Kisah Dario Conca, Pemain Bergaji Tertinggi Setelah Messi dan Ronaldo

"Pada saat itu, gaji Cona mengalahkan Wayne Rooney, Xavi Hernandez, Andres Iniesta, Luis Suarez, Diego Forlan, hingga Samuel Eto’o."

Biografi | 11 February 2021, 13:28
Kisah Dario Conca, Pemain Bergaji Tertinggi Setelah Messi dan Ronaldo

Libero.id - Dario Leonardo Conca bukan pesepakbola asal Argentina sekelas Mario Kempes, Diego Maradona, Jorge Valdano, Lionel Messi, atau Sergio Aguero. Tapi, gelandang serang kelahiran General Pacheco, 11 Mei 1983, itu pernah memiliki bayaran yang hanya kalah dari Messi dan Cristiano Ronaldo.

Conca memulai karier profesional di Primera B Nacional Argentina bersama Tigre pada usia 15 tahun. River Plate membawanya hanya setahun kemudian dan Conca terus naik ke tim utama. Pada 23 November 2003, di bawah asuhan Manuel Pellegrini, Conca membuat debut tim senior melawan Chacarita Juniors.

Gagal bersaing di River, Conca dipinjamkan ke klub Chile, Universidad Catolica, pada 2004. Pada 2006, River meminjamkannya lagi. Kali ini ke Rosario Central. Di sana dia tampil mengesankan untuk selanjutnya pindah ke Vasco da Gama pada 5 Januari 2007 dengan status pinjaman.

Conca membuat debut di Vasco dan mencetak gol dalam kemenangan 4-0 pada duel persahabatan atas Villa Rio pada 14 Januari 2007. Di Vasco, Conca mencetak 6 gol dalam 30 pertandingan liga.

Performa bagus di Vasco membuat Conca pindah ke Fluminense pada 2008 dengan status pinjaman. Di bawah asuhan Renato Gaucho, Conca memainkan peran penting dalam kampanye Copa Libertadores 2008. Saat itu, dia bermain bersama Thiago Neves, Thiago Silva, Washington, hingga Cicero.

Pada 2009, Conca menandatangani kontrak 3 tahun dengan Fluminense. Dia terpilih sebagai pemain terbaik di Brasil dalam jajak pendapat yang diselenggarakan setiap tahun oleh O Globo dan dinobatkan sebagai Pemain Terbaik ke-15 di Amerika Latin dan Pemain Terbaik di Brasil oleh surat kabar Uruguay, El Pais.

Performa Conca yang bagus di Brasil ternyata sampai ke telinga klub Liga Super China, Guangzhou Evergrande. Pada 2 Juli 2011, mereka mengumumkan transfer Conca dari Fluminense dengan dengan USD 10 juta plus kontrak 2,5 tahun. Dia diberi nomor punggung 15.

Nominal yang dibayarkan Guangzhou kepada Fluminense sebenarnya biasa-biasa saja. Jumlah itu tidak terlalu besar karena banyak pemain di Eropa yang transfernya lebih dari USD10 juta.

"Itu tawaran yang bagus untuk klub. Jadi, tidak ada alasan kami menolaknya," ucap nakhoda Fluminense saat itu, Abel Braga, dikutip Globo Esporte.

Yang membuat Conca menjadi headline adalah bayaran yang diberikan Guangzhou. Klub elite China itu membayar Conca USD 25 juta. Jumlah itu, pada 2011, masuk kategori fantastis! Pasalnya, Conca mengalahkan bayaran Wayne Rooney, Xavi Hernandez, Andres Iniesta, Luis Suarez, Diego Forlan, hingga Samuel Eto'o sebelum hijrah ke Anzhi Makhachkala.

"Saya tahu ini (China) adalah pasar (sepakbola) dengan visibilitas yang lebih rendah. Tapi, saya membuat keputusan dengan memikirkan keluarga saya. Merekalah alasan utama saya menerimanya," kata Conca sesaat setelah tiba di Negeri Tirai Bambu dari Rio de Janeiro.

Lalu, pesepakbola mana yang bayarannya lebih tinggi dari Conca pada saat ini? Mereka adalah Ronaldo, yang menerima USD26 juta dari Real Madrid dan Messi, yang mendapatkan USD30 juta dari Barcelona.  

Tentu saja hal itu membuat dunia persepakbolaan gempar. Pasalnya, Conca bukan siapa-siapa. Dia tidak pernah bermain di tim nasional Argentina pada level senior. Dirinya juga belum pernah bermain di Eropa. Ballon d'Or juga belum pernah didapatkan pesepakbola dengan postur 168 cm yang mengidolakan Maradona itu.

Dengan bayaran selangit, penampilan Conca tidak mengecewakan untuk ukuran sepakbola Asia. Dia berhasil mencetak 9 gol dari 15 laga pada musim debut. Di akhir musim, dia membawa Guangzhou meraih gelar Liga Super China untuk pertama kalinya sepanjang sejarah. Gelar itu dilanjutkan pada 2012 dan 2013

Kontribusi Conca tidak berhenti di situ. Dia turut membawa Guangzhou meraih Piala FA China dan Piala Super China 2012.

Conca juga tampil spartan selama Liga Champions Asia (LCA).  Salah satunya ketika membawa Guangzhou menjuarai LCA 2013 setelah mengalahkan FC Seoul di final. Pada musim tersebut, Conca menjadi runner-up pencetak gol terbanyak dengan 8 gol. Dia tertinggal 5 gol dari peraih sepatu emas, Muriqui, yang merupakan rekan setimnya di Guangzhou.

Conca menyebut penampilan bersama Guangzhou menjadi yang terbaik selama berkarier di sepak bola. Bertindak sebagai gelandang serang, Conca sanggup menceploskan 33 gol dari 65 laga. Itu berbeda saat dirinya membela Shanghai SIPG pada 2015-2018. Dia hanya memproduksi 13 gol dari 46 pertandingan.

Namun, setelah era kejayaan di China berakhir, Conca kembali ke Brasil membela Fluminense. Lalu, dia pergi ke Amerika Serikat (AS) untuk merumput di USL Championships bersama Austin Bold. Dia hanya bermain 3 kali di kompetisi kasta kedua di bawah MLS itu.

Austin terbukti menjadi klub terakhir Conca. Dia pensiun pada 2019 dan segera kembali ke Brasil. Dia menetap di Rio de Janeiro serta bergabung dengan agensi pemain, ASJ Consultoria, sebagai talent scout. Itu adalah agensi milik Allan Jesus yang salah satunya menaungi Alexandre Pato.

Baca Berita yang lain di Google News




  • 0%Suka
  • 0%Lucu
  • 0%Sedih
  • 0%Kaget

Opini

(500 Karakter Tersisa)

Artikel Pilihan


Daun Media Network