Kisah Cristiano Lucarelli, "Orang Kiri" di Sepakbola Italia

"Cristiano Lucarelli saat ini telah beralih profesi menjadi pelatih. "Livorno tidak pernah diuntungkan wasit karena kami komunis," kata Lucarelli."

Biografi | 23 January 2021, 13:30
Kisah Cristiano Lucarelli, "Orang Kiri" di Sepakbola Italia

Libero.id - Cristiano Lucarelli saat ini telah beralih profesi menjadi pelatih. Dia menukangi Ternana setelah sempat membesut Perugia, Viareggio, Pistoiese, Tuttocuoio, Messina, Catania, hingga Livorno. Tapi, beda saat menjadi pemain, tidak ada hal bisa dibahas ketika Lucarelli melatih.

Lahir di Livorno, 4 Oktober 1975, Lucarelli justru memulai karier dari Cuoiopelli pada 1992. Setelah itu, pindah ke Perugia, Cosenza, Padova, Atalanta Bergamo, Valencia, Lecce, dan Torino. Lalu, membela Shakhtar Donetsk dan Parma, serta sempat dipinjamkan kembali ke Livorno dan Napoli.

Meski banyak klub yang dibela, Lucarelli sempat identik dengan Livorno. Meski baru diperkuat pada 2003 saat bermain di Serie B, ikatan emosional antara Lucarelli dengan klub dan suporternya sangat baik.

Selain kelahiran Livorno, faktor lain yang membuat Lucarelli menjadi ikon klub adalah pandangan politik. Di Italia, klub berseragam merah darah tersebut dikenal sebagai kepanjangan tangan Partai Komunis Italia. Itu berbeda dengan Lazio, yang di masa lalu merupakan klub pendukung Benito Mussolini.

Kedekatan Lucarelli dengan kelompok kiri dan suporter Livorno ditunjukkan di lapangan setiap pekannya. Dia sengaja mengenakan nomor punggung 99. Itu mengacu pada kelompok ultras sayap kiri Livorno, Brigate Autonome Livornesi, yang berdiri pada 1999.

Ketika berhasil menciptakan gol, salam ala kelompok kiri, yaitu dengan mengepalkan tangan kiri ke udara menjadi ciri khas Lucarelli. Handphone miliknya juga memiliki ringtones mars Partai Komunis Italia, Bandiera Rossa. "Livorno tidak pernah diuntungkan wasit karena kami komunis," kata Lucarelli dalam sebuah kesempatan, dikutip Mirror.

Sebagai komunis, Lucarelli memuja banyak tokoh kiri, meski tidak terlalu menyukai orang-orang Rusia seperti Lenin atau Stalin. Justru, Lucarelli tergila-gila pada tokoh revolusi kuba, Che Guevara. Gambar-gambar dokter asal Argentina yang membantu Fidel Castro itu sangat banyak terpampang di banner suporter Livorno.

Lucarelli juga tidak sungkan memakai kaus dalam bergambar Che dan membukanya saat selebrasi. Aksi itu pertama kali muncul pada 1997 setelah mencetak gol untuk tim Italia U-21. Dia merayakannya dengan menarik jersey di atas wajahnya untuk memperlihatkan kaus yang bergambar Che.

Meski bersikeras bahwa itu bukan isyarat politik, Lucarelli sempat diboikot Asosiasi Sepakbola Italia (FIGC). Dia tidak diizinkan membela Gli Azzurri sampai Marcello Lippi memanggil Lucarelli dalam sebuah pertandingan persahabatan pada 2005 jelang Piala Dunia 2006.

Lucarelli juga pernah bertemu putri Che, Aleida Guevara, setelah Serie A 2004/2005 berakhir. Saat itu mereka berdiskusi tentang kemungkinan Livorno menggelar laga amal di Havana. Sayang, hingga Lucarelli pensiun, rencana tersebut tidak pernah terwujud.

Pada musim itu juga, Lucarelli mencatatkan prestasi individual terbaik sepanjang kariernya. Dia menjadi pencetak gol terbanyak Serie A dengan 24 gol. Lucarelli mengalahkan  Alberto Gilardino (23 gol), Vincenzo Montella (21 gol), hingga Mirko Vucinic (20 gol).

"Pindah dari Livorno akan menjadi trauma. Itu seperti menceraikan istri. Saya hanya akan pergi jika klub menginginkan saya  pergi atau kepergian saya akan menolong tim ini," ujar Lucarelli.

Namun, pada 13 Juli 2007, Setelah bermain di Livorno sejak 2003, Lucarelli setuju bergabung dengan Shakhtar Donetsk seharga 6 juta pounds. Dia menandatangani kontrak 3 tahun senilai 2,8 juta pounds per musim. Lucarelli menjadi orang Italia pertama yang bermain di Ukraina.

Keputusan tersebut ternyata direspons negatif pendukung Livorno. Orang-orang menyalahkan dia. Mereka menganggapnya sebagai komunis palsu. Ada pula yang menyebut Lucarelli pembohong. Yang paling ekstrim menuduh dia mata duitan dengan menjual keyakinan demi mobil sport mewah Ferrari.

Menjawab tudingan-tudingan itu, Lucarelli sangat tenang menghadapinya. Dia menjawab dengan bijaksana. "Saya akan pergi. Tapi, saya tidak menodongkan pistol ke kepala siapa pun. Shakhtar membeli saya untuk sebuah angka yang berada di bawah klausul pembelian di kontrak saya (dengan Livorno)," ungkap Lucarelli.

"Itu berarti klub membuat pertimbangan dan berpikir bahwa harga saya (6 juta pounds) baik untuk pemain yang berusia 32 tahun dan klub asal (Livorno). Mereka (klub) yang menjual saya. Bukan saya yang menginginkan pergi," tambah pemilik 6 caps dan 3 gol untuk Italia tersebut.

Kurang berhasil dengan Shakhtar, Lucarelli kembali ke Italia. Dia pindah ke Parma sebelum kembali ke Livorno. Lalu, Lucarelli bergabung dengan Napoli pada 2010 dan pensiun 2 tahun kemudian setelah hanya bermain 12 kali dan mengemas 1 gol di Serie A.

Setelah pensiun, Lucarelli beralih profesi menjadi pelatih. Salah satu klub yang ditangani adalah Livorno. Sayang, setelah start buruk di Serie B 2018/2019, Lucarelli dipecat pada 6 November 2018 untuk digantikan Roberto Breda. Sempat melatih Catania sebentar, Lucarelli musim ini menukangi Ternana di Serie C.

Baca Berita yang lain di Google News




  • 0%Suka
  • 0%Lucu
  • 0%Sedih
  • 0%Kaget

Opini

(500 Karakter Tersisa)

Artikel Pilihan


Daun Media Network