetisi pun sudah dibuatkan regulasinya serta diberikan kepada klub.

"Kami masih berharap kompetisi bisa segera bergulir. Pelatih juga sudah punya road map sendiri. Piala Dunia U-20 menunjukkan kalau Indonesia dapat sukses menjadi tuan rumah yang baik dan berprestasi. Jadi, kompetisi harus berjalan karena muara dari kompetisi nantinya ke timnas. Dengan kompetisi, pemain juga bisa merasakan atmosfer sesungguhnya dalam suatu pertandingan," ungkap Ketua Umum PSSI, Mochamad Iriawan.

"Kami sudah punya panduan protokol kesehatan (untuk kompetisi). Protokol kesehatan sudah dibuatkan bukunya. Memakai masker sudah dilakukan saat pemain timnas melakukan TC baik di Indonesia maupun luar negeri. Jadi, untuk melakukan kompetisi, perlakuaannya akan sama dan ketat," tambah Iwan Bule.

Sejalan dengan Iriawan, Menpora Zainudin Amali juga mendukung agar kompetisi di Indonesia dapat berjalan kembali. "Kompetisi harus segera diputar. Kompetisi juga dibutuhkan untuk perkembangan kemampuan pemain agar mereka siap di Piala Dunia U-20," tuturnya Zainudin.

Uniknya, menunda atau bahkan tidak menggelar kompetisi bukan kali ini saja dilakukan PSSI di era Liga Indonesia. Tercatat, sebelum 2020, kompetisi sepakbola di Indonesia juga pernah batal bergulir 3 kali, yaitu:

1. Liga Indonesia 1997/1998

Setelah menyelesaikan Liga Indonesia 1996/1997 dengan menempatkan Persebaya Surabaya sebagai juara Divisi Utama, PSSI berniat menggelar kompetisi 1997/1998. Menggunakan nama Liga Kansas, kompetisi sebenarnya sudah dimainkan sejak 16 November 1997. 

Semuanya berjalan lancar hingga memasuki bulan-bulan awal 1998. Tiba-tiba, krisis keuangan melanda Asia dimulai dari Korea Selatan berlanjut ke Thailand, Malaysia, Singapura, dan menghantam Indonesia dengan sangat keras. Semua goyah. Nilai tukar mata uang jatuh dari Rp2.000 per USD menjadi Rp10.000-Rp15.000.

Akibatnya fatal. Ekonomi Indonesia yang dibangga-banggakan rezim Orde Baru runtuh seketika. Demonstrasi besar-besar mengiringi krisis itu. Kekacauan terjadi dimana-mana menandai era baru Reformasi.

Laga-laga Liga Indonesia mulai ikut terpengaruh. Bandung Raya mundur karena bangkrut. Kemudian, Arseto Solo juga dibubarkan karena merupakan klub milik putra Presiden Soeharto, Sigit Hardjodjudanto. Berikutnya, penundaan-penundaan pertandingan terjadi. Kompetisi akhirnya terhenti total pada 25 Mei 1998.

Saat itu, PSSI telah menggelar 234 dari total 317 pertandingan yang diikuti 31 klub itu. Dibagi 3 grup, Persebaya Surabaya sedang memimpin Grup Barat dengan 28 poin, PSMS Medan (Grup Tengah) dengan 31 poin, dan PSM Makassar (Wilayah Timur) dengan 30 poin.

Ketika kondisi politik mulai stabil, PSSI pimpinan Agum Gumelar memutuskan menggelar Liga Indonesia 1998/1999 pada November 1998 hingga April 1999. Uniknya, final tidak digelar di Jakarta, melainkan Manado.

2. Indonesia Super League 2015

ISL 2015 sebenarnya mampu menyita perhatian publik internasional. Buktinya, Qatar National Bank (QNB) bersedia mengucurkan dana untuk menjadi sponsor utama. Kompetisi pun berganti nama menjadi QNB League.

Musim tersebut direncanakan dimulai 1 Februari 2015. Tapi, karena adanya proses administrasi plus konflik kepengurusan PSSI, kick-off liga diundur menjadi 21 atau 22 Februari 2015. Kompetisi mundur lagi menjadi 4 April 2015 setelah adanya campur tangan Menteri Pemuda dan Olahraga, Imam Nahrawi. Artinya, QNB League akan berakhir 23 November 2015.

Saat itu, Persib Bandung adalah juara bertahan. Sementara Pusamania Borneo plus Persiwa Wamena bergabung sebagai tim promosi dari Divisi Utama 2014. Borneo dan Persiwa menggantikan Persepam Madura United, Persita Tanggerang, Persijap Jepara, Persiba Bantul, serta Persik Kediri yang terdegradasi ke Divisi Utama Liga Indonesia 2015.

Sayang, dengan alasan politis mengganti Ketua Umum PSSI saat itu, La Nyala Mataliti, Menpora melarang pertandingan-pertandingan lanjutan QNB League. Imam beralasan ada sejumlah kesepakatan yang tidak dijalankan PSSI dan PT Liga Indonesia. Itulah untuk pertama kali Pemerintah Indonesia melakukan intervensi kepada PSSI, yang berujung hukuman FIFA. 

"ISL, Divisi Utama, Piala Nusantara, dan Piala Soeratin 2015 dihentikan dan dinyatakan selesai karena keadaan memaksa (force majeure). Ada kekuatan di luar undang-undang yang mengakibatkan PSSI  mengalami force majeure yakni lewat Surat Keputusan Kemenpora terhadap PSSI bernomor 01307, 17 April 2015, yang tidak mengakui PSSI dan Surat Kemenpora terhadap Polri bernomor 01386, 20 April 2015, yang tidak memberikan rekomendasi izin pertandingan," kata Wakil Ketua Umum PSSI saat itu, Hinca Panjaitan, pada 2 Mei 2015.

Saat kompetisi dihentikan, mayoritas tim sudah memainkan 2 atau 3 pertandingan, kecuali Persiba Balikpapan yang baru bermain 1 kali. Saat itu, Gresik United ada di puncak klasemen dengan 9 poin diikuti Persipura Jayapura dan Persib di posisi 2-3 dengan 6 poin.

3. Indonesia Super League 2016

Buntut dari intervensi Pemerintah Indonesia kepada PSSI yang dilakukan Menpora Imam Nachrawi pada 2015 telah menyebabkan Indonesia mendapatkan hukuman FIFA. Akibatnya, tidak ada kompetisi resmi yang dijalankan otoritas sepakbola di Indonesia, baik level timnas maupun klub.

Sebagai gantinya, sejumlah turnamen tidak resmi dilaksanakan. Sebut saja Piala Presiden, Piala Jenderal Sudirman, hingga Piala Bhayangkara. Puncaknya, saat Indonesia Soccer Championship A, B, dan Liga Nusantara digulirkan untuk klub-klub mantan ISL, Divisi Utama, dan Divisi I.

Disponsori Torabica, ISC A digelar pada 29 April-18 Desember 2018. Ajang  yang mempertemukan tim-tim terbaik bekas ISL itu menggunakan format kompetisi penuh. ISC A menampilkan Persipura sebagai juara setelah memuncaki klasemen akhir dengan 68 poin. Mutiara Hitam unggul 4 poin dari Arema Cronus sebagai runner-up.

Setelah ISC berakhir, kompetisi resmi yang diakui FIFA kembali digulirkan pada 2017 dengan tajuk Liga 1. Hal itu seiring terpilihnya Edy Rahmayadi sebagai Ketua Umum PSSI yang direstui Pemerintah Indonesia. Sanksi FIFA terhadap PSSI juga dicabut.

Baca Berita yang lain di Google News




  • 0%Suka
  • 0%Lucu
  • 0%Sedih
  • 0%Kaget

Opini

(500 Karakter Tersisa)

Artikel Pilihan


Daun Media Network