Kisah Hidup Ali Sami Yen, Pendiri Galatasaray yang Diabadikan Nama Stadion

"Hampir separuh penduduk Turki mengikatkan diri pada Galatasaray. Ini setara dengan sekitar 35 juta orang yang darahnya berwarna merah dan kuning (warna Galatasaray)."

Biografi | 05 February 2021, 07:29
Kisah Hidup Ali Sami Yen, Pendiri Galatasaray yang Diabadikan Nama Stadion

Libero.id - Pertandingan yang mempertemukan antara Galatasaray dan Sekerspor  pada tahun 2011, lanjutan Liga Super Turki adalah pertandingan terakhir klub di Stadion Ali Sami Yen yang fenomenal. Rumah Galatasaray yang didirikan sejak tahun 1964 itu dikenal oleh para fans sepak bola sebagai "neraka” dan  stadion ini adalah saksi bisu untuk banyak pemain hebat seperti Metin Oktay, Gheorghe Hagi, Bulent Korkmaz yang tak kenal menyerah.

Berbagai pemain berkualitas ikut melambangkan klub menjadi paling sukses di negara perbatasan antara Asia dan Eropa itu. Semua pencapaian luar biasa klub tak lepas dari pria yag namanya diberikan ke stadion yang mereka tinggalkan, yakni Ali Sami Yen.

Ali Sami Yen lahir pada tanggal 20 Mei 1886 di Istanbul. Dia adalah putra dari penulis Albania-Ottoman Sami Frasheri, seseorang yang penting dalam pengembangan sastra Turki modern. Karena kemakmuran ayahnya, ia menerima pendidikan kelas atas di Sekolah Menengah Galatasaray yang bergengsi, di mana kelas-kelas diajarkan dalam perpaduan bahasa Turki dan bahasa Prancis.

Pada bulan Oktober 1905, Ali Sami Yen membentuk Galatasaray Spor Kulubu. Saat itu, sepak bola di Turki masih menggunakan konsep Inggris yang dimulai pada akhir 1870-an melalui imigran Inggris di Izmir. Olahraga sepak bola mulai mencapai Istanbul sekitar abad ke-20, yang waktu itu masih berada di bawah Kekaisaran Ottoman. Pada tahun 1904, Liga Sepak Bola Konstantinopel didirikan, tetapi ini hanya untuk tim imigran, dengan pemain Turki dilarang berkompetisi.

Setelah menyaksikan olahraga yang dimainkan oleh Inggris, Ali Sami memimpikan ide untuk mengatur sekolahnya menjadi sebuah tim sepak bola. Pada awalnya ia menempatkan setiap kelas dalam bentuk percobaan, sebelum memilih pemain terbaik untuk mendirikan Galatasaray sebagai klub sepak bola Turki pertama. Dasar pendiriannya sederhana: "Untuk bermain bersama seperti orang Inggris, memiliki warna dan nama, dan untuk mengalahkan tim non-Turki lainnya."

Adapun maksud dari pernyataan Ali Sami ialah kaitan antara para imigran Inggris di Istanbul, yang pada saat itu dipandang luas sebagai pelopor sepak bola di sana.

Kemudian penyebutan soal ‘mengalahkan tim non-Turki lainnya’ ditujukan kepada orang Armenia dan Yunani.

Akhirnya, dalam hal warna, warna merah dan kuning yang sekarang menjadi ikon klub dipilih untuk menandakan api dengan harapan bisa membawa The Lions menuju kemenangan.

Ali Sami memiliki visi dan misi untuk membuat Sekolah Menengah Galatasaray tidak hanya menjadi yang terbaik di negerinya sendiri, tetapi lebih jauh, yakni dunia. Jelas bahwa pria yang besar di Uskudar itu menginginkan gelar sebanyak mungkin untuk klubnya.

Tidak butuh waktu lama untuk mewujudkannya, dengan cepat Galatasaray muncul sebagai salah satu kekuatan domestik. Semua tak lepas dari peranan Ali Sami sebagai gelandang teknis yang terampil, dan juga menjabat sebagai pemain serta presiden pertama klub. Antara 1909 dan 1911 ia memenangkan tiga gelar liga Istanbul berturut-turut, pensiun setahun kemudian. Dia tetap berada di dewan dalam peran yang terakhir, memenuhi tugasnya sebagai presiden hingga tahun 1919.

Selama tahun 90-an, masyarakat Turki tidak diizinkan menyebut klub sebagai Galatasaray, karena tidak ada undang-undang di Kekaisaran Ottoman yang mengizinkan pendaftaran asosiasi semacam itu. Sebaliknya, mereka hanya disebut dalam bahasa Inggris sebagai "tim lain". Hal itu berubah pada 1912, ketika klub memenangkan pengakuan hukum untuk melegalkan panggilan Galatasaray yang kita kenal hingga sekarang.

Kemudian perang dunia pertama pecah, dimana Kekaisaran Ottoman membentuk salah satu kekuatan sentral bersama Austria-Hongaria, Bulgaria, dan Jerman, lalu mengalami kekalahan dari sekutu Inggris dan Prancis. Kekalahan perang mengakibatkan banyak perubahan di negara Transkontinental itu melalui Perjanjian Sevres dan pada Perang Kemerdekaan Turki, yang dipimpin oleh Mustafa Kemal, Turki berubah menjadi negara Republik pada 24 Juli 1923, dan Ali Sami tetap menjadi tokoh kunci dalam olahraga tersebut.

Pada tahun yang sama ia memimpin pertandingan internasional pertama - hasil imbang 2-2 dengan Rumania di Istanbul. Lebih jauh, setahun kemudian, ia menjabat sebagai presiden delegasi Turki untuk Olimpiade 1924, penampilan pertama bangsa Turki  di Olimpiade. Ali Sami kemudian menjadi ketua Komite Olimpiade hingga 1931, juga memainkan peran besar dalam pengembangan bola basket, tenis, bola voli, dan olahraga motor di dalam negeri.

Pada bulan Juni 1934, Mustafa Kemal memperkenalkan undang-undang yang mewajibkan semua warga negara Turki untuk menggunakan nama keluarga tetap dan Ali Sami memilih untuk melepaskan moniker Albania-nya, FrashEri, menjadi Ali Sami Yen.

Visinya untuk berkompetisi di Eropa harus batal karena pada tahun 1951, Ali Sami meninggalkan dunia untuk selama-lamanya. Dengan ketidakhadirannya, klub yang ia bangun telah memenuhi banyak hal yang ia ingin capai sewaktu masih hidup. Di antara tim-tim di Turki, The Lions telah memenangkan 21 gelar liga dan 17 piala - keduanya merupakan rekor.

Galatasaray juga merupakan satu-satunya klub Turki yang memenangkan trofi Eropa, yakni UEFA Cup musim 1999/2000.

Keberhasilan ini telah menumbuhkan dukungan, dengan hampir separuh penduduk Turki mengikatkan diri pada Galatasaray. Ini setara dengan sekitar 35 juta orang yang darahnya berwarna merah dan kuning. Tidak peduli siapa mereka, tidak ada yang sepenting Ali Sami Yen, sosok perintis di balik klub sepak bola tersukses di Turki.

Baca Berita yang lain di Google News




  • 100%Suka
  • 0%Lucu
  • 0%Sedih
  • 0%Kaget

Opini

(500 Karakter Tersisa)

Artikel Pilihan


Daun Media Network