Boxing Day Saat Pandemi Covid-19, Begini Analisis Kerugian Finansialnya

"Pendapatan di hari pertandingan sepanjang musim Liga Premier mencapai Rp 12,77 triliun. Berpotensi merugi karena lockdown."

Analisis | 26 December 2020, 13:04
Boxing Day Saat Pandemi Covid-19, Begini Analisis Kerugian Finansialnya

Libero.id - Boxing Day di Liga Premier 2020/2021 akan menampilkan sejumlah pertandingan keras seperti Leicester City kontra Manchester United atau Arsenal kontra Chelsea. Pertandingan pada 1 hari setelah Natal itu selalu dinanti suporter.

Di sepakbola Inggris segala kasta, Boxing Day sudah menjadi tradisi turun temurun yang abadi. Ada banyak teori yang bersaing untuk asal-usul dan istilah Boxing Day. Tradisi Eropa dalam memberikan uang dan hadiah lain kepada mereka yang membutuhkan, atau dalam posisi pelayanan, telah ada sejak abad pertengahan.

Namun, asal tepatnya tidak diketahui. Kadang-kadang diyakini mengacu pada kotak amal yang ditempatkan di gereja-gereja untuk mengumpulkan uang yang akan disumbangan kepada orang miskin.

Tradisi tersebut bisa saja berasal dari sebuah kebiasaan di akhir era Romawi dan Kristen awal. Saat itu, kotak sedekah yang ditempatkan di gereja-gereja digunakan untuk mengumpulkan persembahan khusus yang terkait dengan perayaan Santo Stefanus. Di Gereja Kristen Barat perayaan itu jatuh pada hari yang sama dengan Boxing Day, yaitu hari kedua Natal.

Versi lain terdapat dalam kamus Bahasa Inggris Oxford pada 1830-an. Mereka mendefinisikannya Boxing Day sebagai "hari kerja pertama setelah Natal, yang diperingati sebagai hari libur para tukang pos, pesuruh, dan pelayan dari berbagai jenis pekerjaan yang mengharapkan menerima kotak kado Natal".

Istilah "kotak kado Natal" berasal dari abad 17. Artinya, hadiah atau gratifikasi yang diberikan pada saat Natal. Di Britania Raya, biasanya terbatas pada gratifikasi yang diberikan kepada bos dan pekerjanya. Isi kotak kado Natal itu biasanya uang atau barang.

Ada juga versi lain yang menyatakan berasal dari kebiasaan para pelayan yang diizinkan libur pada satu hari setelah Natal. Pasalnya, tepat di hari Natal, para pelayan tersebut bertugas melayani para majikan, yang kebanyakan bangsawan atau orang-orang kaya di Britania Raya. Majikan akan memberi setiap pelayan sebuah kotak untuk dibawa pulang yang berisi hadiah, bonus, atau makanan.

Dalam situasi libur, para pekerja biasanya berkumpul dengan keluarga untuk mengunjungi tempat-tempat wisata. Salah satu yang dijadikan tujuan mereka adalah stadion-stadion olahraga. Di Britania Raya, pertandingan olahraga pada 26 Desember sudah menjadi tradisi untuk semua liga sepakbola papan atas di Inggris, Skotlandia, Wales, Irlandia Utara, hingga Republik Irlandia.

Awalnya, pertandingan di Boxing Day dimainkan melawan rival lokal untuk menghindari tim dan penggemar mereka harus melakukan perjalanan jauh ke kandang lawan pada hari setelah Natal. Tapi, seiring waktu, pertandingan melibatkan lawan-lawan dari lokasi yang jauh dan berat.

Dalam situasi normal, stadion-stadion saat Boxing Day terisi penuh. Tapi, dalam kondisi pandemi Covid-19, bisa dipastikan klub akan kehilangan pemasukan yang signifikan. Apalagi, Boxid Day sempat dicontoh Serie A 2018/2019 dan 2019/2020. Eksperimen itu berhasil dengan rata-rata 69% kapasitas stadion di Italia penuh. Itu lebih banyak dari hari pertandingan lainnya pada Desember 2018 dan 2019.

Seperti dilaporkan BBC Sport, seorang pakar keuangan yang meneliti bisnis di Liga Premier, Kieran Maguire, mengungkapkan sejumlah fakta tentang Boxing Day 2020/2021 yang digelar tanpa penonton. Berikut ini analisisnya:


1. Siapa yang mendapatkan hasil maksimal pada Boxing Day?

Klub "Enam Besar" (Arsenal, Chelsea, Liverpool, Manchester City, Manchester United, dan Tottenham Hotspur) memiliki pendapatan di hari pertandingan sebesar 495 juta pounds pada 2018/2019. Itu mewakili 73% dari total yang dibuat semua klub Liga Premier .

MU dengan Old Trafford yang memiliki kapasitas tertinggi dan kehadiran rata-rata yang besar di Liga Premier, menghasilkan lebih dari 4 juta pounds per pertandingan pada 2018/2019. Ada delapan tim yang menghasilkan lebih dari 1 juta pounds per pertandingan kandang selama semusim.


2. Seberapa penting pendapatan pada Boxing Day?

Pada musim pertama Liga Premier, yaitu 1992/1993, pendapatan Boxing Day hanya 89 juta pounds (43%) dari total 205 juta pounds sepanjang musim. Saat ini, jumlahnya meningkat menjadi 677 juta pounds.

Namun, dalam jumlah tersebut, berbeda setiap klub. Ini karena kombinasi perbedaan kapasitas stadion, partisipasi dalam kompetisi piala domestik dan Eropa, Serta beberapa klub memiliki manajemen perusahaan yang lebih menguntungkan.


3. Pendapatan dan upah pada Boxing Day

Penggemar sering mengklaim bahwa mereka membayar gaji pemain. Meski benar, hal itu bukan absolut. Ketika mempertimbangkan kesepakatan penyiaran global yang dibayar oleh pemirsa televisi berbayar, pendapatan Boxing Day mewakili 22% dari total tagihan gaji.

Tapi, tetap saja ada variasi yang luas dalam hal kontribusi yang dibuat oleh penggemar klub. Fans Arsenal dan Tottenham, yang memiliki stadion dengan kapasitas 60.000, memiliki pendapatan Boxing Day sangat signifikan, berkontribusi lebih dari 40% dari gaji pemain.

Total tagihan gaji Liga Premier untuk 2018/2019 hanya lebih dari 3 miliar pounds dan gaji telah meningkat 2.811% sejak 1992/1993, dibandingkan dengan kenaikan inflasi umum selama periode yang sama sebesar 108%.

Jika pertandingan tanpa penonton dilanjutkan terus selama satu musim penuh, tagihan gaji klub akan turun karena ada lebih sedikit staf yang diperlukan di berbagai bidang seperti katering, keamanan, dan kepengurusan. Tapi, biaya-biaya ini merupakan elemen yang relatif rendah dari keseluruhan biaya upah.

MU misalnya, mempekerjakan 3.340 staf pada hari pertandingan di Old Trafford. Dengan asumsi mereka memiliki upah hidup nasional dan bekerja shift 6 jam, hasilnya kurang dari 5 juta pounds selama setahun. Padahal, total tagihan gaji MU pada 2018/2019 adalah 332 juta pounds.


4. Untung dan rugi

Klub Liga Premier membuat kerugian kolektif sebesar 384 juta pounds pada 2018/2019. Ini ditanggung oleh kombinasi penjualan pemain dan handout pemilik. Dengan pasar transfer yang diperkirakan akan runtuh akibat Covid-19 dan banyak pemilik yang menghadapi penurunan kekayaan yang signifikan, maka beberapa klub dapat menghadapi masa-masa sulit di masa depan.

Jika Liga Premier tidak dapat mengganti pendapatan hari pertandingan 677 juta pounds (Rp 12,77 triliun) selama lockdown 1 musim penuh, maka kemungkinan akan ada lebih banyak klub yang perlu menegosiasikan pengurangan gaji dengan pemain atau menghadapi kemungkinan bangkrut.

Baca Berita yang lain di Google News




  • 0%Suka
  • 0%Lucu
  • 0%Sedih
  • 0%Kaget

Opini

(500 Karakter Tersisa)

Artikel Pilihan


Daun Media Network