16 Pemain Thailand yang Pernah Bermain di Liga Indonesia

"Mereka bukan pemain sembarangan, melainkan berstatus pemain nasional. Baik Thailand U-23 maupun senior. Paling populer: Sintawechaai Hathairatanakool."

Feature | 02 December 2020, 14:18
16 Pemain Thailand yang Pernah Bermain di Liga Indonesia

Libero.id - Pernah di satu era para pesepakbola Thailand mengadu nasib di Liga Indonesia. Mereka bukan pemain sembarangan, melainkan berstatus pemain nasional. Baik Thailand U-23 maupun senior.

Roda kehidupan memang berputar. Kini, kompetisi Negeri Gajah Putih adalah tujuan para pemain dari Asia Tenggara, termasuk Indonesia, untuk mengadu nasib. Sistem yang baik, level persaingan yang tinggi, serta nominal yang diterima setiap bulan membuat pemain merasa nyaman.

Bukti lain kehebatan Liga Thailand adalah hak untuk mengirimkan wakil di Liga Champions Asia (LCA). Setidaknya, Thailand selalu mengirimkan 1 wakil di fase utama dan 1 atau 2 tim lainnya melalui jalur play-off tergantung nilai koefisien AFC yang dimiliki musim tersebut.

Namun, jika acuannya beberapa tahun lalu, level kompetisi Thailand berada di bawah Indonesia. Buktinya, ada banyak pesepakbola asal Thailand yang mengadu nasib di Liga Indonesia. Itu terjadi antara 2005 hingga 2010 ketika kompetisi kasta tertinggi bertajuk Indonesia Super League (ISL).

Pemain-pemain Thailand yang pada masa itu merumput di Indonesia bukan pesepakbola sembarangan. Mereka adalah penghuni timnas, baik di Piala AFF maupun SEA Games. Pesepakbola-pesepakbola tersebut juga banyak yang menjadi tulang punggung di klub ISL.

Berikut ini 16 pemain Thailand yang pernah bermain di kompetisi sepakbola Indonesia pada periode 2005 hingga 2010:


1. Wasan Sankpurn (Persik Kediri)

Persik Kediri pernah bergabung dalam barisan klub sepakbola Indonesia yang mempekerjakan pemain asal Thailand. Meski tidak bertahan lama, Sankpurn sempat menghiasi line-up Macam Putih pada 2005. Sayang, akibat penampilan yang tidak lebih baik dari pemain lokal, dia diputus kontrak di tengah jalan.


2. Yutachak Usaphorm (Petrokimia Putra)

Usaphorm tidak terlalu lama bermain di Indonesia. Dia bergabung dengan Petrokimia Putra pada 2005 dan hanya bermain beberapa kali sebelum akhirnya kembali ke negara asalnya.


3. Jetsada Jitsawad (Persibat Batang)

Jitsawad manjadi pemain gagal asal Thailand yang merumput di Liga Indonesia. Membela Persibat Batang pada 2005. Dia bergabung dari Tobacco Monopoly FC dengan status pinjaman. Tapi, bek tengah itu tidak bertahan lama di kompetisi kasta kedua Indonesia ketika itu.

Jitsawad kini sudah pensiun dan beralih profesi menjadi pelatih. Dia memulainya pada 2016 sebagai pelatih sementara Pattaya United. Sempat menukangi Bang Pa-in Ayutthaya, Jitsawad saat ini tercatat sebagai pelatih Udon Thani FC. Itu adalah klub di Thai League 2 (kasta kedua).


4. Sakda Joemdee (Persibat Batang, Persijap Jepara)

Sebelum menjadi bintang ke Liga Vietnam bersama Hoang Anh Gia Lai, Joemdee sempat mencoba peruntungan di Liga Indonesia. Awalnya, dia datang ke Persibat Batang. Hanya bertahan setengah musim, dia pindah ke Persijap Jepara. Tapi, baik di Persibat maupun Persijap, Joemdee tidak banyak memberi kontribusi positif.


5. Manit Noivach (Persijap Jepara)

Noivach bermain untuk Persijap di era yang sama dengan Paitoon Tiepma. Berposisi sebagai penyerang, pria kelahiran 5 Maret 1980 tidak bertahan lama bermain di Gelora Bumi Kartini, Jepara. Setelah tidak digunakan Laskar Kalinyamat, Noivach kembali ke berkarier di Thailand.


6. Paitoon Tiepma (Persijap Jepara)

Paitoon punya reputasi membanggakan di mata para pendukung Persijap Jepara. Bermain sebagai sayap kanan, dia datang ke Kota Ukir pada 2006 setelah dipilih Peter Withe masuk skuad Thailand di Asian Games 2002, Piala Tiger 2002, dan Piala Asia 2004.

Ketika itu, Paitoon sangat menonjol di Laskar Kalinyamat. Kecepatan larinya dipadukan umpan-umpan matang serta kengototan di lapangan sempat membuat suporter menjuluki Paitoon sebagai "David Beckham Thailand". Apalagi, Paitoon juga memiliki tendangan bebas langsung mematikan yang melengkung menembus gawang.

Jika ditotal, Paitoon bermain 4 musim di Jepara. Dia sempat mengaku betah dan sudah menjadikan Jepara sebagai rumah. "Bukan uang yang membuat saya di sini (Persijap). Saya senang karena rasa kekeluargaan di klub ini. Teman-teman baik semua. Di klub lain belum tentu," ujar Paitoon pada 2009 di situs resmi persijap.or.id.

Setelah puas di Jepara, Paitoon pulang ke Thailand untuk membela Osotspa, dilanjutkan Muangthong United. Sempat membela Osotspa lagi, Paitoon pindah ke PTT Rayong, Osotspa lagi, Nakhon Pathom United, Phrae United, dan pensiun di Kopoon Warrior.


7. Pradit Taweechai (Persib Bandung)

Taweechai adalah pemain Thailand pertama yang membela Persib Bandung sudah lebih dulu bergabung dengan Persib Bandung. Berposisi sebagai bek tengah, dia datang ke Bandung pada 2004. Bersama Maung Bandung, Taweechai mencatatkan 67 penampilan dan menyumbang 8 gol. Pada 2005, dia meninggalkan Persib untuk membela Tampines Rovers di Liga Singapura.


8. Nipont Chanarwut (Persib Bandung)

Chanarwut terpilih menjadi anggota Persib setelah melewati proses seleksi pemain asing pada 2006. Tapi, kontribusinya tidak memuaskan. Akibatnya, Chanarwut terdepak pada pertengahan musim. Dia kembali ke kampung halamannya di Thailand untuk melanjutkan karier.


9. Sintawechaai Hathairatanakool (Persib Bandung)

Kosin adalah pemain Thailand paling populer di Indonesia. Potongan rambut dan wajah yang mirip anggota boy band asal Taiwan, F4, yang sedang populer saat itu membuat Kosin digandrungi kaum hawa. Berposisi sebagai kiper, Kosin bermain dua periode di Stadion Siliwangi dan Stadion Si Jalak Harupat.

Kosin bergabung dengan Persib pada 2006 dari klub Thailand, Osotspa. Penjaga gawang berpostur 180 itu tampil gemilang di bawah mistar. Bersama Maung Bandung, Kosin mencatatkan 33 pertandingan.

Pada 2007, Kosin kembali ke negaranya untuk bergabung dengan Chonburi. Lalu, pada 2009, Kosin kembali ke Kota Kembang dengan status pinjaman dan tampil sebanyak 11 kali. Pada laga terakhir bersama Persib, Kosin tampil gemilang saat Persib mengalahkan Persisam Samarinda 2-0.

Prestasi Kosin bersama Thailand juga layak mendapatkan pujian. Dia menjadi kiper Thailand U-17, U-19, U-23, hingga senior. Total, Kosin bermain 79 kali di tim senior pada 2003-2018. Dia ikut meraih medali emas SEA Games 2003 dan 2005 serta Piala AFF 2016.


10. Suchao Nuchnum (Persib Bandung)

Nuchnum bermain untuk Persib bersamaan dengan Kosin di periode pertama. Bahkan, lantaran tidak bisa bicara Bahasa Inggris, Kosin ketika itu juga bertindak sebagai penerjemah gelandang kelahiran 17 Mei 1983 tersebut.

Nuchnum bergabung dengan Persib pada 2009 dengan status pinjaman dari TOT. Dia hanya bermain sebentar sebelum kembali ke Thailand untuk membela Buriram United. Selama berada di Bandung, Nuchnum hanya menyempatkan diri merumput 13 kali dengan memproduksi 3 gol.

Keputusan Nuchnum membela Buriram ternyata sangat tepat. Saat itu, The Thunders sedang mendapatkan investor baru dan melakukan pembenahaan besar-besaran. Layaknya, Chelsea di Inggris, Buriram membangun kekuatan dengan dana melimpah dari sang pemilik.

Hasilnya, Nuchnum membantu Buriram menjuarai Liga Thailand 6 kali dengan 5 di anataranya beruntung, yaitu 2011 2013 2014, 2015, 2017, 2018. Ada lagi Piala FA 2011, 2012, 2013, 2015, serta Piala Liga 2011, 2012, 2013, 2015, 2016. Pada masa itu, Buriram menjadi kuda hitam di Liga Champions Asia (LCA).


11. Anucha Chausri (Mojokerto Putra)

Chausri hanya numpang lewat di Liga Indonesia. Bergabung dengan Mojokerto Putra, dia tidak banyak memberikan pengaruh di lapangan. Setelah itu, manajemen memutus kontrak Chausri. Sang pemain akhirnya kembali ke Thailand dan tidak pernah bermain di Indonesia lagi.


12. Thanasit Tong In (PSS Sleman)

Thanasit bermain di PSS ketika masih menggunakan Stadion Tridadi, Sleman, sebagai kandang di Liga Indonesia. Dipinjam dari Osotspa, Thanasit membela Super Elang Jawa selama setengah musim 2005 sesuai kontrak yang ditandatangani di awal musim. Bek tengah itu pergi pada akhir putaran I.

Meski singkat, Thansit sempat membuat kericuhan di lapangan. Saat pertandingan melawan Arema Malang, dia memukul Gendut Dony ketika adu argumen. Thanasit dikartu kuning. Tapi, keputusan wasit justru memicu protes pemain-pemain Singo Edan. Mereka menganggap kartu merah layak diberikan.

Akibatnya, kerusuhan meluas. Protes pemain Arema kepada wasit memicu kemarahan suporter. Pendukung PSS melempari lapangan dengan berbagai benda sehingga memaksa wasit menghentikan pertandingan untuk sementara.


13. Nathapong Sukngam (Persebaya Surabaya)

Sukngam menjadi satu-satunya pemain Thailand dalam sejarah Persebaya. Dijuluki "Mr.Lodeh", dia hanya bertahan 1 musim di Kota Pahlawan, yaitu pada 2006. Tampil nyentrik dan trengginas adalah salah ciri khasnya. Dia juga pengoleksi kartu kuning yang banyak.

Sukngam bermain  ketika persebaya dilatih Freddy Muli. Saat itu, Persebaya juga memiliki dua pemain asing lain dari Amerika Selatan. Mereka adalah Marcelo Braga (Brasil) dan Ever Barientos (Paraguay).


14. Worawut Wangsawat (Persikab Bandung)

Wangsawat tidak lama bermain di Indonesia. Gelandandang serang kelahiran 16 September 1981 itu membela Persikab Kabupaten Bandung selama setengah musim. Dia pergi jelang putaran II karena dianggap tidak memberikan kontribusi maksimal untuk klub.


15. Yuttajak Kornchan (Pelita Jaya)

Kornchan bermain untuk Pelita Jayap pada 2009 dan pergi pada 2010. Dia datang dari Buriram United. Setelah tidak digunakan Pelita, gelandang bertahan yang bisa bermain sebagai bek tengah itu kembali ke Buriram. Saat itu, dia dianggap kurang mampu beradaptasi dengan karakter keras sepakbola Indonesia.

Di kampung halamannya, Kornchan punya prestasi bagus. Selain anggota timnas, dia juga menghadirkan banyak trofi untuk Buriram. Kornchan juga sempat membantu Hoang Anh Gia Lai menjuarai Liga Vietnam 2004.


16. Pipat Thonkanya (Persisam Samarinda)

Pipat Thonkanya sempat bergabung dengan Persisam pada 2009. Pemain yang beroperasi di sektor depan tersebut mampu menunjukkan kualitas terbaiknya. Dalam 30 laga, Thonkanya mencetak 10 gol. Thonkanya dipuja para pendukung Persisam karena kecepatan berlarinya yang bagus.

Thonkanya bergabung dengan Persisam pada musim pertama di ISL setelah promosi dan menjadi juara Divisi Utama 2008/2009. Saat itu, Persisam mengontrak Thonkanya Rp1,2 miliar selama satu musim. Dia didatangkan dari Thai Port FC.

Namun, kebersamaan Thonkanya dengan Persisam hanya 1 musim. Setelah kontraknya berakhir, dia kembali ke Thailand untuk membela Buriram United. Pada 2017, Thonkanya akhirnya gantung sepatu sebagai pemain Amnat United. Tapi, musim ini dia kembali aktif bermain bersama Pattaya Discovery United di Divisi III.

Baca Berita yang lain di Google News




  • 0%Suka
  • 0%Lucu
  • 0%Sedih
  • 0%Kaget

Opini

(500 Karakter Tersisa)

Artikel Pilihan


Daun Media Network