11 Pemain Singapura di Kompetisi Indonesia Sejak Era Galatama

"Gaji yang diterima tidak sebanyak Liga Singapura, tapi pemain Negeri Singa di Indonesia menggunakan alasan budaya dan ikatan emosi."

Feature | 05 December 2020, 03:14
11 Pemain Singapura di Kompetisi Indonesia Sejak Era Galatama

Libero.id - Kompetisi sepakbola Indonesia sejak era Galatama hingga Liga Indonesia sempat menjadi magnet para pemain Asia Tenggara. Salah satu negara yang banyak mengirimkan pemain adalah Singapura.

Meski gaji yang diterima tidak sebanyak Liga Singapura, kebanyakan pemain Negeri Singa yang berkompetisi di Indonesia menggunakan alasan budaya dan ikatan emosi. Hal tersebut berlaku bagi para pemain Singapura dari etnis Melayu. Apalagi, jarak Indonesia dengan Singapura cukup dekat sehingga tidak sulit untuk pulang-pergi dalam waktu singkat.

Sementara para pemain yang berstatus naturalisasi menjadikan atmosfer stadion sebagai alasan utama. Pasalnya, selama bermain di Liga Singapura, stadion sepi dengan hanya ada beberapa penonton yang hadir langsung.

Uniknya, ada suatu masa ketika para pemain Singapura benar-benar menyerbu Liga Indonesia dalam jumlah yang signifikan. Mereka bermain di berbagai klub. Pemain-pemain tersebut bukan sembarangan. Mereka adalah anggota timnas yang sukses di beberapa edisi Piala AFF. Ada yang sukses dan bertahan lama. Tapi, tidak sedikit yang hanya numpang eksis sebentar.

Berikut ini 11 pemain Singapura yang pernah bermain di Indonesia sejak era Galatama hingga Liga Indonesia: 


1. Fandi Ahmad (Niac Mitra)

Fandi adalah pemain terbaik Singapura hingga hari ini. Dia bergabung dengan Niac Mitra pada 1982 lewat proses yang mengejutkan. Awalnya, Fandi menerima tawaran dari beberapa tim Malaysia, Young Boys (Swiss), dan Ajax (Amsterdam). Setelah trial 3 minggu di Belanda, Ajax menawarkan kontrak 3 tahun. Tapi, Fandi justru menandatangani kontrak 1 tahun dengan Niac Mitra.

Keputusan yang tepat. Dia menghabiskan 1 musim, membantu mereka mempertahankan gelar Galatama dan menjadi pencetak gol terbanyak ketiga dengan 13 gol. Dalam pertandingan persahabatan antara Niac Mitra dengan Arsenal, Fandi mencetak gol dalam kemenangan 2-0.

Sayang, Fandi hanya bertahan 1 musim. Dia meninggalkan Surabaya bukan karena prestasi yang menurun atau cedera. Fandi pergi dari Indonesia karena Galatama memutuskan untuk tidak menggunakan pemain asing lagi.


2. David Lee (Niac Mitra)

Di era yang sama dengan Fandi, Niac Mitra juga memiliki penjaga gawang tim nasional Singapura, David Lee. Dia bermain di musim yang sama dengan Fandi. Posturnya yang ideal plus refleks yang bagus membuat mistar gawang Niac Mitra pada masa tersebut sangat sulit. David juga pergi saat Fandi meninggalkan Indonesia. Beda dengan Fandi, dia kembali membela Singapore FA di Liga Malaysia.


3. Itimi Dickson (Persitara, Persidafon)

Dickson adalah satu dari banyak pemain naturalisasi Singapura. Lahir di Nigeria, gelandang serang itu datang ke Negeri Singa pada 2001 untuk membela Jurong FC. Empat tahun berselang, dia mendapatkan paspor Singapura lewat sebuah program pemerintah bertajuk Foreign Sports Talent Scheme.

Setelah mendapat paspor Singapura, Dickson bemain untuk timnas di Piala AFF 2004 dan 2007. Dickson ikut membantu The Lions juara, meski sebenarnya sempat mendapatkan hukuman dari Asosiasi Sepakbola Singapura (FAS) karena sejumlah tindakan tidak bertanggung jawab yang dilakukan.

Dari Singapura, Dickson mendapatkan tawaran bermain di Indonesia. Dia membela Persitara Jakarta Utara pada 2007-2009 dan Persidafon Dafonsoro (2011-2012). Sayang, di dua klub tersebut karier Dickson tidak sebagus saat masih di Negeri Singa.


4. Noh Alam Shah (Arema, Persib, PSS Sleman)

Libero.id

Kredit: instagram.com/nohalamshah31

Along adalah pemain Singapura paling populer di Indonesia setelah Fandi Ahmad. Dia bergabung dengan Arema pada 2009 secara tidak sangaja. Dia pergi ke Indonesia karena bosan bermain di Singapura. Saat itu, dia merasa diperlakukan tidak adil oleh wasit dan para pengurus FAS.

Bersama Singo Edan, Along menemukan karier terbaiknya. Dengan Robert Alberts selaku pelatih, Along membantu menghadirkan gelar Indonesia Super League (ISL) 2009/2010. Dia menjadi pemain yang dicintai Aremania, meski terkadang emosinya sulit dikendalikan.

Pada 5 Februari 2012, karena perselisihan gaji, Arema mengumumkan pengunduran diri Along. Dia kembali ke Singapura untuk membela Tampines Rovers mulai 28 Juni 2012 dengan kontrak 6 bulan. Dia mencetak 5 gol dalam 14 pertandingan sebelum tawaran bermain di Indonesia datang dari PSS Sleman.

Pada 15 Februari 2013, Along bergabung dengan mantan rekan setimnya di Arema seperti Budi Sudarsono, Waluyo, Aji Saka, Juan Revi, dan Wahyu Gunawan untuk membela Super Elang Jawa di Divisi I versi LPIS. Sayang, dia menderita banyak cedera sehingga kurang maksimal. Padahal, musim itu PSS juara Divisi I, tapi gagal promosi karena adanya dualisme.


5. Muhammad Ridhuan (Arema, Bali United, Borneo FC)

Ridhuan bermain di Arema pada periode yang sama dengan Noh Alam Shah. Bedanya, pemain yang beroperasi sebagai bek sayap itu lebih tenang dibanding Along. Dia juga menjadi bagian dari sukses Singo Edan ketika menjuarai ISL 2009/2010. ketika dualisme Arema terjadi, Ridhuan sempat bertahan sebelum pergi ke Borneo FC pada 2018.


6. Baihakki bin Khaizan (Persija, Persib, Medan Chiefs)

Berposisi sebagai bek tengah, Baihakki termasuk pemain Singapura yang gemar merumput di luar negeri. Pengalaman pertamanya terjadi di Persija Jakarta pada 2009/2010. Dia hadir di Jakarta bersama rekan senegaranya dari Singapura, Fahrudin Mustafic. Selama musim pertamanya, dia berhasil mencetak 3 gol dalam 39 penampilan.

Pada musim 2010/2011, secara mengejutkan Baihakki memutuskan menyeberang ke Persib Bandung. Di Bandung, dia juga bergabung dengan rekan senegaranya, Shahril Ishak. Tapi, karier Baihakki di Persib tidak panjang dan hanya bertahan selama putaran I ISL 2010/2011.

Diputus kontrak oleh Maung Bandung tidak membuat Baihakki trauma. Pada 16 Februari 2011, dia menandatangani kontrak selama 2 tahun dengan Medan Chief senilai USD300.000. Shahril juga ikut Baihakki setelah kontraknya juga diputus Persib. Mereka bermain di kompetisi tandingan ISL yang bertajuk Liga Primer Indonesia (LPI).


7. Fachruddin Mustafic (Persija, Persela)

Lahir di Novi Pazar, Yugoslavia, Mustafic datang ke Singapura pada 2002. Di tahun yang sama dia mendapatkan paspor Singapura. Mustafic datang ke Indonesia pada 2009/2010 setelah bermain untuk timnas negara barunya. Hanya bertahan 1 musim, Mustafic pindah ke Persela Lamongan pada 2010/2011. Di dua klub itu, dia bermain biasa-biasa saja.

Sekarang, Mustafic sudah pensiun. Klub terakhirnya adalah Tampines Rovers. Di klub itu juga Mustafic sekarang berkarier sebagai asisten pelatih.


8. Precious Emuejeraye (Sriwijaya FC, Persija, Persiba Balikpapan, Persidafon)

Precious lahir di Nigeria dan menjadi warga negara Singapura pada 2005. Dia datang ke Indonesia pada 2009 setelah The Lions tampil buruk di Piala AFF 2008. Precious menandatangani kontrak dengan Sriwijaya FC dan membantu Laskar Wong Kito menjuarai Piala Indonesia 2010.

Selanjutnya, Precious pindah ke Persija Jakarta. Di kontrak 2 tahun, dia tampil stabil di lini pertahanan. Selanjutnya, Precious pindah ke Persiba Balikpapan. Tapi, dia dipecat oleh klub setelah penampilan buruk. Dia berlatih dengan Woodlands Wellington sebelum diambil Persidafon Dafonsoro. Klub dari Sentani, Papua, itu menjadi tim terakhirnya di Indonesia.


9. Khairul Amri (Persiba Balikpapan)

Eksodus pemain Singapura ke Indonesia juga sempat dirasakan Amri. Pada 2010, dia bergabung dengan Persiba Balikpapan. Amri bergabung dengan tim Indonesia dengan fakta bahwa itu adalah kesempatan langka. Tidak hanya bagi kariernya untuk membuktikan diri di luar negeri sebagai pesepakbola, melainkan juga untuk mengharumkan nama Singapura.

Amri membuat awal yang indah dengan mencetak gol pada debutnya. Tapi, salah satu otot kakinya sobek sehingga harus absen 7-8 bulan. Kariernya di ISL 2010/2011 berakhir setelah hanya merumput 23 kali dengan menciptakan 9 gol.


10. Agu Casmir (Persija, Bhayangkara FC)

Libero.id

Kredit: persija.id

Agu adalah pahlawan Singapura di Piala AFF 2004 ketika menjadi juara. Setelah itu, kariernya bersinar bersama sejumlah klub Singapura. Sempat bermain di Malaysia, Agu akhirnya bergabung dengan Persija Jakarta pada 2010/2011. Hanya bertahan 1 musim, dia kembali ke Singapura. Lalu, pada 2013, Agu bermain untuk Bhayangkara FC ketika masih diizinkan menggunakan nama Persebaya.


11. Shahril Ishak (Persib, Medan Chiefs)

Libero.id

Kredit: instagram.com/thenumberseventeen

Shahril adalah teman seperjuangan Baihakki bin Khaizan. Pada Februari 2011 dia menandatangani kontrak 1 tahun dengan Persib Bandung bersama Baihakki. Lalu, ketika kompetisi sempalan Liga Primer Indonesia (LPI) diluncurkan, Shahril bergabung dengan Medan Chiefs dengan kontrak USD400.000. Dia sempat mencetak 8 gol dari 32 pertandingan sebelum kompetisi bubar karena bertentangan dengan statuta PSSI.

Baca Berita yang lain di Google News




  • 0%Suka
  • 0%Lucu
  • 0%Sedih
  • 0%Kaget

Opini

(500 Karakter Tersisa)

Artikel Pilihan


Daun Media Network