Karier Marcelo Salas di Italia, Sukses Bersama Lazio Tenggelam di Juventus

"Sayang, keputusan Salas bermain untuk La Vecchia Signora salah. Pemain yang memiliki total 70 caps dan 37 gol untuk Chile tersebut gagal total."

Biografi | 13 December 2020, 13:56
Karier Marcelo Salas di Italia, Sukses Bersama Lazio Tenggelam di Juventus

Libero.id - Tim nasional Chile tidak hanya mengenal Ivan Zamorano sebagai legenda. Jauh sebelum era Alexis Sanchez dan Arturo Vidal, La Roja juga sempat berterima kasih pada kontribusi nyata Marcelo Salas.

Salas adalah pensiunan pesepakbola yang beroperasi di sektor depan. Lahir di Temuco, 24 Desember 1974, dia memiliki karier gemilang di Eropa, khususnya Italia. Meski sudah lama gantung sepatu, reputasi pemilik nama lengkap Jose Marcelo Salas Melinao itu di depan para pendukung Lazio masih sangat harum. 

Karier Salas di Lazio dimulai ketika menjalani debut pada 12 Agustus 1998 melawan Real Madrid. Dia mencetak gol kemenangan 2-1 dalam sebuah pertandingan uji coba pramusim di Cadiz bertajuk Trofeo Teresa Herrera. Debut resmi Salas ada di Supercoppa Italia dalam kemenangan 2 -1 atas Juventus pada 29 Agustus 1998. 

Setelah dua pertandingan awal musim yang mengesankan itu, Salah menjelma menjadi pemain yang sangat menentukan. Dengan Salas di tim, kesuksesan di sepakbola Italia kembali ke Lazio setelah menanti 25 tahun. Dia mencetak gol pertamanya untuk Serie A bermain untuk Lazio beberapa hari kemudian melawan Inter Milan. 

Salas dengan cepat menjadi idola suporter Lazio. Mereka mempersembahkan lagu khusus untuknya. Yang paling ikonik adalah, "Matador, Matador, che ce frega de Ronaldo noi c'avemo er Matador". Secara harafiah kalimat itu berarti "Matador, Matador, kami peduli pada Ronaldo jika kami memiliki Matador".

Selama 3 musim berseragam Elang Ibu Kota Italia, sang penyerang menyumbangkan trofi Serie A 1999/2000, Coppa Italia 1999/2000, Supercoppa Italia 1998, 2000, Piala Winners 1998/99, serta Piala Super Eropa 1999.

Berkat performa yang bagus, tawaran datang bertubi-tubi. Tapi, Salas menolak proposal USD30 juta dari klub-klub penting Eropa seperti Manchester United, Chelsea, Arsenal, Liverpool, Barcelona, Parma, AC Milan, hingga Inter Milan. Salas juga sempat menolak tawaran Real Madrid sehingga langsung mengalihkan pandangan kepada Zinedine Zidane.

Akhirnya, Salas meninggalkan Lazio pada 2001. Dia pindah ke Juventus seharga 55 miliar Lira atau setara 28,5 juta euro. Itu masih ditambah Darko Kovacevic. Lazio besar untung karena membeli Salas dari River Plate dengan 17 juta euro.  

Sayang, keputusan Salas bermain untuk La Vecchia Signora salah. Pemain yang memiliki total 70 caps dan 37 gol untuk Chile tersebut gagal total karena cedera ligamen yang didapatkan beberapa pekan setelah tiba di Turin. Pada musim pertama, Salas hanya bermain 11 pertandingan dan mengemas 1 gol. Sementara pada musim kedua, dia memainkan 15 laga dan mencetak 3 gol. 

Meski Juventus menjuarai Serie A 2001/2002 dan 2002/2003, Salas terlihat tidak bahagia. Pasalnya, perannya pada dua musim tersebut tidak seperti saat sukses bersama Lazio. Salas lebih banyak menghabiskan waktu sebagai pemain cadangan, duduk di bench, atau hanya bisa menonton dari tribun stadion.

Kegagalan di Juventus menjadikan karier Salas di Benua Biru berlangsung singkat. Hanya 5 musim, Salas bermain di Serie A sebelum memutuskan kembali ke Amerika Selatan untuk membela River lagi sebelum pensiun bersama Universidad de Chile pada 2008.

Salas pensiun dengan mendapatkan penghormatan yang layak dari para penggemarnya di Chile. Sebuah laga perpisahan meriah digelar pada 2 Juni 2009 dengan mengundang semua mantan rekan setim Salas di semua tim yang pernah dibela. Lebih dari 50.000 pasang mata hadir di stadion untuk melepas Salas dengan kebanggaan.   

Mereka berterima kasih atas apa yang pernah diberikan Salas. Selama Kualifikasi Piala Dunia 1998 misalnya, Salas mencetak 11 gol, termasuk hattrick melawan Kolombia dan Peru. Saat itu, La Roja lolos putaran final untuk pertama kalinya sejak 1982. 

Jelang putaran final Piala Dunia 1998, Salas mencetak kedua gol Chile saat mengalahkan Inggris 2-0 dalam pertandingan persahabatan di Wembley. Sementara saat turnamen berlangsung , Salas mencetak 4 gol dalam 4 pertandingan. Dua golnya melawan Italia memberi La Roja hasil imbang 2-2. Dia mencetak gol hiburan saat Chile dikalahkan Brasil 1-4 di fase knock-out.

"Terima kasih kepada semua yang telah mendukung karier saya di sepakbola. Waktu bagi saya untuk pensiun tiba. Biarkanlah generasi-generasi baru sepakbola Chile bermunculan dan saya akan mendukung mereka untuk berkiprah di Eropa," kata Salas ketika itu, dikutip La Nacion.

Setelah era Salas berlalu, Chile tetap tidak kekeringan bakat-bakat hebat. Selain Alexis dan Vidal, mereka punya segudang pemain membanggakan. Sebut saja Humberto Suazo, Matias Fernandez, Eduardo Vargas, Marcelo Diaz, Jorge Valdivia,  Mauricio Isla, Claudio Bravo, dan masih banyak lagi.

Kegemilangan La Roja terjadi pada 2015 dan 2016. Saat itu, mereka menjuarai Copa America dan Copa America Centenario. Kesuksesan mereka dapatkan dengan mengalahkan Argentina dua kali. 

Baca Berita yang lain di Google News




  • 0%Suka
  • 0%Lucu
  • 0%Sedih
  • 0%Kaget

Opini

(500 Karakter Tersisa)

Artikel Pilihan


Daun Media Network