Kisah Pilu Morro Garcia, Hidupnya Berakhir di Puncak Karier

"Kehidupan pesepakbola yang terlihat mewah dan glamor ternyata tidak membuat semua pelakunya bahagia. Contohnya Morro Garcia."

Biografi | 08 February 2021, 13:55
Kisah Pilu Morro Garcia, Hidupnya Berakhir di Puncak Karier

Libero.id - Kehidupan pesepakbola yang terlihat mewah dan glamor ternyata tidak membuat semua pelakunya bahagia. Kepopuleran yang didapat justru membuat batin tersiksa. Contohnya, kapten klub Argentina, Godoy Cruz, asal Uruguay, Morro Garcia.

Pemilik nama lengkap Santiago Damián García Correa itu bukan striker hebat Uruguay sekelas Edinson Cavani atau Luis Suarez. Dia hanya berkibar di Amerika Selatan. Catatan membanggakan Morro juga hanyalah menjadi pencetak gol terbanyak Primera Division Argentina 2017/2018 dengan 17 gol.

Morro memulai karier di tim muda Libertad Washington di kampung halamannya, Montevideo. Kemudian, pria kelahiran 14 Septembr 1990 tersebut bergabung dengan klub elite Uruguay, Nacional de Montevideo. Saat itu, dia dianggap sebagai salah satu prospek terbaik klub.

Setelah tampil sebentar di skuad junior, Morro muncul di tim utama pada 2008 saat berusia 17 tahun. Dia menarik perhatian semua orang dengan kecepatan dan kekuatannya.

Morro melakukan debut resmi di Primera Division Uruguay pada 27 Juli 2008 melawan Defensor Sporting Club. Pada permainan tersebut dia langsung mencetak gol pertamanya sebagai pemain profesional. Akibatnya, tawaran datang dari banyak klub, termasuk San Lorenzo de Almagro. Tapi, Nacional dan Moro menolak melakukan transfer.

Selama dua musim terakhir di kompetisi Uruguay, Morro berpartisipasi di tim utama Nacional, meski tidak dianggap sebagai bagian dari tim inti. Situasi ini berubah pada musim 2010/2011. Saat itu, Morro telah berkembang menjadi salah satu pemain Nacional paling berharga. Dia berhasil memenangkan trofi Primera División dan mengakhiri musim sebagai pencetak gol terbanyak dengan 23 gol dalam 28 laga.

Sukses di klub membuat Morro mendapatkan panggilan Uruguay U-20. Pada 2009, Morro ikut tampil di Piala Dunia U-20. Saat itu, turnamen digelar di Mesir dan Morro bermain 3 kali dengan 1 gol untuk membantu Uruguay mencapai babak 16 besar sebelum dikalahkan Brasil.

Pada turnamen itu, Morro bermain bersama sejumlah bintang Urugauy masa kini. Sebut saja Sebastián Coates, Nicolás Lodeiro, Abel Hernandez, Gaston Ramirez, Martin Campana, hingga Jonathan Urretaviscaya.

Kembali dari Piala Dunia U-20, Morro semakin matang di level klub. Kemudian, pada 18 Juni 2011, dia mendapatkan kesempatan bergabung dengan salah satu klub papan atas Brasil, Atlético Paranaense, seharga 2 juta euro. Dia menandatangani kontrak 5 tahun. Optimisme dan euforia mengiringi kedatangan moro ke Negeri Samba.

Namun, semuanya berubah dalam waktu cepat. Setelah gagal dalam tes doping dan narkoba jenis kokain, Morro dilepas Atlético. Dia dilepas ke klub Liga Super Turki, Kasimpasa. Itu hanya sebentar karena pada 2013 dia kembali ke Nacional sebelum pindah ke River Plate Uruguay.

Penampilan bagus di River membuat Godoy Cruz mengajukan proposal transfer pada 2016. Morro menerima dan sejarah membuktikan sebagai keputusan yang sangat tepat.

Bersama klub dari Mendoza tersebut, Morro menghabiskan tahun-tahun tersukses dalam sejarah klub. Tim ini finish runner-up di bawah Boca Juniors pada 2017/2018 dengan hanya berselisih 2 poin dan lolos ke Copa Libertadores. Selama 5 tahun bermain untuk Godoy Cruz, Morro juga menjadi pencetak gol terbanyak klub di Primera Division.

Sayang, karier gemilang Morro di Negeri Tango berakhir tragis pada 6 Februari 2021. Setelah menghilang beberapa hari tanpa kabar dan membuat klub serta rekan-rekannya cemas, Morro ditemukan di apartemennya tanpa nyawa. Ada bekas luka tembak di kepala.

"Dia terbaring di tempat tidurnya dengan luka tembakan di kepala sebelah kanan. Disampingnya ada senjata kaliber 22 milimeter. Itulah yang kami dapatkan di TKP. Dia bunuh diri," kata Petugas Polisi yang menyelidiki kasus ini, Claudia Rios, kepada TyC Sports.

Faktanya, Moro sempat dalam pengawasan dokter kejiwaan karena depresi. Dia tidak pernah menceritakan apa yang sebenarnya terjadi. Tapi, sebenarnya Moro sudah meninggalkan pesan akan mengakhiri hidupnya. Pada 21 Januari, Moro menyebut sudah mendapat ketenangan batin. Itu dia tuliskan di Twitter resmi miliknya, @elmorrogarcia.

Setelah kematiannya, Godoy Cruz mengambil sikap untuk mengistirahatkan nomor punggung Morro, 18. Ucapan simpati juga mengalir deras dari rekan-rekan sesama pemain Godoy Cruz maupun pesepakbola di Argentina, Uruguay, Amerika Latin, hingga sejumlah pemain Uruguay di Eropa.

Bahkan, Nacional sengaja menyalakan lampu di salah satu tribun VIP di Estadio Gran Parque Central yang biasa ditempati Morro saat berkunjung ke Montevideo untuk menyaksikan pertandingan.

"Tidak ada kata-kata atau penghiburan. Kesedihan yang luar biasa atas kematian salah satu pemain paling dicintai penggemar dalam sejarah Nacional. Kami semua menangis untukmu El Morro," tulis manajemen Nacional di akun Twitter resmi miliknya,@Nacional.

Ucapan bela sungkawa datang Asosiasi Sepakbola Amerika Selatan (CONMEBOL). "Saya sangat menyesal dengan kepergian Santiago Garcia. Terima kasih 'Morro' telah memberikan kemasyhuran di sepakbola Amerika Selatan," ujar sang presiden, Alejandro Dominguez, dalam siara pers resminya.

Baca Berita yang lain di Google News




  • 0%Suka
  • 0%Lucu
  • 0%Sedih
  • 0%Kaget

Opini

(500 Karakter Tersisa)

Artikel Pilihan


Daun Media Network