Karier Berliku Jardel: Striker, Pecandu, Anggota DPR, Koruptor

"Kariernya komplit. Dari sisi positif maupun negatif. Dari dua kutub yang bertolak belakang. Tapi dunia tidak akan melupakan mesin gol sedahsyat Jardel."

Biografi | 15 November 2020, 03:00
Karier Berliku Jardel: Striker, Pecandu, Anggota DPR, Koruptor

Libero.id - Mario Jardel de Almeida Ribeiro pernah menghentak sepakbola Eropa ketika mencetak 42 gol dalam satu musim Liga Portugal bersama FC Porto. Dua kali, pria asal Brasil tersebut mendapatkan Sepatu Emas Eropa.

Kehebatan Jardel di lapangan masih terekam jelas di memori suporter Porto. Pada 1996, dia dikaitkan dengan beberapa tim setelah gagal ditransfer ke Benfica dan Glasgow Rangers. Kegagalan itu bukan karena gagal trial, melainkan peraturan kerja yang ketat ketika itu, yang melibatkan pemain-pemain dari luar Uni Eropa.

Kemudian, Jardel menandatangani kontrak dengan Porto. Saat itu, dia mendapatkan bantuan dari pemain-pemain seperti Zlatko Zahovic, Sergio Conceicao, Ljubinko Drulovic. Keputusan Porto tidak bertepuk sebelah tangan. Sebab, Jardel menjelma menjadi hantu kotak penalti lawan.

Jardel adalah pencetak gol terbanyak di Eropa selama tiga musim, yaitu 1998/1999, 1999/2000, 2001/2002. Dengan rata-rata gol 1,04 per pertandingan atau 130 gol dalam 125 pertandingan, Jardel diakui sebagai striker tajam. Tapi, dia hanya memenangkan Sepatu Emas Eropa dua kali karena penggunaan koefisien berdasarkan standar masing-masing liga.

Gol-gol Jardel juga membawa Porto meraih sejumlah trofi. Contohnya, Primeira Liga (1996/1997, 1997/1998, 1998/1999), Taca de Portugal (1997/1998, 1999/2000), serta Supertaca Candido de Oliveira (1996, 1998, 1999).

Namun, dibalik karier sukses bersama Porto,  ternyata ada kisah kelam yang sempat dijalani Jardel. Dalam wawancara dengan media Portugal pada 2014, Jardel mengungkapkan dirinya mengonsumsi kokain dengan sepengetahuan dokter dan fisioterapis Porto. Itu dia lakukan saat kompetisi jeda dan dirinya sedang menjalani liburan.

"Saya datang ke dunia ini dengan penuh rasa penasaran ketika kali pertama bermain di Eropa. Saya bertemu sejumlah orang dan mereka menawari saya kokain. Lalu, saya mulai menggunakannya secara reguler ketika liburan. Mereka (dokter tim) tahu karena saya memberitahu mereka," kata Jardel saat itu, dilansir record.pt.

Mengapa Jardel mengkonsumsi kokain? Dia mengaku terpaksa karena ada sejumlah masalah yang membuat dirinya mengalami depresi berat. Mudahnya mendapatkan barang haram tersebut di negara asalnya, Brasil, menjadi faktor pendorong lainnya.

"Pergaulan yang salah. Putus dalam hubungan percintaan. Depresi. Semua itu membuat saya sangat stres. Saya seperti orang yang putus asa karena tidak ada seorang pun yang mau mendegarkan saya ketika saya membutuhkan seseorang untuk bicara," ucap Jardel.

"Narkoba salah satu masalah dalam sepakbola. Sebab, semakin banyak anda memiliki uang, semakin banyak jebakan kepada anda. Teman, rasa penasaran, dan godaan akan mengubah hidup anda. Saya sudah bebas dari narkoba dan istri saya sangat berperan penting," tambah pemilik 10 caps dan 1 gol untuk tim nasional Brasil itu.

Jardel mengawali karier profesional bersama salah satu klub papan atas Brasil, Vasco da Gama. Sempat dipinjamkan ke Gremio, dia meniti karier di Eropa dengan memperkuat Porto mulai 1996. Sempat pindah ke Galatasaray, Sporting Lisbon, hingga Bolton Wanderers, Jardel pensiun pada 2011 setelah memperkuat Rio Negro.

Setelah gantung sepatu, Jardel tidak memilih jalur sepakbola. Dia tidak menjadi pelatih, agen pemain, atau pengurus klub. Jardel justru berkecimpung di dunia yang sama sekali berbeda. Dia terjun ke politik.

Bergabung dengan Partido Social Democratico (PSD), Jardel mencalonkan diri menjadi anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) pada Pemilihan Umum 2014. Dia terpilih dengan perolehan suara 41.000. Saat itu, dia menjanjikan memerangi korupsi dan kelompok-kelompok kriminal, serta bantuan sosial untuk rakyat miskin.

Sayang, janji Jardel tidak ditepati setelah terpilih. Petualangannya berlangsung singkat. Pada 2015, sebuah penyelidikan oleh Kejaksaan Agung Brasil membuktikan dirinya terlihat dalam aktivitas pengumpulan dana ilegal yang diidikasikan sebagai korupsi politik.

Jaksa menyatakan Jardel dan 10 orang lainnya telah memeras staf, mencalonkan anggota palsu, dan mengalihkan dana untuk keuntungan mereka sendiri. Mereka  menyelesaikan tuduhan tersebut pada Februari 2016 sebagai hasil dari penyelidikan yang dimulai pada 2015 dengan nama Operacao Gol Contra.

Penyelidikan juga menemukan fakta Jardel terlibat dalam perdagangan narkoba dan melindungi kelompok-kelompok kriminal di Brasil. "Itu tidak sesuai etika sebagai anggota parlemen. Ada bukti  bahwa mobil yang dialokasikan oleh parlemen telah digunakan untuk mengantar pengedar narkoba berkeliling," ungkap Marlon Santos, anggota DPR yang terlibat dalam investigasi kasus Jardel.

Setelah melalui perdebatan di DPR, pada 8 Juni 2016, Komisi Etika di parlemen Brasil menyetujui permintaan untuk menghentikan masa jabatan Jardel. Kasus ini dipindahkan ke Komisi Konstitusi dan Kehakiman. Sebuah pemungutan suara terakhir diadakan di DPR pada Desember 2016 dan dengan suara bulat diputuskan untuk mengakhiri masa jabatan Jardel.

Meski secara politik diberhentikan, kasus yang dituduhkan Jardel tidak pernah dibawa ke pengadilan. Dia tidak pernah masuk penjara. Saat ini, Jardel tetap aktif di partai dan menjadi orang biasa lagi.

Baca Berita yang lain di Google News




  • 0%Suka
  • 0%Lucu
  • 0%Sedih
  • 0%Kaget

Opini

(500 Karakter Tersisa)

Artikel Pilihan


Daun Media Network