Kisah Christophe Dugarry, Sahabat Zidane yang Kini Jadi Komentator Sinis

"“Sudah saya katakan berkali-kali bahwa Griezmann punya masalah dengan Messi. Dia harus memukul mukanya," ujar Dugarry musim lalu."

Biografi | 21 January 2021, 09:30
Kisah Christophe Dugarry, Sahabat Zidane yang Kini Jadi Komentator Sinis

Libero.id - Ketika muncul ke level atas sepakbola di Prancis, Zinedine Zidane tidak sendiri. Berseragam Bordeaux, Zizou mencuri perhatian ketika menjadi pemasok bola untuk Christophe Dugarry. Beda dengan Zidane yang jadi pelatih, Dugarry memilih profesi komentator. Yang sama hanyalah tipisnya rambut mereka.

Pada masanya, pemain seperti Dugarry, Gabriel Batistuta, Hernan Crespo, atau Juan Pablo Sorin menjadi role model anak muda dalam penampilan rambut. Memelihara rambut sebahu, mereka akan mengenakan bando atau karet yang diletakkan ke jidat.

Dugarry menjadi pemain yang spesial saat itu karena berkembang bersama Zidane dan Bixente Lizarazu. Dia menghabiskan delapan tahun di Bordeaux, mencetak 34 gol dalam 187 penampilan. Penampilan terbaik mereka ada di Piala UEFA 1995/1996 saat menembus final. Sayang, Bordeaux harus dikalahkan Bayern Muenchen.

Performa yang bagus membuat Dugarry, Zidane, dan Lizarazu menjadi buruan banyak klub papan atas Eropa. Dugarry pergi ke AC Milan, Zidane membela Juventus, dan Lizarazu dikontrak Bayern setelah sempat bermain untuk Athletic Bilbao.

Sayangnya performa Dugarry di Italia mengecewakan. Dia hanya mencetak 5 gol dalam 27 penampilan untuk Milan, sebelum bergabung dengan Barcelona pada musim berikutnya. Di Camp Nou, Dugarry tidak mampu menunjukkan naluri mencetak golnya.

Setelah hanya mencatatkan 7 penampilan dalam satu musim di La Liga, Dugarry kembali ke Prancis untuk membela Marseille. Tapi, itu hanya sebentar karena Dugarry memilih kembali ke Bordeaux. Pada periode kedua di Bordeaux, dia memainkan 65 pertandingan dan mencetak 9 gol.

Kemudian, karier Dugarry berlanjut ke Inggris setelah bergabung dengan Birmingham City pada 2003 dengan status pinjaman. Dia menjadi pemenang Piala Dunia kedua yang bergabung dengan The Blues setelah Alberto Tarantini dari Argentina pada 1978.

Keunggulan yang dimiliki membuat Dugarry mendapat perlakuan kasar dari para pemain belakang lawan. Setelah menjalankan 5 gol dan memindahkan Birmingham dari zona degradasi ke posisi 13, Dugarry mendapat kontrak permanen 2 tahun pada Mei 2003.

Sayang, sebagai pemain tetap, performa Dugarry mengecewakan. Dia hanya mencetak 1 gol dalam 15 penampilan sebelum meninggalkan klub dengan persetujuan bersama, dengan alasan keluarga. Dia kemudian menandatangani kontrak 1 tahun dengan Qatar SC sebelum pensiun dari sepakbola pada 2005.

Lalu, apa aktivitas Dugarry kini? Dengan penampilan yang sama sekali beda dengan periode ketika menjadi pemain sepakbola, Dugarry sekarang menjadi komentator di salah satu stasiun televisi Prancis. Dia tidak berambut panjang lagi, melainkan botak.

Dugarry bekerja sebagai "konsultan" untuk RMC Radio dan RMC Sport. Konsultan adalah istilah yang dipilih Dugarry untuk menggambarkan tugasnya sebagai komentator sekaligus sindiran untuk istilah "pundit" di Inggris. Selain Ligue 1, Dugarry memiliki spesialisasi di Liga Champions dan terkadang La Liga, Serie A, hingga Liga Premier.

Jika di televisi Inggris ada Roy Keane yang sinis, maka di Prancis Dugarry orangnya. Salah satunya ketika mengomentari persaingan Antoine Griezmann dan Lionel Messi di Barcelona. Dengan tanpa berpikir panjang Dugarry sempat mengaitkannya dengan penderita autis.

"Apa yang ditakutkan  Griezman? Seorang bocah berpostur 1,5 meter yang setengh autis? Yang perlu dilakukannya adalah bersikap berani. Sudah saya katakan berkali-kali bahwa dia punya masalah dengan Messi. Dia harus memukul mukanya," ujar Dugarry musim lalu.

"Benar bahwa Messi seharusnya lebih sering memberinya umpan. Tapi, jujur saya tidak terkejut. Itu karena Griezmann memang kehilangan keberanian dan tidak bermain dengan percaya diri. Griezmann harus berbicara langsung dengan Messi untuk mengatasi masalah ini," tambah Dugarry.

Hidup di peradaban Eropa, pilihan kata Dugarry ketika berkomentar tentu saja memunculkan kecaman. Menjadikan anak autis sebagai bahan candaan tidak pernah bisa dibenarkan oleh kultur Benua Biru. Akibatnya, tidak butuh waktu lama bagi Dugarry untuk mendapatkan kecaman dari banyak orang.

"Saya meminta maaf atas buruknya komentar saya tentang Messi. Saya tidak bermaksud menghina orang-orang dengan gangguan autisme. Itu bukan maksud saya. Saya minta maaf kepada semua orang yang tersinggung. Saya ingin meminta maaf sekali lagi di televisi malam ini," kata Dugarry setelah dihujat publik Prancis.

Komentar sinis lain pernah dilontarkan Dugarry terhadap Real Madrid. Dia tidak peduli, meski Los Blancos dilatih kawan lamanya. "Kita semua telah melihat bahwa lini tengah mereka sangat tua. Itu adalah lini tengah yang berjuang untuk membongkar garis pertahanan dan melepaskan crossing buruk," Dugarry tentang Madrid era Zidane.

"Paul Pogba tahu bagaimana melakukan itu. Buat saya, dia adalah ideal untuk Zizou. Timnya (MU) tidak bekerja dengan baik. Tapi, setiap kali bermain, dia mencapai levelnya. Mengetahui Zizou, jika dia suka Pogba, tidak ada alasan untuk menunggu 1 tahun lagi," ungkap Dugarry saat itu.

Beda dengan kasus Griezmann dan Messi, Zidane tidak peduli dengan komentar Dugarry yang meragukan lini tengah Madrid. Sebab, dia sangat mengenal karakter Dugarry sejak sama-sama bermain di Bordeaux.

Baca Berita yang lain di Google News




  • 0%Suka
  • 0%Lucu
  • 0%Sedih
  • 0%Kaget

Opini

(500 Karakter Tersisa)

Artikel Pilihan


Daun Media Network