Kisah Davide Ancelotti, Asisten Pelatih Termuda di Liga Premier

"Dulunya Davide tumbuh bersama AC Milan junior. Lantas dia pensiun muda usia 22 tahun untuk menjadi pelatih."

Biografi | 05 January 2021, 08:27
Kisah Davide Ancelotti, Asisten Pelatih Termuda di Liga Premier

Libero.id - Buah jatuh tak jauh dari pohonnya. Pepatah tersebut sangat pantas menggambar kiprah Carlo Ancelotti dan putranya, Davide Ancelotti. Mengikuti jejak sang ayah, Davide juga memilih karier sebagai pelatih.

Lahir di Parma, 22 Juli 1989, Davide adalah putra Ancelotti dari pernikahannya yang pertama bersama Luisa Gibellini. David punya kakak perempuan bernama Katia. Pada 2008, Ancelotti dan Luisa memutuskan bercerai setelah 25 tahun menikah. Lalu, pada 2014, Ancelotti menikah lagi dengan wanita pengusaha asal Kanada, Mariann Barrena McClay.

Meski keluarganya berantakan, bukan berarti Ancelotti tidak peduli pada anak-anaknya. Contohnya kepada Davide. Ketika karier sepakbola bersama AC Milan Junior dan klub Serie D, Borgomanero, tidak berkembang, Ancelotti meminta Davide pensiun dini. Dia menyarankan sang putra mengikuti kursus kepelatihan.

Setelah lulus, Ancelotti langsung mengajak Davide menjadi asistennya. Di usia 22 tahun, dia membantu Ancelotti melatih Paris Saint-Germain (PSG). Davide bekerja di tim junior Les Parisiens. Saat Ancelotti pindah ke Real Madrid, Davide ikut. Lalu, berlanjut ke Bayern Muenchen, Napoli, dan sekarang di Everton.

"Kami menjalani banyak emosi yang baik dan pekerjaannya memberi banyak kebahagiaan bagi keluarga. Saya ingin melakukan ini sejak saya masih kecil. Setiap orang yang memiliki hasrat ingin menjadi pesepakbola. Tapi, saya tidak memiliki banyak bakat," ujar Davide, dilansir Daily Mail.

Pada usia 30 tahun (musim lalu), Davide adalah asisten pelatih termuda di Liga Premier. Dia berbagi peran dengan Duncan Ferguson dan berperan penting dalam menjalankan sesi latihan para pemain The Toffees setiap hari.

Beberapa orang sempat mempertanyakan kapasitas Davide. Mereka melihat perekrutan Davide sebagai hal yang mudah ketika orang tua mencoba membantu anaknya. "Itu (tuduhan nepotisme) adalah masalah pertama saya! Saya dibesarkan di ruang ganti, di lingkungan ini. Jadi, saya memutuskan untuk belajar. Saya ingin menjadi pelatih kepala," tambah Davide.

Meski dicibir, fakta berkata lain. CV Davide sebagai asisten pelatih layak diberikan acungan dua jempol. Sejak usia muda, dia memperoleh pengalaman kerja yang tidak dapat dibeli dengan uang dan membuat banyak pelatih muda iri.

"Saya belajar ilmu olahraga. Saya lulus (pendidikan) di Italia ketika saya berusia 22 tahun. Lalu, saya menjalani 1 tahun di Akademi PSG sebagai pelatih kebugaran. Kami punya 2 tahun di Madrid. Saya kembali ke Italia untuk mendapatkan lisensi pertama saya sebelum bergabung dengan Bayern," ungkap Davide.

"Tapi, sebagai seorang anak, saya sangat beruntung. Saya memiliki kesempatan untuk tinggal di sekitar idola saya. Saya pemalu dan tidak ingin mengganggu mereka. Saya bukanlah anak yang akan berlari ke lapangan untuk bermain dengan mereka. Awalnya, saya akan bersembunyi! Tapi, saya memiliki kesempatan untuk melihat dari dekat banyak pemain yang sangat besar," lanjut Davide.

Sebagai anak mantan pemain top dan kini menjadi pelatih hebat, Davide selalu mengikuti Ancelotti pergi melatih ke manapun. Di Parma, dia bergaul dengan Fabio Cannavaro, Lilian Thuram, Hernan Crespo, Enrico Chiesa, hingga Dino Baggio. Saat di Juventus ada Zinedine Zidane, Alessandro del Piero, hingga Filippo Inzaghi. Begitu pula di Milan.

"Pengalaman terbesar ketika saya berusia 12 hingga 18 tahun. Saya tumbuh bersama pemain-pemain hebat Milan. Begitu banyak yang hebat. (Paolo) Maldini, kapten yang hebat. Tahun terakhir Maldini bermain untuk Milan (2009) adalah tahun terakhir ayah saya melatih Milan. Dia berusia 40, segera menjadi 41 tahun," kata Davide.

"Dia akan berlatih 2 hari seminggu karena lutut yang dia miliki. Anda tidak bisa bermain dengan lutut itu. Tidak mungkin! Tapi, dia bisa mengatur dirinya sendiri dan dia adalah pemain terbaik di tim. Dia benar-benar luar biasa. Seperti Cristiano (Ronaldo), dia adalah mesin yang sempurna," tambah Davide.

Pekerjaan hebat Ancelotti di klub-klub sebelumnya membuka pintu Everton lebar-lebar. Musim lalu, Davide membantu sang ayah membawa The Toffees menempati posisi 12 klasemen sementara. Saat itu, Ancelotti baru datang ke Goodison Park pada 21 Desember 2019.

Untuk musim ini, Everton menjadi tim papan atas di klasemen sementara. Hingga pekan 16, mereka sudah mengumpulkan 29 poin dan ada di baris 6. Jumlah itu sama dengan Tottenham Hotspur dan Manchester City yang menempati posisi 4 dan 5.

"Apa yang telah dilakukan Everton sejauh ini adalah sesuatu yang sangat istimewa. Kami (tim pelatih) mengadakan diskusi setiap hari. Saat Anda berbagi pengalaman dengan orang lain, itulah saat anda belajar. Saya memiliki banyak pengalaman dan saya dapat membantu. Tapi, saya tahu saya dapat meningkat setiap hari," beber Davide.

Di luar sepakbola, Davide memiliki seorang kekasih yang tinggal di Spanyol, Ana. Pasangan itu telah dikaruniai putra kembar yang hampir berusia 2 tahun, yaitu Lucas dan Leonardo. Mereka tetap di Negeri Matador karena masalah pembatasan perjalanan terkait pandemi Covid-19.

"Biarkan situasinya normal dulu sebelum kami berkumpul kembali. Lagipula saya jarang di rumah karena kami (Everton) harus bertanding ke luar kota setiap beberapa hari sekali," pungkas Davide.

Baca Berita yang lain di Google News




  • 0%Suka
  • 0%Lucu
  • 0%Sedih
  • 0%Kaget

Opini

(500 Karakter Tersisa)

Artikel Pilihan


Daun Media Network