Kisah Manolo el del Bombo, Superfan Spanyol Tak Pernah Absen di Stadion Sejak 1982

"Dia dikenal sebagai suporter legendaris dan paling setia membela tim nasional Spanyol. Dikenali dari drum (el bombo)."

Biografi | 01 February 2021, 02:00
Kisah Manolo el del Bombo, Superfan Spanyol Tak Pernah Absen di Stadion Sejak 1982

Libero.id - Ada yang hilang dari pertandingan-pertandingan sepakbola dalam beberapa bulan terakhir. Itu adalah suporter yang memadati stadion, termasuk para superfan yang sudah mendukung sebuah tim bertahun-tahun. Contohnya, Manolo el del bombo.

Lahir di Ciudad Real, 15 Januari 1949, tumbuh di Huesca, dan menetap di Valencia, Manolo memiliki nama asli Manuel Cáceres Artesero. Dia dikenal sebagai suporter legendaris dan paling setia membela tim nasional Spanyol. Dikenali dari drum (el bombo), Manolo sudah pergi ke stadion tandang sejak 1979 dan tidak pernah absen sejak 1982.

Kakek yang mengelola sebuah bar di dekat Estadio Mestalla tersebut pertama kali menonton tim Matador di luar negeri pada 1979. Setelah itu, Manolo selalu hadir pada semua edisi Piala Dunia yang diikuti Spanyol. Dia juga eksis di pertandingan-pertandingan uji coba yang dijalani Spanyol di luar negeri.

"Saya dibesarkan di Huesca, yang memiliki tradisi drum. Suatu hari saya mengambil satu dan mulai bermain. Saya mulai mendukung tim di Huesca, tim regional. Pertandingan Spanyol pertama saya di luar negeri adalah di Siprus pada 1979. Tapi, Piala Dunia 1982 adalah ketika saya benar-benar mengikuti timnas dan saya telah berada di sini sejak itu," kata Manolo, dilansir The Guardian.

"Saya biasa menumpang ke pertandingan. Saya menempuh jarak 16.000 km pada 1982. Saya tidak punya uang, orang-orang menolak saya. Tapi, saya tidak pernah menyerah dan sekarang mereka telah memeluk saya," tambah Manolo.

"Suatu hari, keluarga saya meninggalkan saya. Mengapa? Karena saya sudah cukup banyak meninggalkan mereka. Karena saya selalu bersama Spanyol," ucap pria yang mengaku tidak bisa bicara Bahasa Inggris dan hanya menguasai Bahasa Spanyol ketika harus bepergian di banyak tempat di seluruh dunia.

Loyalitas Manolo untuk La Furia Roja layak dijadikan contoh suporter-suporter era milenial. Pasalnya, Manolo tidak pernah mundur, meski harus menjadi satu-satunya pendukung Spanyol yang ada di stadion.

"Cara Spanyol bermain akhir-akhir ini telah membuat banyak orang datang (ke stadion). Saya melihat dalam 25 tahun ke belakang dan saya akan berada di stadion dengan 20 pendukung atau bahkan berdiri sendiri. Saya tidak membenturkan drum untuk siapa pun. Kecuali para pemain. Sekarang, ini sangat berbeda," ungkap Manolo.

Namun, bukan berarti Manolo selalu hadir di lapangan. Pada perempat final Piala Dunia 2010, saat Spanyol bertemu Paraguay, Manolo absen karena sedang sakit radang paru-paru. Dia tidak bisa ke stadion karena kondisi memang tidak memungkinan. Manolo diminta pulang ke Valencia untuk memulihkan diri sambil menanti apakah Spanyol bisa melangkah lebih jauh.

"Saya menderita enam hernia dan ketika saya mulai batuk, saya merasa lever saya keluar. Sangat tidak nyaman. Dokter timnas merawat saya. Tapi, tidak baik dan saya harus kembali ke Spanyol," ujar Manolo.

"Untungnya saya bisa kembali ke Afrika Selatan untuk final. Saya hanya melewatkan pertandingan Paraguay. Saya ada di sana untuk semifinal melawan Jerman dan final (melawan Belanda). Teman-teman saya biasa bercanda bahwa saya akan kembali dalam 10 hari," kata Manolo.

"Saya pikir saya akan mati tanpa melihat kami menjadi juara dunia. Lalu, saya pikir akhirnya saya akan melewatkannya. Tapi, saya kembali untuk melihat Spanyol memenangkan Piala Dunia dan saya memukul drum saya. Setelah itu saya ikhlas jika harus mati," beber Manolo.

Selain Piala Dunia 2010, Manolo juga punya memori kurang bagus di Piala Dunia 2018. Dia hampir gagal menyampaikan dukungan secara total untuk La Furia Roja menggunakan drum kesayangannya. Pasalnya, keamanan Rusia melarang para penggemar membawa alat musik ke stadion karena dianggap mengganggu konsentrasi pemain.

Karena aturan tersebut, Manolo sempat meminta bantuan Pemerintah Spanyol untuk melobi FIFA agar memberikannya izin membawa masuk drum ke dalam stadion. Dia juga sempat ingin meminta bantuan Vladimir Putin, meski tidak tahu caranya.

Titik terang datang saat media olahraga papan atas Spanyol, Marca, membantu Manolo. Lewat Asosiasi Sepakbola Spanyol (RFEF), Marca meminta FIFA memberikan toleransi agar Manolo dibiarkan membawa drum ke stadion. Manolo diizinkan pada laga sisa Spanyol di fase knock-out. Manolo baru bisa menabuh drum lagi saat Spanyol berjumpa Rusia di babak 16 besar.

Sayangnya dukungan total Manolo tidak membuat Spanyol tampil bagus. La Furia Roja justru kandas secara menyakitkan dari tuan rumah. Mereka terhenti lewat babak adu penalti 3-4 (1-1).

"Saya banyak mengalami saat-saat yang sangat buruk. Tapi, para pemain berterima kasih atas dukungan dan presiden RFEF melihat saya sebagai hal yang baik. Sekarang saya bepergian bersama mereka. Mereka membayar tiket pesawat, hotel, dan tiket stadion.  Saya membayar untuk makanan dan semua itu. Saya sangat bersyukur bisa bepergian bersama mereka," kata Manolo.

"Kadang-kadang orang menyinggung saya dengan menyebut saya pesetero (perampas uang). Tapi, itu tidak benar. Di Austria pada Euro (2008), saya membuat beberapa iklan dan saya membawa tim musisi bersama saya. Mereka tidak dibayar. Mereka jauh dari rumah selama sebulan, tidak dibayar. Tapi, tetap saja orang-orang menuduh saya. Saya membayar semua itu dari uang bar dan iklan yang kami buat," lanjut Manolo.

"Namun, ada beberapa hal yang sakral. Saya bisa memasang iklan di drum dan saya bisa menagih banyak. Tapi, saya tidak akan melakukannya. El bombo no se mancha. Drumnya tidak ternoda," pungkas Manolo.

Baca Berita yang lain di Google News




  • 0%Suka
  • 0%Lucu
  • 0%Sedih
  • 0%Kaget

Opini

(500 Karakter Tersisa)

Artikel Pilihan


Daun Media Network