Apa Kabar Mereka? Starting XI Kemenangan Pertama Indonesia di Piala Asia

"18 Juli 2004 dikenang sebagai hari bersejarah bagi tim nasional Indonesia. Untuk pertama kalinya, pasukan Garuda menang di Piala Asia."

Feature | 08 February 2021, 03:52
Apa Kabar Mereka? Starting XI Kemenangan Pertama Indonesia di Piala Asia

Libero.id - Pada 18 Juli 2004 dikenang sebagai hari bersejarah bagi tim nasional Indonesia. Untuk pertama kalinya, pasukan Garuda mendapatkan kemenangan di Piala Asia. Mereka mengalahkan Qatar 2-1 pada penyisihan Grup A di Workers Stadium, Beijing.

Piala Asia 2004 merupakan yang ketiga secara beruntun diikuti Indonesia. Pada dua edisi sebelumnya, skuad Garuda hanya sebatas memberikan kejutan kepada lawan-lawannya. Mereka hanya mampu menahan imbang Kuwait (1996, 2000) setelah menampilkan pertahanan yang ketat dan mengandalkan serangan balik.

Namun, ketika memasuki Piala Asia di China, Indonesia mulai mencoba keluar dari tradisi. Ditangani Ivan Kolev, pasukan Merah-Putih ingin mencetak sejarah kemenangan di Piala Asia saat tergabung bersama China, Qatar, dan Bahrain.

Keinginan mendapatkan 3 poin pertama di kompetisi sepakbola antarnegara paling bergengsi di Asia itu muncul di pertandingan perdana melawan Qatar. Meski dilatih pelatih kelas dunia dalam diri Philippe Troussier, Indonesia tidak gentar. Kemenangan 2-1 berhasil dipetik. Sayangnya pada pertandingan kedua dan ketiga, Indonesia loyo.

Berikut ini kabar terbaru starting line-up Indonesia saat menghadapi Qatar di Piala Asia 2004 dalam skema 3-5-2:


GK: Hendro Kartiko

Libero.id

Kredit: instagram.com/hendrokartiko34

Hendro Kartiko berusia 31 tahun ketika itu dan tercatat sebagai pemain Persebaya Surabaya. Peran Hendro sangat vital menggalang pertahanan Indonesia. Dia bermain cukup bagus dengan menggagalkan banyak serbuan pemain-pemain Qatar. Pengalaman di dua event sebelumnya benar-benar membuat Hendro matang.

Saat ini Hendro sudah pensiun dan beralih profesi sebagai pelatih kiper. Dia tercatat bergabung dengan PSM Makassar setelah sempat bekerja untuk Arema, Sriwijaya FC, Madura United, dan timnas U-23.


CB: Ardi Warsidi

Ardi Warsidi merupakan nama tak tergantikan di sektor belakang timnas pada awal 2000-an. Dimulai dengan timnas U-19, karier Warsidi berlanjut ke level senior. Dia ikut saat Indonesia tampil di Piala Asia 2000 dan 2004. Saat melawan Qatar, dia tampil sangat bagus di jantung pertahanan.

Selain timnas, Warsidi membawa Persija Jakarta menjadi juara Liga Indonesia 2001. Dia juga sempat membela Arema pada 2005-2006. Warsidi hadir saat Singo Edan menjadi juara Copa Indonesia. Lalu, pada 2007, Warsidi bergabung ke Persmin Minahasa sebelum membela PSS Sleman dan pensiun pada 2010 di usia 31 tahun karena cedera lutut yang tak kunjung sembuh.

Selepas gantung sepatu, Warsidi tetap ada bergelut di sepakbola. Warsidi mengikuti kursus pelatih dan mengantongi lisensi C AFC. Dia memiliki klub amatir di Jakarta bernama Djoe FC, yang bermarkas di Lebak Bulus.


CB: Harry Saputra

Harry Saputra dikenal sebagai pemain kesayangan Kolev. Dikenal luas ketika bermain untuk Persija Jakarta dan Persikota Tangerang, Harry selalu dipanggil ke timnas ketika Kolev menjadi pelatih. Tidak peduli sedang dalam performa terbaik atau tidak, dia selalu masuk starting line-up asuhan pelatih asal Bulgaria itu.

Contohnya, pada Piala Asia 2004. Harry masuk tim utama dan tampil bagus. Begitu pula pada PIala Asia 2007. Kolev memanggil Harry untuk menjadi benteng di pertahanan skuad Garuda.

Sebagai pemain Harry sempat mengadu nasib ke banyak klub Indonesia. Terakhir di bermain untuk Martapura FC sebelum pensiun. Sebagai orang Jakarta asli Kemayoran, Harry sekarang disibukkan dengan kegiatan mengelola rumah kontrakan, yang memang ditekuni sejak masih menjadi pemain profesional.


CB: Firmansyah

Firmansyah berposisi sebagai bek tengah ketika Piala Asia 2004 dilaksanakan. Dia menjadi trio lini belakang bersama Harry dan Warsidi dengan menghapus peran libero atau sweeper. Kolev saat itu menginginkan tiga bek sejajar sehingga perangkap off side bisa mulus dijalankan. Terbukti, pada pertandingan itu, lini belakang Indonesia solid menahan gempuran pemain-pemain Qatar.

Karier Firmansyah di awali bersama Persikabo Bogor dan semakin cemerlang saat di Persikota Tangerang. Setelah gantung sepatu pada 2010, Firmansyah menjadi PNS di Kantor Walikota Tangerang. Dia juga sempat mengikuti kursus pelatih lisensi A AFC.


WB: Agung Setyabudi

Agung Setyabudi sudah menjadi andalan timnas sejak Piala Asia 1996. Dia juga terpilih masuk skuad Piala Tiger 2002 dan Piala Asia 2004. Saat itu, Agung berusia 31 tahun dan berstatus sebagai pemain PSIS Semarang. Dia tampil bagus di sayap untuk meredam permainan Qatar sekaligus membantu serangan. 

Setelah pensiun, Agung bekerja di PDAM Kota Solo. Dia juga sempat melatih Persis Solo di Divisi Utama 2013-2016. Agung pernah pula membawa tim sepakbola Kota Solo meraih medali perunggu pada Pekan Olahraga Provinsi Jateng 2018.


WB: Alexander Pulalo (Hamka Hamzah 70)

Libero.id

Kredit: instagram.com/hamka23hamzah

Saat laga melawan Qatar, Alexander Pulalo dipasang di kiri, sementara Agung di kanan. Sebagai pemain kidal, pria asal Papua itu sangat mobile. Tapi, napasnya habis di pertengahan babak kedua sehingga Kolev memutuskan memasukkan Hamka Hamzah pada menit 70.

Pulalo sudah pensiun. Dia memiliki lisensi kepelatihan C PSSI yang digunakan untuk melatih sebuah SSB di Depok. Dia menekuni pekerjaan itu setelah sebelumnya bekerja sebagai sopir di salah satu televisi swasta nasional. Sayang, pandemi Covid-19 membuat Pulalo tidak bisa melatih untuk sementara.

Sebaliknya, Hamka masih aktif bermain. Sebelum kompetisi dihentikan, dia tercatat sebagai pemain Persita Tangerang merangkap Youtuber. Saat Liga 1 libur, Hamka ikut bermain di sebuah sinetron bersama Syamsir Alam dan Cristian Gonzales.


MF: Elie Aiboy (Agus Indra Kurniawan 76)

Libero.id

Kredit: instagram.com/elie8aiboy

Elie Aiboy menjadi pemain yang cukup sering merepotkan pertahanan Qatar selain Budi Sudarsono. Beberapa kali pemain asal Papua itu mencoba bermanuver dan melepaskan tembakan ke gawang. Tapi, Elie kurang beruntung karena Indonesia hanya mampu mencatatkan kemenangan 2-1.

Karier Ellie di sepakbola Indonesia sangat panjang. Dia bermain di sejumlah klub seperti PSB Bogor, Persipura Jayapura, Semen Padang, Persija Jakarta, Arema, PSMS Medan, Persidafon Dafonsoro, Persih Tembilahan, hingga Persip Pekalongan. Dia juga sempat bermain di Malaysia bersama Selangor.

Setelah pensiun, Elie tidak bisa lepas dari sepakbola. Setelah mendapatkan lisensi pelatih, dia terjun ke lapangan. Sempat melatih Lampung FC, Elie terakhir kali tercatat sebagai pelatih Persewar Waropen di Liga 2 2019.


MF: Ponaryo Astaman

Libero.id

Kredit: instagram.com/ponaryo11astaman

Ponaryo Astaman adalah pencetak salah satu gol Indonesia di pertandingan itu. Gol sangat cantik karena berasal dari tendangan keras dari luar kotak penalti. Saat itu, Ponaryo mengambil bola pantul dari umpan lambung yang gagal dikuasai pemain-pemain Qatar. Sempat menggiring sebentar Ponaryo lalu melepaskan tembakan keras.

Sekarang Ponaryo telah beralih profesi. Dia terlibat aktif di Asosiasi Pesepakbola Profesional Indonesia (APPI). Dia juga menjadi komentator pertandingan di sejumlah stasiun televisi nasional.


MF: Syamsul Chaeruddin

Sempat dijuluki sebagai Pavel Nedved Indonesia karena gaya rambut dan gaya mainnya, Syamsul tampil lugas ketika menghadapi Qatar. Tenaganya yang tak kenal lelah membuat Kolev memberi kesempatan bermain 90 menit. Legenda PSM Makassar itu melakukan sejumlah aksi yang membuat pemain lawan kesulitan menguasai lini tengah.

Setelah pensiun, Syamsul mengikuti kursus pelatih. Dia juga menghabiskan waktu luang untuk membantu Juku Eja mencari bakat-bakat pemain muda dengan berkeliling Sulawesi Selatan sebagai pemandu bakat.


FW: Budi Sudarsono (Aliyudin 90)

Saat pertandingan, Budi menjadi pencetak gol pertama Indonesia setelah meliuk-liuk di pertahanan Qatar. Sama seperti Harry Saputra, Budigol juga termasuk pemain kesayangan Kolev. Setiap Kolev menjadi pelatih timnas, pemain asal Jawa Timur itu selalu masuk daftar pemain pilihan.

Budi sudah lama pensiun. Sempat mencoba peruntungan sebagai wakil rakyat dengan mengikuti pemilihan umum, Budi akhirnya kembali ke sepakbola. Pernah menjadi asisten di Kalteng Putra dan Persik Kediri, Budi kini menjadi pelatih kepala. Sejak pertengahan 2020, Budi adalah pelatih Macan Putih.

Sementara Aliyudin, yang menggantikan Budi di injury time, tidak aktif di sepakbola lagi. Sempat menjadi asisten pelatih Persikabo Bogor sembari mengurus rumah kontrakan miliknya, Aliyudin kini bekerja di sebuah perusahaan penyedia bahan bangunan.

Baca Berita yang lain di Google News




  • 0%Suka
  • 0%Lucu
  • 0%Sedih
  • 0%Kaget

Opini

(500 Karakter Tersisa)

Artikel Pilihan


Daun Media Network