Kisah Alvaro ‘El Chino’ Recoba, Kaki Kiri Ajaib Langganan Gol Winning Eleven

"Pada masanya dia pemain dengan gaji terbesar. Alvaro Recoba pernah menjadi bagian dari generasi emas Inter Milan."

Biografi | 16 February 2021, 03:17
Kisah Alvaro ‘El Chino’ Recoba, Kaki Kiri Ajaib Langganan Gol Winning Eleven

Libero.id - Alvaro Alexander Recoba Rivero lahir pada 1976 di Montevideo, Uruguay. Dia menggunakan julukan yang tidak biasa El Chino (orang Cina) karena ciri-ciri oriental.

Dia pertama kali ditemukan oleh Sandro Mazzola, Legenda Inter tahun 1960-an, saat Recoba bermain bersama Nacional of Montevideo. Meski Recoba telah mengasah kemampuannya di akademi Danubio FC, tim yang juga menghasilkan bakat seperti Diego Forlan dan Edison Cavani, tapi Recoba matang bersama Nacional.

Terbukti, saat berusia 20 tahun, Recoba yang sedang berada di tengah masa pelariannya sukses mencetak 30 gol dalam 27 pertandingan di liga. Mazzola yakin telah menemukan seorang jenius di Uruguay.

Mazzola kemudian memberitahu temannya, Massimo Moratti yang sempat menjabat sebagai presiden Inter, segera mengumpulkan 15 juta pounds untuk membajaknya ke Italia.

Dalam pertandingan pertamanya di Serie A, Recoba mencetak dua gol saat kemenangan 2-1 Inter atas Brescia. Gol pertama Recoba dijuluki 'thunderbastard' dari jarak hampir 30 meter. Sementara gol kedua adalah tendangan bebas yang bisa dianggap melanggar hukum fisika.

Debut menakjubkan dari bintang muda penuh talenta di Giuseppe Meazza, bahkan penampilan apik Recoba saat itu membayangi aksi debutan lainnya seperti Ronaldo Luis Nazario de Lima.

Kaki kiri pemuda Uruguay tersebut memiliki kekuatan dan presisi yang sangat hebat. Dia sangat seimbang dan begitu cerdik saat membuat gerakan tipuan. Kelincahannya dalam bermain ditopang tubuh mungil saat menjalani permainan.

Recoba kemudian dipinjamkan ke Venezia pada musim keduanya bersama Inter. Mereka terpaksa melakukan itu karena Recoba dianggap sebagai tokoh yang tepat untuk menyelamatkan Venezia.

Anggapan itu dibuktikan Recoba melalui 11 gol dari 19 penampilan. Dia hampir sendirian bertanggung jawab menyelamatkan mereka dari keterpurukan. Sebelum Recoba pergi, rekan satu timnya di Venezia memberi jam tangan. Pemberian ini tidak ada hubungan dengan tujuannya menyelamatkan Venezia, tapi lebih karena sahabatnya itu sering terlambat berlatih.

Penampilan apiknya di Venezia membuat Inter kembali menginginkannya pada musim 1999/2000. Dia kemudian bermain di bawah bendera I Nerazzurri dan mencetak 10 gol dalam 28 pertandingan. Dia juga mencetak banyak assist.

Aksi menawan itu membuat Moratti membayar gaji kepada Recoba senilai 4 juta pounds. Pendapatan ini membuatnya sempat tercatat sebagai pemain dengan bayaran tertinggi periode tersebut.

Namun, di sinilah segala sesuatunya mulai salah. Recoba mulai mengalami penurunan performa. Sebagian karena cedera, tapi dia juga menerima larangan bermain setelah memperoleh paspor palsu.

Walau begitu, Recoba masih menghasilkan momen-momen ajaib. Dia melakukan tendangan bebas, tendangan jarak jauh yang luar biasa dari luar kotak penalti, dan umpan-umpan berbobot yang sangat indah. Kehebatannya saat membawa bola dapat digambarkan dengan perumpamaan ‘bola selalu menempel di kakinya'. Gol solonya yang sangat fenomenal saat melawan Lecce pun dengan mudah muncul dalam pikiran setiap orang.

Pada musim 2002/2003 saat Inter dilatih Hector Cuper, Recoba menikmati musim terbaik dalam karier di Inter. Hernan Crespo dibeli untuk menggantikan Ronaldo dan tambahan dari Christian Vieri. Ketiga pemain itu berperan penting dalam perjalanan Inter ke semifinal Liga Champions. Hubungan dengan sang pelatih mulai tegang saat Cuper pernah diisukan publik dalam kasus penganiayaannya terhadap Recoba. Rumor itu muncul setelah penampilan buruk Recoba menghadapi Lazio di laga terakhir musim tersebut.

Sementara Moratti meredakan kabar itu dengan menunjuk Alberto Zaccheroni sebagai pelatih Inter selanjutnya. Zaccheroni memberikan Recoba peran bebas. Keputusan itu terbukti tepat karena Recoba mencetak rasio gol per menit luar biasa.

Sayang, performa Recoba kembali terhambat setelah cedera membuat hampir seluruh tubuhnya hancur (lutut, pergelangan kaki, bahu). Recoba sempat sibuk berjuang mendapatkan permainan yang konsisten.

Pada 2007, Recoba dipinjamkan ke Torino. Peminjaman itu bertujuan agar Recoba kembali menemukan performa terbaiknya. Sayang, dia sepertinya menyerah pada cedera yang justru lebih banyak menghambat waktu bermainnya.

Selanjutnya adalah pindah ke Panionios, di mana dia bisa dibilang pemain paling terkenal untuk klub Yunani saat itu. Sayang, Recoba hanya bertahan selama satu setengah musim. Cedera yang membuatnya gagal menunjukkan performa apik di Negeri Para Dewa.

Imbasnya, Recoba memutuskan kembali ke Uruguay. Dia bergabung bersama Danubio hingga kembali ke pangkuan Nacional. Recoba sempat membantu Nacional meraih juara di Liga Uruguay pada musim pertama.

Legenda Argentina, Juan Sebastian Veron, menyebut Recoba adalah pemain terbaik meski sahabatnya itu enggan menerimanya. Sementara Moratti lebih memilih Recoba ketimbang Ronaldo sebagai pemain yang dapat melakukan hal yang tak bisa dilakukan pemain normal.

Yang jelas, Recoba akan dikenang karena gol-gol yang luar biasa daripada jumlah golnya. Dia mencetak 11 gol (69 caps) untuk tim nasional Uruguay, berpartisipasi di Piala Dunia 2002, dan dua turnamen Copa America.

Dia hampir mengubah kejeniusan alaminya menjadi keuntungan yang bernilai segudang emas dari dunia sepak bola. Benar-benar nyaris menjadi kenyataan.

Baca Berita yang lain di Google News




  • 100%Suka
  • 0%Lucu
  • 0%Sedih
  • 0%Kaget

Opini

(500 Karakter Tersisa)

Artikel Pilihan


Daun Media Network