6 Kecelakaan Pesawat di Sepakbola Amerika Selatan Selain Rombongan Palmas

"Sepakbola Brasil dan Amerika Selatan kembali berduka. Pilot, empat pemain, dan presiden klub Brasil meninggal dunia."

Feature | 26 January 2021, 02:06
6 Kecelakaan Pesawat di Sepakbola Amerika Selatan Selain Rombongan Palmas

Libero.id - Sepakbola Brasil dan Amerika Selatan kembali berduka. Pilot, empat pemain, dan presiden klub Brasil, Palmas Futebol e Regatas, meninggal dalam kecelakaan pesawat pribadi di Porto Nacional, Tocantins, Brasil, 24 Januari 2021.

Palmas adalah klub yang berasal dari negara bagian Tocantins, yang berkompetisi di Campeonato Brasileiro Serie D serta Campeonato Tocantinense. Mereka dijadwalkan bertanding menghadapi Vila Nova di Goiania pada babak 16 besar Copa Verde, 25 Januari 2021 waktu setempat.

Rombongan utama telah berangkat menggunakan pesawat komersial. Sementara empat pemain, Lucas Praxedes, Guilherme Noe, Ranule, dan Marcus Molinari,  yang ditemani sang presiden klub, Lucas Meira, menyusul kemudian menggunakan pesawat carteran. Itu ditempuh karena mereka dinyatakan positif Covid-19 sehingga harus dikarantina.

Namun, pesawat yang mereka tumpangi jatuh tidak lama setelah take-off dari Brigadeiro Lysias Rodrigues Airport. Pesawat itu jatuh di sebuah tempat yang tidak jauh dari bandara, tepatnya di distrik Luzimangues di kota tetangga, Porto Nacional. Kecelakaan terjadi sekitar pukul 08.15 Minggu pagi waktu setempat.

"Dengan menyesal kami memberitahukan bahwa tak ada yang selamat dari kecelakaan tersebut," bunyi pernyataan resmi Palmas di situsnya. Asosiasi Sepakbola Brasil (CBF) juga langsung menunda pertandingan melawan Vila Nova untuk memberi kesempatan Palma menjalani hari berkabung.

Kecelakaan pesawat yang menewaskan para pemain sepakbola bukan pertama kali ini terjadi di Amerika Selatan. Setidaknya ada 6 kejadian nahas yang membuat lapangan hijau berduka. Berikut ini daftarnya:


1. Tragedi Green Cross (Chile)

Ini adalah kecelakaan pesawat dari maskapai LAN Chile, Penerbangan 621, yang jatuh di Pegunungan Andes pada 3 April 1961. Semua (24 orang) penumpang tewas, termasuk 8 pesepakbola profesional dan 2 anggota staf pelatih dari Club Deportivo Green Cross. Itu adalah bencana penerbangan terburuk di Chile pada saat itu.

Pesawat Douglas DC-3 digunakan untuk mengangkut para pemain Green Cross pulang setelah pertandingan tandang. Saat itu mereka menggunakan 2 pesawat karena kapasitas yang tidak mencukupi. Tapi, pesawat yang lain selamat pada penerbangan domestik dari Castro ke Santiago itu.

Ekor pesawat dan beberapa sisa-sisa manusia ditemukan pada 10 April 1961. Beberapa laporan resmi menunjukkan bahwa puing-puing itu terletak di Bukit La Gotera di Pegunungan Lastima-Pejerreymin. Semua penumpang tewas. Catatan lainnya mengidentifikasi lokasi kecelakaan sebagai Cerro Lastimas.


2. Tragedi Antonio Varas (Chile)

Pada 6 Februari 1965 LAN Chile Penerbangan 107 menjalani rute internasional regulernya dari Santiago ke Buenos Aires menggunakan Douglas DC-6B-404. Pesawat berangkat dari Santiago-Los Cerrillos Airport pada pagi hari dengan 80 penumpang dan 7 anggota awak menuju Ministro Pistarini Airport Ezeiza, Buenos Aires.

Ketika pesawat berada pada level penerbangan 120, di daerah Las Melosas di Andes, pesawat itu jatuh ke sisi Gunung La Corona, sekitar 1.200 kaki di bawah puncaknya. Tidak ada yang selamat, termasuk 22 pemain dan staf tim sepak bola Antonio Varas Santiago, yang sedang dalam perjalanan ke Uruguay untuk bertanding melawan Camadeo di Montevideo.


3. Tragedi Viloco (Bolivia) 

Pada 24 September 1969 adalah hari libur untuk The Strongest. Tim diundang untuk berpartisipasi dalam pertandingan eksibisi di Santa Cruz. Mereka telah memainkan pertandingan resmi terakhir pada 14 September 1969 sehingga bersedia memainkan pertandingan persahabatan itu sebagai bagian dari jeda kompetisi lokal.

Setelah pertandingan, 26 September 1969, mereka akan kembali ke La Paz menggunakan pesawat Lloyd Aéreo Boliviano Douglas DC-6. Tak lama setelah mengudara, pesawat yang membawa 74 penumpang dengan 20 diantaranya anggota The Strongest dinyatakan hilang kontak. Sehari kemudian, pesawat ditemukan di sebuah daerah bernama Viloco. Semuanya meninggal.

Anggota tim yang tewas dalam kecelakaan itu adalah Armando Angelacio, Orlando Caceres, Hernán Andretta, Héctor Marchetti, Eduardo Arrigó, Raúl Oscar Farfán, Julio Alberto Díaz, Oswaldo Franco, Ernesto Villegas, Jorge Durán, Angel Porta, Juan Iriondo, Oscar Guzmán, Jorge Tapia, Germán Alcázar, Oscar Flores, dan Diógenes Torrico. Lalu, Eustaquio Ortuño (pelatih), José Ayllón Guerra (manajer), serta Felipe Aguilar (staf).


4. Tragedi Alianza Lima 1987 (Peru)

Musibah ini terjadi pada 8 Desember 1987. Ketika itu, sebuah Fokker F27-400M milik Angkatan Laut Peru yang disewa klub elite Peru, Alianza Lima, jatuh ke Samudera Pasifik, 7 mil dari Bandara Internasional Jorge Chavez dekat kota Callao. Dari 44 orang di dalamnya, hanya pilot yang selamat.

Ketika itu, Alianza dijadwalkan untuk memainkan pertandingan melawan Deportivo Pucallpa dan telah mengatur pesawat carter, yang disediakan oleh cabang Air Services dari Angkatan Laut Peru untuk perjalanan pulang-pergi ke Pucallpa.

Setelah pertandingan, pesawat meninggalkan Pucallpa pada pukul 18:30 dengan Letnan Angkatan Laut Peru, Edilberto Villar, sebagai pilotnya, César Morales (copilot), 4 awak kabin, dan 38 pemain serta staf tim. Penerbangan itu berlangsung lancar sampai kru mulai turun ke Lima.

Saat roda pendaratan diturunkan, roda gigi utama kiri dan kanan menampilkan lampu hijau, menandakan turun dan terkunci. Tapi, roda gigi depan tidak. Villar meminta agar Morales berkonsultasi dengan manual penerbangan untuk prosedur yang tepat untuk diikuti.

Manualnya ditulis dalam bahasa Inggris dan karena kemampuan bahasa asing Morales yang buruk, dia membaca prosedur yang salah. Para kru meminta menara pengawas terbang lewat sehingga pengamat dapat memastikan bahwa roda gigi hidung telah turun. Dengan menggunakan teropong, pengamat memastikan bahwa pesawat telah dikonfigurasi untuk pendaratan dan kru membawa pesawat untuk mencoba pendaratan lagi.

Saat di atas air, pesawat terbang terlalu rendah dan sayap kanan menghantam permukaan laut. Pesawat tersebut pecah karena benturan dan badan pesawat bagian depan tenggelam.


5. Tragedi Colourful 11 (Suriname)

Suriname bukan anggota Konfederasi Sepakbola Amerika Selatan (CONMEBOL). Tapi, letaknya di Amerika Selatan membuat musibah yang dikenal sebagai Colourful 11 itu masuk daftar ini. Musibah itu terjadi di Paramaribo pada 7 Juni 1989 saat pesawat dari maskapai Surinam Airways, Douglas DC-8, yang terbang dari Amsterdam akan mendarat.

Pesawat itu mengangkut 176 orang, dengan 18 pemain sepakbola keturunan Suriname yang bermain di Belanda. Mereka sengaja pulang kampung untuk laga persahabatan. Total, 15 pemain dinyatakan meninggal dan 3 selamat dengan cacat seumur hidup yang membuat mereka pensiun dini.


6. Tragedi Chapecoense (Brasil)

Pada 28 November 2016, manajemen Chapecoense menyewa pesawat Avro RJ85 yang dioperasikan LaMia. Dikenal sebagai Flight 2933, LaMia menerbangkan 77 pemain, pengurus, staf, dan sejumlah jurnalis ke Medellin, Kolombia. Rencananya, Chapecoense menjalani pertandingan final Copa Sudamericana 2016 melawan Atletico Nacional.

Pesawat yang membawa 73 penumpang dan 4 awak dalam penerbangan dari Bandara Internasional Viru Viru di Santa Cruz de la Sierra, Bolivia, ke Bandara Internasional José María Córdova, Medellín, di Kolombia. Tapi, saat hendak mencapai bandara, pesawat jatuh menghujam bumi menewaskan 71 orang.

Laporan resmi dari badan penerbangan sipil Kolombia, Aero Civil, menemukan penyebab kecelakaan itu adalah kehabisan bahan bakar karena rencana penerbangan yang tidak tepat oleh maskapai dan kesalahan pilot mengenai pengambilan keputusan yang buruk karena situasinya memburuk, termasuk kegagalan untuk mengumumkan keadaan darurat.

Ada tiga pemain yang masih hidup musibah itu. Mereka adalah Alan Ruschel, Jakson Follmann, dan Hélio Hermito Zampier Neto. Korban selamat lainnya adalah seorang pramugari dan dua penumpang, salah satunya seorang karyawan perusahaan Bolivia yang dikontrak oleh LaMia sebagai teknisi. Dia mengatakan tidak ada pengumuman dari pilot bahwa ada keadaan darurat.

Penjaga gawang Chapecoense, Danilo, pada awalnya dilaporkan selamat dari kecelakaan itu dan harus dibawa ke rumah sakit. Kemudian, dia meninggal di sana karena luka-lukanya. Tapi, Rumah Sakit San Vicente Fundación di Medellín mengklarifikasi bahwa Danilo meninggal dalam kecelakaan itu. Ada lagi jurnalis radio Brasil, Rafael Henzel, yang merupakan penumpang selamat lain meninggal pada 26 Maret 2019 setelah serangan jantung.

Baca Berita yang lain di Google News




  • 0%Suka
  • 0%Lucu
  • 0%Sedih
  • 0%Kaget

Opini

(500 Karakter Tersisa)

Artikel Pilihan


Daun Media Network