Kisah Eidur Gudjohnsen Gantikan Ayahnya di Laga Timnas Islandia, Aneh tapi Nyata!

"Mungkinkah ayah dan anak berada dalam satu laga internasional yang sama sebagai pemain? Kisah super langka itu dialami Eidur Gudjohnsen."

Feature | 21 February 2021, 06:29
Kisah Eidur Gudjohnsen Gantikan Ayahnya di Laga Timnas Islandia, Aneh tapi Nyata!

Libero.id - Mungkinkah ayah dan anak berada dalam satu laga internasional yang sama sebagai pemain? Jawabannya, mungkin saja! Jika tidak percaya, kisah Eidur dan sang ayah, Arnor Gudjohnsen, bersama tim nasional Islandia bisa menjelaskannya.

Gudjohnsen adalah nama untuk keluarga sepakbola terkenal di Islandia. Sang ayah, Arnor, adalah penyerang yang memiliki 73 caps dan 14 gol untuk Islandia. Semasa aktif, Arnor bermain di banyak klub sepakbola ternama Eropa seperti Bordeaux di Prancis dan Anderlecht di Belgia.

Di era kejayaan, Arnor membawa Anderlecht menjuarai Divisi I Belgia (1984/1985, 1985/1986, 1986/1987), Piala Belgia (1987/1988, 1988/1989), serta Piala Super Belgia (1985, 1987). Ada lagi runner-up Piala UEFA (1983/1984) dan runner-up Piala Winners (1989/1990). Sementara dengan Bordeaux menjuarai Ligue 2 (1991/1992).

Arnor punya dua putra, yaitu Eidur dan Arnor Junior, serta dua cucu. Arnor Junior bergabung dengan Akademi Swansea City pada 2017 saat berusia 16 tahun dan sekarang sedang dipinjamkan ke Fylkir di Liga Islandia.

Selain kedua putranya, cucu Arnor, yaitu Sveinn Aron, Andri Lucas, dan Daniel Tristan juga berstatus pesepakbola aktif. Mereka adalah putra Eidur. Sveinn saat ini tercatat sebagai pemain Odense di Liga Denmark setelah dipinjamkan dari klub Serie A, Spezia. Sementara Andri dan Daniel sedang menimba ilmu di Akademi Real Madrid.

Tapi, dari semua keluarga Gudjohnsen yang bermain sepakbola, Eidur yang dikenal luas publik di luar Islandia. Itu wajar karena pria kelahiran Reykjavik, 15 September 1978, tersebut merumput di banyak klub besar Eropa. Dia juga ikut meloloskan Islandia ke Euro 2016.

Popularitas Gudjohnsen diawali pada 19 Juni 2000. Saat itu, Chelsea menebus dirinya 4,5 juta pounds dari Bolton Wanderers. Dia adalah striker kedua yang didatangkan The Blues pada musim panas tersebut setelah pemain asal Belanda, Jimmy Floyd Hasselbaink.

Gudjohnsen melakukan debut pada 13 Agustus 2000 pada Charity Shield melawan Manchester United. Setelah penunjukan Jose Mourinho sebagai pelatih pada 2004, Gudjohnsen akhirnya bermain dalam peran yang lebih krusial. Dia membantu klub memenangkan dua gelar Liga Premier berturut-turut. Bahkan, pada 23 Oktober 2004, dia mencetak hattrick dalam kemenangan 4-0 atas Blackburn Rovers.

Sukses di Chelsea membuat Gudjohnsen pindah ke Barcelona pada 14 Juni 2006 dengan transfer 8 juta pounds. Dia dikontrak 4 tahun untuk menjadi pengganti Henrik Larsson.

Gudjohnsen melakukan debut pada 20 Agustus 2006 pada leg kedua Supercopa de Espana sebagai pemain pengganti di babak pertama dalam kemenangan 3-0 di Camp Nou melawan Espanyol (agregat 4-0). Delapan hari kemudian dalam debut La Liga saat bertandang ke Celta Vigo, dia menggantikan Ludovic Giuly dan mencetak gol kemenangan 3-2 yang diukir El Barca.

Puncak karier Gudjohnsen di Barcelona maupun sepakbola tercipta pada 2008/2009. Saat itu, El Barca menyapu bersih semua gelar yang disediakan, yaitu La Liga, Copa del Rey, dan Liga Champions. Lalu, Supercopa de Espana, Piala Super Eropa, dan Piala Dunia Antarklub.

Sementara bersama Islandia, prestasi terbaik Gudjohnsen adalah ikut bermain di Euro 2016 dalam usia 37 tahun. Saat itu, dia sebenarnya sudah pensiun sejak Islandia dikalahkan Kroasia 0-2 pada play-off untuk memperebutkan satu tempat di Piala Dunia 2014, 19 November 2013.

Tapi, Gudjohnsen kembali membela Islandia 2 tahun setelah mengundurkan diri. Pada 28 Maret 2015, dia kembali mencetak gol setelah 18 bulan untuk membuka kemenangan 3-0 atas Kazakhstan di Astana Arena dalam Kualifikasi Euro 2016.

Pada akhirnya Islandia lolos dan Gudjohnsen tampil pada dua pertandingan di Prancis sebagai pengganti. Dia merumput saat melawan Hungaria, yang berakhir imbang 1-1, di fase grup. Gudjohnsen juga tampil di perempat final melawan Prancis. Dia masuk menit 82 dan diberi ban kapten.

Penghargaan itu layak diberikan rekan-rekan Gudjohnsen atas apa yang sudah dikerjakan selama bertahun-tahun. Sebab, dia sudah bermain sejak 1992 ketika membela Islandia U-17 di usia 14 tahun. Lalu, dia naik ke tim U-19 pada 1994 untuk selanjutnya baik ke U-21 dan senior.

Salah satu momen bersejarah penampilan Gudjohnsen terjadi pada 24 April 1996. Saat itu, Eidur berusia 37 tahun dan Arnor menginjak 34 tahun. Islandia sedang berada di Tallinn untuk menggelar pertandingan uji coba internasional berbendera FIFA melawan Estonia.

Apa yang terjadi? Ayah dan anak itu sama-sama dipanggil ke timnas. Aron bermain sejak menit pertama hingga ditarik keluar pada menit 62. Penggantinya, Eidur!

Setelah pertandingan, terungkap fakta bawah Presiden Asosiasi Sepakbola Islandia (KSI) saat itu, Eggert Magnusson, secara khusus memberi perintah tegas kepada Pelatih Islandia, Logi Expresslafsson, untuk tidak memainkan mereka bersama melawan Estonia.

Dengan penuh semangat dan kebanggaan, Expresslafsson sebenarnya ingin momen langka tersebut terjadi di kandang. Pasalnya, ketika itu Islandia sudah dijadwalkan melawan Macedonia Utara pada Kualifikasi Piala Dunia 1998. Laga itu akan digelar 2 bulan setelah duel versus Estonia.

Sialnya, rencana yang sudah disusun matang-matang batal diwujudkan. Keduanya tidak pernah mendapat kesempatan bermain bersama lagi karena sebulan setelah pertandingan di kandang Estonia, Eidur mengalami patah kaki saat bermain dengan Islandia U-18 melawan Irlandia.

"Ceritanya panjang," ucap Gudjohnsen saat menjalani wawancara dengan jurnalis The New York Times ketika sedang menjalani agenda pramusim 2008/2009 bersama Barcelona di Amerika Serikat (AS).

"Ayah saya telah bermain untuk timnas selama 15 tahun. Tekanan diberikan kepada pelatih agar kami tidak bermain bersama karena mereka ingin itu terjadi di Islandia di depan penonton tuan rumah. Presiden asosiasi kami (KSI) memerintahkan kami untuk tidak bermain bersama. Kemudian, sebulan kemudian, kaki saya patah dan saya harus absen selama 2 tahun. Itu bisa jadi momen besar. Tapi, memang agak menyedihkan," ungkap Gudjohnsen.

Sebelumnya,  saat bermain di Inggris, Gudjohnsen juga sempat mendapatkan pertanyaan seperti itu. Tapi, beda dengan AS, pers Inggris terkenal kritis sehingga tidak langsung percaya dengan pengakuan Gudjohnsen.

"Kami tidak yakin bagaimana mengklarifikasi yang satu ini. Mereka bermain di tim yang sama, tapi tidak bersama? Jadi, dalam arti tertentu mereka membuat sejarah dan di sisi lain mereka tidak melakukannya. Sebenarnya saya hanya berharap mereka bermain di tim yang sama pada waktu yang sama di pertandingan Islandia berikutnya," kata Ray Spiller dari Association of Football Statisticians, dilansir The Independent.

Entah benar atau tidak, faktanya memang seperti itu. Gudjohnsen menjadi keluarga kedua di sepakbola pria yang mencatatkan rekor tersebut. Sebelumnya, pada 1931 dan 1933, keluarga Fosters dari Barbados juga bermain bersama-sama. Mereka adalah Arthur Reynold Foster (ayah) dan kedua putranya, Arthur Colin Foster serta Lindsay Reynold Foster.

Baca Berita yang lain di Google News




  • 0%Suka
  • 0%Lucu
  • 0%Sedih
  • 0%Kaget

Opini

(500 Karakter Tersisa)

Artikel Pilihan


Daun Media Network